Friday, March 4, 2016

Tiga Tahapan Cuci Otak Oleh Ekstrimis Salafi Wahabi!

Tiga Tahapan Cuci Otak Oleh Ekstrimis Salafi Wahabi!
hasan_Farhan
Bersama terulang-ulangnya kejahatan akan terbongkar kejujuran orang yang jujur.
Bersama terulang-ulangnya kejahatan akan terbongkar kebohongan kaum pembohong.
Mengungkap hakikat kejujuran dan kebohongan bukan perkara yang mudah. Ia butuh kepada banyak kejahatan yang terjadi berulang-ulang.
Sesuai dengan sikap terhadap Chanel-chanel TV Provokatif terdapat keseriusan dalam menanggulangi; karena chanel-chanel itu adalah contoh nyata paling gamblang dari sebuah provokasi. Dan tetap eksisnya chanel-chanel itu adalah bukti yang menyedihkan akan dalamnya pengaruh yang menerobos ke dunia media massa. 
.
File Rahasia TV Wesal (Tv Pendukung teroris _red) (sangat berbahaya)!
Untuk melihat laporan file rahasia TV Wesal buka link ini:
wesalSeruan teror Tv wesal
Apakah kita telah sampai kepada tahap ini?! 
Tiga Tahapan Cuci Otak! 
Doktrin 1: Syi’ah kafir.
Doktrin 2: Syi’ah harus dibunuh.
Sekarang doktrin 3ISIS adalah produk Iran.
Doktrin ketiga/terakhir ini mereka telah menyakinkan orang-orang seperti al Ghadzâmi dan Turki al Hamd!
Jangan kalian meremehkan pengaruh tahapan-tahapan cuci otak ini. Ini adalah cuci otak yang sangat serius dan meluas; ikut serta dalam berperan pihak-pihak yang paling memusuhi mereka sekalipun; cuci otak yang mereka lakukan adalah kepanjangan logis dari si Pembunuh hingga si Atheis.
Ucapan saya: (dari si pembunuh hingga si Atheis) tidak saya tujukan kepada dua orang yang telah saya sebutkan namanya; (al Ghadzâmi dan Turki al Hamd. Keduanya adalah Muslim dan Mukmin). Tetapi yang saya maksud adalah orang-orang Ahteis lain yang mengulang-ulang sebagian konsep pembicaraan ISIS.
ISIS tidak asing. Hanya namanya saja yang asing (baru). Kenyataannya mereka (ISIS) menyekutui kita (Salafi Wahabi) hampir dalam segala sesuatu; dalam Kurikulum, ceramah-ceramah, memberikan Ijazah Akademik. Dan kita (Salafi Wahabi) belajar dari mereka debat kusir yang menjungkir balikkan semua norma dan etika dialog.
ISIS menemukan lahan yang subur yang telah ditanami oleh kaum Ghulât (Ekstrimis Salafi Wahabi) sejak dahulu kala. Kaum Ghulât (Ekstrimis Salafi Wahabi) telal membantu mereka dengan manufer-manufer, perlindungan dan pembelaan cuma-Cuma; bahkan mengalahkan lawan dengan cuci otak mereka sebagai sentuhan akhir.
Cuci otak tahap akhir yang dilakukan Ekstrimisme untuk mencuci otak manusia adalah bahwa ISIS adalah produk Iran. Dengan demikian Ekstrimisme (Salafi Wahabi) tetap terjaga dan terus mampu memproduksi ISIS masa depan di bawah nama-nama baru!
Cuci otak tahap akhir ini –padahal ini sangat menggelikan seperti komedi lawak-tetapi banyak para pemikir yang terjebak di dalamnya dan juga mayoritas para politisi Atheis. Karena itu kami ulang di sini:
Jangan kaliang meremehkan Ekstrimisme dan kaum Ekstrim (Salafi Wahabi). Mereka punya kemampuan “menyihir”! siapa yang mau mencuci otaknya maka itu hak dia, tetapi saya tidak relah otak saya diganti, nurani saya dirusak, dan kesaksianku demi Allah aku ganti dengan kesaksian demi selain-Nya, kendati saya mengetahui diri saya lemah dan sedikit langkah dan upaya menyelamatkan diri.
Katakan bahwa Iran memiliki agenda ekspansi, memiliki problem HAM dan mengetrapan sanksi-sanksi/hukuman buatan manusia! Katakana semau kamu. Tetapi kamu mengatakan bahwa ISIS buatan Iran?! Ini adalah cuci otak model baru!
Orang yang jujur adalah orang yang mencari pembicaraan yang jujur; dengannnya jiwa menjadi baik dan dapat menembus pikiran orang lain. Si pembohong adalah orang yang rela dirinya disesatkan; lalu ia membutakan dirinya sendiri; menjadikan dirinya bahan tertawaan orang lain.
Orang fakir/miskin yang congkak tergolong dari tiga orang yang kelak tidak dipandang/diperhatikan Allah. Dan tidak ada kefakiran/kemiskinan lebih dari KEBODOHAN:
Kaum JAHIL yang SOMBONG.
Kaum JAHIL yang SOMBONG, menggonggong di setiap lini…
Kemudian tidak seorang pun menyahutinya maka mereka menyangka bahwa mereka hebat dalam berdebat dan menang!

Sekilas Tanggapan Atas Kebebasan Versi Al Hawâli dan Syi’ah!

Sekilas Tanggapan Atas Kebebasan Versi Al Hawâli dan Syi’ah!

Kebabasan adalah kamu bisa dengan bebas menjelaskan bahwa pikiran ini atau itu salah atau bid’ah atau syirik, dan selainmu juga bebas menjelaskan bahwa pikiran-pikiran ini atau itu mubâh/boleh dilaksanakan dalam Syari’at atau Sunah… dalam kondisi seperti itu kebebasan adalah milik/hak semua. Adapun kalian memiliki kebebasan menyifati/menuduh orang-orang yang rajin ruku’ dan sujud sebagai penyandang kemusyrikan! Kemudian hak-hak mereka –yang kalian berikan untuk mereka- hanya sebatas hidup dan mati saja! Maka ini jelas adalah Ghuluw/ekstrimisme sikap, arogansi, sikap manja yang berlebihan.
Hasan FarhanDr. Safar al Hawâli berkata sesungguhnya batasan kebebasan Syi’ah di Kerajaan (Arab Saudi) hanya sebatas ia dilahirkan dalam keadaan Syi’ah dan mati dalam keadaan menganut Syi’ah tanpa ada introgasi. Dan hanya ini batas kebebasan Syi’ah. Dan batas ini diberikan lengkap. Tetapi mereka tidak berhak menguasai akidah negeri dan akidah yang dianut mayoritas… dll dan ia berargumentasi dengan sebagian kelompok masyarakat Amerika.. sebatas itulah kebebasan mereka di Amerika.
Ini ringkas pandangannya.
.
Saya berharap Dr. Safar al Hawâli memaklumi saya dalam tanggapan singkat ini atas ucapannya yang singkat namun penuh dengan ketidak-tepatan.
Pertama: Kebebasan bukanlah kamu dilahirkan dan mati atas mazhab tertentu yang kamu anut. Ini jelas mempersempit makna kebebasan beragama dan hak-hak sipil warga Negara. Agama dalam nash-nashnya dan Negara dalam undang-undangnya tidak mengatakan demikian.
Kedua: Sepanjang pengetahuan saya, tidak seorang pun mengatakan bahwa Syi’ah dan kaum Shufi bermaksud menguasai/memaksakan akidah mereka ke atas Negara (Arab Saudi). Negeri ini agamanya adalah Islam berdasarkan al Kitab (Al Qur’an) dan Sunah. Bukan berdasarkan rincian-rincian (hasil pemahaman para ulama atas keduanya_red).
Ketiga: Mereka hanya menuntut –misalnya- agar mereka tidak dikafirkan atau ada provokasi kekerasan atas mereka dan atas keselamatan darah-darah/jiwa-jiwa mereka. Dan permintaan ini bukanlah penentangan terhadap Islam dan pembangkangan atas Negara. Bahkan ia adalah hak azazi mereka.
Al-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki_3(Allamah Sayyid Muhammad Alawi al Maliki al Hasani… Imam Besar Ahlusunnah keturunan Imam Hasan; cucu Nabi yang dikafirkan kaum Salafi Wahabi Takfiri)
Ketika Dr. al Hawâli menulis buku menentang Sayyid Muhammad Alawi al Maliki dengan judul: Al Maliki Da’i/Penganjur Kemusyrikan Di Jazirah Arabiyah! Kemudian beliau tidak diberi kesempatan membantah Anda, maka di sini perbedaannya!
Perbedaan dalam kebebasan. Perbedaan yang besar sekali ketika kamu menuduh seorang Syeikh (ulama) Muslim bahwa ia adalah Da’i/Penganjur Kemusyrikan. Ini dianggap sebuah kebebasan. Adapun dia (yang divonis), hak dia hanya boleh dilahirkan (hidup dan mati sebagai Shufi! Hanya itu saja!
Dan atas kasus di atas kiaskan selainnya.
Apa yang kalian (Wahabi Arab Saudi) lakukan terhadap Sayyid Muhammad Alawi al Maliki (semoga Allah merahmati beliau) juga kalian lakukan terhadap kaum Syi’ah dan kaum SunniDan kalian memandangnya sebagai sebuah kebebasan! Tetapi kalian tidak memberi kesempatan pihak lain untuk sekedar berkata: Kalian salah! Dan sebelum kamu, Syeikh al Manî’ telah menulis buku dan dicetak dengan judul;Dhalâlât al Maliki/Kesesatan-kesesatan al Maliki (maksudnya adalah Muhammad Alawi). Kitab itu telah dicetak dan dibagi-bagikan Cuma-Cuma melalui Lembaga Fatwa tertinggi di Kerajaan Arab Saudi!
Wahai Syeikh, Kezaliman itu Haram!
Kebabasan adalah kamu bisa dengan bebas menjelaskan bahwa pikiran ini atau itu salah atau bid’ah atau syirik, dan selainmu juga bebas menjelaskan bahwa pikiran-pikiran ini atau itu mubâh/boleh dilaksanakan dalam Syari’at atau Sunah… dalam kondisi seperti itu kebebasan adalah milik/hak semua. Adapun kalian memiliki kebebasan menyifati/menuduh orang-orang yang rajin ruku’ dan sujud sebagai penyandang kemusyirikan! Kemudian hak-hak mereka –yang kalian berikan untuk mereka- hanya sebatas hidup dan mati saja! Maka ini jelas adalahGhuluw/ekstirmisme sikap, arogansi, sikap manja yang berlebihan.
Adapun kelompok-kelompok/golongan di Amerika yang disebutkan Syeikh Safar itu jelas menyama-nyamakan dua kasus yang sangat berbeda dan analogi yang sesat. Karena kelompok-kelompok itu (di Amerika) memiliki kebebasan berpendapat/menyampaikan pendapatnya dan menulis dan mereka tidak takut adanya provokasi atau peledakan bom atas mereka.
Solusinya wahai Syeikh adalah Dialog antara elemen masyarakat.
Akidah Syeikh Muhammad Alawi al Maliki adalah seperti akidahnya Syeikh Sya’râwi dan Lembaga Tinggi al Azhar, lalu mengapakah Anda menyebutnya sebagai: Da’i/Penganjur Kemusyrikan?! Lebih tepat bagi Anda satu dari dua perkara:
  • Anda mengatakan bahwa Al Azhar adalah Lembaga Kemusyrikan.
  • Atau Anda mengatakan al Maliki berpendapat begini dan begitu adapun kami berpendapat begini dan begitu. Dan Anda dan dia tetap sebagai Muslim dan warga Negara.
Keluhan kaum Syi’ah dan kaum Shufi wahai Dr. Safar adalah kalian (Wahabi) berdusta atas nama mereka dengan apa-apa yang menyebabkan mereka berhak divonis kafir, kemudian kalian menjatuhkan vonis kafir atas mereka atas dasar dusta, kemudia kalian menghalalkan darah-darah mereka atas dasar “kekafiran” itu. Ini tepatnya keluhan mereka itu, lalu kalian tidak menerima diadakannya dialog dan diskusi atau koreksi. Tidak juga memberi kesempatan mereka menjelaskan (dasar-dasar) pandangan mereka (secara utuh). Semua itu tidak ada!
Hanya kalian berikan hanya sekedar hak hidup dan mati seperti juga binatang dan tanaman.
Kalian memonopoli total Islam pada pandangan kalian. Kalian memonopoli negeri/kebangsaan hanya pada pola pandang kalian saja. Sebagaimana kalian memonopoli hak azazi pada pemahaman kalian serta memonopoli kebebasan pada cara berpikir kalian…
Sedikit berendah hatilah kalian!
Saya tidak ingin membuka dialog dengan Dr. Safar… tidak juga bermaksud memaparkan pendapat-pendapatnya yang sangat keras/ekstrim. Yang saya sampaikan ini hanya sekedar kesaksian demi Allah semata. Saya mengajak beliau agar bertaqwa kepada Allah dan meninjau kembali pemikiran-pemikirannya.
Wahai Syeikh, tahukan Anda, di mana terletak kekuatan kalian?!
Ia bukan pada dalil dan bukti! Tetapi kekuatan kalian terletak pada kalian mencegah pihak lain untuk membela diri. Kaum awam hanya mendengar suara kalian kemudian kalian berbanyak-banyak dalam mengumpulkan pendukung!
Artinya: Kalian ini penyandang mazhab/Mutamadzhibûn tetapi kalian tidak mengetahui bahwa kalian adalah Mutamadzhibûn. Tahukan kalian, mengapa kalian tidak mengetahui?
Karena simbol-simbol (panutan) kalian berkata kepada kalian bahwa mereka hanya mengikuti al Kitab dan Sunnah. Mereka tidak mengikuti mazhab. Sementara realitanya bahwa kalian semua adalah mengikuti sebuah mazhab. Syi’ah juga mengikuti sebuah mazhab. Demikian juga dengan kaum Shufi, mereka mengikuti sebuah mazhab. Dan demikian seterusnya.
Karenanya janganlah kalian memonopoli Islam (hanya pada kalian dan mazhab kalian saja) dalam keadaan kalian tertipu oleh omongan Salaf kalian. Kemudian kalian mau menipu kami. Wahai Syeikh Islam itu lebih agung dan lebih besar dari tekanan yang ada dalam mazhab kalian atau mazhab lawan-lawan kalian.
Demi Allah! Pahami masalah ini dengan baik; agar kalian berbicara atas nama mazhab saja. Benar bahwa setiap mazhab memandang bahwa mazhabnya mewakili Islam. Ini adalah kesalahan historis yang besar. Islam lebih besar dari mazhab.
Apakah saya akan menyebutkan sebuah contoh untuk saudaraku Safar?
Contoh itu saya ambi dari mazhabmu sendiri?
Dari ucapanmu sendiri?
Baik!
Kamu berkata –dengan sekedar bertaklid-: “Kaum munafik pada Ghazwah/peperangan Tabûk tidak mengolok-olok Syi’ar-syi’ar Islam, tetapi mereka hanya mengolok-olok para qurrâ’ (Ahli baca Al Qur’an/para penghafal), tetapi kendati demikian Allah menvonis mereka itu telah kafir dan tidak sedikitpun memberikan uzur untuk mereka” Ini adalah ucapanmu wahai Syeikh Safar. Dan bukan dari hasil penelitian kamu sendiri, kamu hanya bertaklid kepada Salaf/pendahulu panutanmu, kami tau hal ini. Tetapi apakah kamu pernah merepotkan dirimu dengan mau kembali kepada Al Qur’an agar mengetahui kenapa Allah menvonis kafir mereka?
Apakah Anda ingin tau?
Baik! Allah –Ta’âlâ- berfirman:

قُلْ أَ بِاللَّهِ وَ آياتِهِ وَ رَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِؤُنَ (65) لا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إيمانِكُمْ

“Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian selalu berolok-olok. Tidak usah kalian minta maaf, karena kalian telah kafir sesudah beriman.” (QS. At Taubah; 65-66)
Di manakah ada Qurrâ’ dalam kasus ini wahai Syeikh?
Atau Allah berbohong dalam mengabarkan kasus kejadian itu. Kami berlindung kepada Allah dari anggapan demikian. Dan saya pastikan bahwa Anda tidak bermaksud demikian. Tetapi itu hanya (akibat) taklid -wahai Dr. Safar-. Taklid yang selama ini kalian mencela pihak lain karenanya. Allah berfirman bahwa kaum munafikin itu telah mengolok-olok “Allah, ayat-ayat dan Rasul-Nya” dengan redaksi yang tegas! Tetapi Syeikh Safar menafikan kenyataan tersebut. Ia berkata: ”Tidak!”. Sementara vonis kafir atas mereka telah Allah turunkan!
Ini sekedar satu contoh dari ratusan contoh di mana Syeikh Safar dan semisalnya mengklaim bahwa ucapan mereka adalah ucapan Allah dan ucapan Rasul-Nya!Kemudian mereka membangun di atasnya vonis kafir atas orang yang menyindir atau mengkritisi pendapan/ucapan mereka. Dalam ayat tersebut sama sekali tidak ada sebutan Qurrâ’Lalu apakah Syeikh Safar bermaksud mau mencabut ayat untuk dasar vonis mengafirkan orang yang berbeda pendapat dengannya atau menyalahi sebagian Salaf panutannya?
Ia pergi berpegangan dengan riwayat-riwayat dzanniyah/yang belum pasti kebenaranya dan meninggalkan kejelasan ayat Al Qur’an?
Betapa sering saya mendengar seorang Khathib atau Da’i –selain Dr. Safar- mengulang-ulang pembicaraan ini! Mereka membentengi diri mereka dari kritikan bahwa Allah menvonis kafir mereka yang berbicara Qurrâ’ dan saling tunduk. Apa-apaan ini?
Akhirnya, saya nasihati Dr. Safar al Hawâli –semoga Allah membimbingnya kepada kebenaran- agar ia melampaui pembacaan sektarian yang memotong-motong nash-nash dan mempekerjakannya untuk kepentingan mazhab menuju pembacaan nash Ilahi itu sendiri. Kesalah-pahaman itu sangat banyak terjadi. Saya mengetahui bahwa ajakanku ini mungkin saja tidak bergema dan tidak mendapat sambutan; karena pembacaan sektarian sempat telah menguasai banyak akal dan hati. Ini pangkal problemnya.
(Selesai)

Inilah Mu’awiyah Yang Kalian Promosikan Kepada Dunia!

Mengenal Lebih Dekat Mu’awiyah Yang Dibanggakan Kaum Salafi Wahabi Nawashib!
Oleh Abu Salafy
Yang sangat mengherankan adalah orang-orang -yang mengaku mencintai Nabi saw.- memuji oknum-oknum yang telah menghabiskan hidup mereka dalam memerangi Rasulullah saw, Ahlulbait/keluarga dekat dan para sahabat beliau selama delapan puluh tahun!
Mu’awiyah lahir lima tahun sebelum kenabian, ia “disusui” dengan kebencian kepada Nabi sejak bayi. Ayahnya adalah Abu Sufyan. Ibunya adalah Hindun si pengunyah jantung Hamzah pama Nabi saw.. Bibinya Hammalatul Hathab/si penggendong kayu bakar (seperti diabadikan dalam surah Al Lahab/Tabbat_red[1]
Ma’awiyah -pada awal masa periode Mekkah- bagian dari anak-anak kecil yang dipimpin oleh tokoh-tokoh kafir Quraisy untuk menggangu Rasulullah saw.
Dan Mu’awiyah bergabung bersama para remaja/pemuda Quraisy yang juga menggangu dan menyakiti beliau di bagian akhir masa periode Mekkah.
Kemudian ia bergandeng tangan bersama ayahnya dalam memerangi Nabi saw. di berbagai peperangan. Dan ketika memerangi Nabi itulah abang kandungnyaHandzalah mati terbunuh dalam perang Badar (ia dibunuh oleh Ali dengan pedangnya), demikian juga dengan kedua kakeknya yaitu ‘Utbah dan Syaibah dan paman (saudara ibunya) yaitu al Walid!
Kemudian ketika kota Mekkah ditaklukkan oleh Nabi dan kaum Muslimin, ia menyatakan Islam secara munafik. Dan ia ikut serta dalam perang Hunain sebagai seorang munafikIa bersama ayahnya termasuk yang memisahkan diri dan berlindung di sebuah puncak bukit, dan ia juga bersama ayahnya berkata: “Hari ini batallah sihir -Muhammad-“. (Ia katakan itu ketika menyaksikan kekalahan kamu Muslimin dalam perang Hunain_red)!
Kemudian ia bersama ayahnya pada perangan Hunain itu mencuri seekor unta milik seorang wanita Muslimah tua, lalu wanita tua itu melaporkan mereka berdua kepada Nabi saw., lalu keduanya bersumpah dan mengingkari bahwa mereka mencurinya, maka wahyu turun memberitahu Nabi saw tentang tempat unta itu disembunyikan. Maka Nabi saw. mengecam mereka berdua dan mengembalikan unta itu kepada wanita tua itu.
Dan Nabi saw. pun berusaha melunakkan hati keduanya agar bisa menerima Islam dengan tulus dengan memberinya santunan dari bagian rampasan perang.
Kemudian Mu’awiyah di Tabuk, bersama ayahnya ia berusaha membunuh Nabi di puncak lembah Tabuk, tetapi Allah menyelamatkan beliau saw.
Kasus rencana pembunuhan keji terhadap Nabi saw. telah disebutkan Allah dalam Al Qur’an; Kitab Suci-Nya dengan firman-Nya:

وَ هَمُّوا بِما لَمْ يَنالُوا

“Dan mereka menginginkan apa yang mereka tidak dapat mencapainya.”(QS. At Taubah;74)[2]
Saat itu bersama Abu Sufyan dan Mu’awiyah beberapa orang lainnya jumlah mereka mencapai empat belas (14) orang, maka Nabi saw. melaknat mereka.
Dan sepulang dari peperangan Tabuk, Nabi saw. mengusir mereka yang telah berencana membunuh Nabi saw. dan termasuk mereka Abu Sufyan dan kedua putranya yaitu Mu’awiyah dan ‘Utbah! Riwayat tentang kejadian ini shahih.
Kemudian di masa kekhalifahan Utsman, Mu’awiyah bersungguh-sungguh dalam mengumpulkan harta dan menindas kaum Shalihin dan bertransaksi dengan sistem Riba.
Di masa kekhalifahan Ali, Mu’awiyah membunuh dua puluh lima (25) sahabat Badriyyun (yang ikut serta berjuang bersama Nabi dalam peperangan Badar memerangi kaum Musyrikun Mekkah_red) dan membunuh sekitar dua ratusan (200) sahabat Nabi saw. yang berbai’at kepada Nabi saw. dalam Bai’at Ridhwan… Mereka semua dibunuh Mu’awiyah ketika mereka membela Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam peperangan Shiffin menumpas pemberontakan yang dipimpin Mu’awiyah.
Kemudian di masa kekuasaannya, Mu’awiyah melaknati Ali dari atas mimbar-mimbar.
Ia menindas kaum Anshar.
Mencongkel kuburan Hamzah (paman Nabi saw. yang gugur syahid dalam perang Uhud yang kemudian dadanya dirobek dan jantungnya dikeluarkan dan dikunyah hingga lumat oleh Hindun ibu Mu’awiyah, karena itu Hindun digelari Akilatul Akbad/si pengunyah Jantung._red) dan memerintah salah seorang pekerjanya untuk memukul-mukul kaki Hamzah yang dalam perang Badar telah membuhun kakek Mu’awiyah, hingga akibat pukulan itu tersembur darinya darah segar.
Mu’awiyah (di masa kekuasaannya_red) bermaksud merusak mimbar Rasulullah saw. sebanyak dua kali, tetapi ia gagal karena di saat ia hendak merusaknya langit mendadak menjadi gelap gulita, maka ia ketakutan dan ia batalkan niat itu.
Ia pergi ke Abwa’ (di sana ibunda Nabi tercinta dikebumikan) untuk mencongkel kuburan ibunda Nabi saw. dan membuang jasadnya ke dalam sumur, lalu Allah menyiksanya dengan penyakit Lakwah yang mendadak menyerangnya, maka niatan itu tidak terlaksana.
Kemudian, di akhir hidupnya, terwujudlah apa yang disabdakan Nabi saw. bahwa:“Mu’awiyah akan mati tidak di atas agamaku.” Hadis ini shahih berdasarkan syarat Muslim. Dan Universitas Ummul Qura telah menshahihkan hadis ini.
(link: untuk mengkaji tentang Islamnya Mu’awiyah di sini:https://abusalafy.wordpress.com/2014/07/05/mazhab-salaf-shaleh-tentang-islamnya-muawiyah-bagian 9/)
Dan juga terealisasikan pada diri Mu’awiyah hadis Nabi saw. yang lain yaituHadis Dubailah. Mu’awiyah diserang penyakit kutukan yang namanya Dubailah yaitu semacam borok/luka yang besar yang menembus punggungnya hingga dada. Mu’awiyah tersiksa dengan penyakit ini selama setahun penuh sebelum kemudian ia mati. Dalam Shahih Muslim dari hadis riwayat Qais bin Ubadah dari Ammar:
“Delapan orang (dari kaum munafikin yang bermaksud membunuh Nabi di puncak bukit Aqabah) akan ditimpakan ke atas mereka Dubailah: api (penyakit kutukan) yang muncul pada punggung dan menembus ke dada-dada mereka.”
Ia tidak bisa mengenakan pakaian dalam sampai-sampai petugas istana menyiapkan baju dalam yang sangat lembut terbuat dari kulit bagian tertentu dari burung agar tidak membuat Mu’awiyah kesakitan ketika bergesekan dengan baju itu, tetapi kemudian baju itu memberatkan dan mengganggu Mu’awiyah. Dan ketika sakit itu menganas dan berlangsung lama, dokter pribadi Mu’awiyah (seorang Kristen) menasihatinya agar mengenakan kalung SALIB sebagai jimat untuk menagkal sakit dan agar ia berlepas diri dari agama Muhammad. Mu’awiyah pun mengikuti nasehat dokter itu, ia pakai kalung SALIB itu dan ia pun mati dengan megenakan kalung SALIB tersebut.
(Untuk mengkaji tentang hadis Dubailah dipersilahkan merujuk buku karya Syeikh Hasan yang dapat Anda baca dalam situs beliau)
Ia “ARCA/SESEMBAHAN” kalian yang mana dunia kalian penuhi dengan pujian atasnya. Andai tidak ada untuknya selain hadis Nabi saw.: ” Mu’awiyah mati di atas selain agamaku.” pastilah sudah cukup bukti kecaman atasnya. Hadis ini memotong semua perdebatan. Hadis ini para parawinya tsiqat/jujur dan terpercaya, kokoh dalam periwayatan. Sebagian mereka mendengar dari sebagian lainnya. Ia telah dishahihkan oleh sekelompok Ahli Hadis berdasarkan syarat Muslim. Di antara mereka adalah Muhaddis/Pakar Hadis Muhammad Azur al Makki dan Ibnu Aqil (Muhammad bin Aqil penulis kitab An-Nashaih_Al-Kafiyah )
 ____________________
[1] Dalam Al Qur’an surah al Masad Allah berfirman:

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحيمِ

تَبَّتْ يَدا أَبي‏ لَهَبٍ وَ تَبَّ ما أَغْنى‏ عَنْهُ مالُهُ وَ ما كَسَبَ سَيَصْلى‏ ناراً ذاتَ لَهَبٍ وَ امْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ في‏ جيدِها حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.
Ibnu Katsir berkata: “Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar” … dia adalah Ummu jamîl. Dan namanya adalah Arwâ binti Harb bin Umayyah. Dia adalah saudari Abu Sufyan. Ia membantu suaminya dalam kekafiran, penentangan dan pembangkangannya. Karena itu kelak di hari kiamat ia menjadi pembantu atas suaminya dalam siksa di dalam nereka Jahannam. Karena itu Allah berfirman: “Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.”Yaitu ia akan membawa katu bakar lalu dilemparkan ke atas suaminya agar menambah siksa atas siksa yang ia terima. Ia disiapkan untuk itu.
“Yang di lehernya ada tali dari sabut.” Mujahid dan Urwah berrkata: “Dari sabut neraka.”
Tentang kebiasaan jahat bibi Mu’awiyah ini, Ibnu Katsir berkata: “Al Aufi dari Ibnu Abbas, dan Athiyyah al Jadali, adh Dhahhâk dan Ibnu Zaid berkata: ‘Dia (Ummu Jamîl) selalu meletakkan duri-duri di jalan yang biasa dilalui Rasulullah saw..”
Ibnu Jarîr berkata: “Ia menghina Nabi saw.dengan kemiskinan.”
Said bin Musayyib berkata: “Ia memiliki seuntai kalung yang sangat mahal, lalu ia berkata: ‘Aku akan sumbangkan kalung ini untuk permusuhan kepada Muhammad.”
Karena itu Allah mengganti kalung itu di akhirat dengan kalung dari sabut api neraka yang mengelilingi lehernya. (Lebih kanjut dipersilahkan merujuk Tafsir Ibnu Katsir,4/2088-2089). Dâr al Fikr. Beirut.
[2] Ibnu Katsir dan para Mufassir lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah di atas adalah rencana sekelompok kaum munafikin untuk membunu Nabi saw. dengan menjatuhkan beliau saw. dari puncak tebing ke dalam jurang dalam perjalanan pulang dari peperangan Tabuk. Kisah itu sebagai berikut: Dalam perjalanan pulang dari peperangan Tabuk untuk melawan kaum Romawi di perbatasan wilayah kekuasaan kerajaan Romawi (sekarang di sekitar Yordania), sebuah tujuan yang sangat jauh dan ditempuh dalam waktu yang panjang… walaupun dalam perjalanan tersebut tidak terjadi pertempuran karena pasukan Romawi lari meninggalkan tempat tersebut setelah mendengar kedatangan Rasulullah saw. bersama pasukan Mujahidin, akan tetapi cukuplah kehadiran Rasulullah saw. dengan pasukannya yang gagah berani itu menanamkan rasa takut baik para pasukan Romawi maupun kabilah-kabilah yang mungkin berpikir untuk menyerang kaum Muslimin.
Dalam perjalanan pulang -yang sengaja ditempuh di waktu malam untuk menghindari sengatan panas musim panas yang sangat itu-, beliau memilih jalan khusus dengan melewati tebing sempit berbatu yang sisi kanan-kiri adalah jurang yang sangat dalam, dan meminta para sahabat untuk menempuh jalan lain. Beliau hanya ditemani oleh dua sahabat kepercayaan beliau yaitu Ammar bin Yasir -yang bertugas menuntut kuda beliau- dan Hudzaifah bin al Yaman –yang bertugas menggiring kuda dari belakang-. Di saat itu, sekelompok kaum munafikin -yang juga bergabung dalam pasukan- yang memang sudah merencakana rencana jahat untuk membunuh Rasulullah. Mereka tidak mengindahkan larangan Nabi saw. untuk tidak membuntuti beliau dan melewati jalan tebing itu, mereka menanti sehingga ketika Nabi saw. sudah berada punggung tebing itu mereka beramai-ramai memasuki jalan sempit itu dengan menggelindingkan kantung kulit besar yang telah diisi dengan batu-batu kelikil agar membuat panic kuda yang ditunggangi Rasulullah saw. dan dengan demikian beliau akan terjatuh ke dalam jurang berbatu itu…. Tetapi sebelum merela mendekat, Nabi saw. memerintahkan Hudzaifah untuk mengusir mereka. Segera setelah Hudzaifah berbalik ke arah mereka, Hudzaifah mengusir mereka sdan mereka pun mengira bahwa niatan jahat mereka telah terbongkar maka mereka pun melarikan diri untuk menyembunyikan jati diri mereka… Hudzaifah pun tidak bisa melihat dengan jelas wajah-wajah mereka karena disamping malam lumayan delap, mereka juga menggunakan tutup wajah…. Tetapi Hudzaifah mengenali kuda-kuda mereka… setelah Hudzaifah kembali menemui Rasulullah saw. beliau bertanya kepada Hudzaifah apakah ia mengenali mereka? Hudzaifah menjawab: “Tidak. Suasana gelap dan mereka menutup wajah-wajah mereka.” Nabi bertaka: “

هؤلاء المنافقون إلى يوم القيامة

“Mereka adalah orang-orang munafikik hingga hari kiamat.”
Kemudian beliau bertanya kepada Hudzaifah dan Ammar: “Tahukan kamu apa yang mereka inginkan?” mereka berdua menjawab: ”Tidak.” Nabi saw. menegaskan: “Mereka bermaksud mendesak dan mendorong kita di puncak tebing.”
Mereka berjumlah sekitar empat belas orang.
Dan setelah menyebutkan beberapa riwayat tentangnya Ibnu Katsir beerkata: “Dan yang membuktikan kebenaran kisah di atas adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya… (kemudian ia menyebutkan beberapa riwayat salah satunya adalah:
Nabi saw. bersabda:

في أصحابي إثنا عشر منافقون لا يدخلون الجنة ولا يجدون ريحها حتى يلج الجمل في سم الخياط ….

“Di antara para sahabatku ada dua belas orang munafik. Mereka tidak akan memasuki surga dan tidak akan pernah menciuam harum semerbak wewangiannya sehinggga unta memasuki lubang jarum. Delapan dari mereka akan dibinasakan dengan Dubailah yaitu api yang akan menyala-nyala pada punggung-punggung mereka dan menembus ke dada-dada mereka.” (Lebih lanjut dipersilhkan merujuk Tafsir Ibnu Katsir,2/866-867)
Dan Mu’awiyah di akhir hidupnya disiksa Allah dengan Dubailah tersebut. Allah siksa Mu’awiyah dengan luka yang memborok di punggungnya dan akhirnya menembus ke bagian dadanya …. Maka dengan demikian dapat dipastikan bahwa Mu’awiyah tterlibat dalam usaha pembunuhan Nabi saw. di ‘Aqabah (bukit) sepulang dari perang Tabuk.

Penipuan Salafi Wahabi Atas Nama Salaf!

Penipuan Salafi Wahabi Atas Nama Salaf!

Salaf! Salaf!

Dahulu aku mempercayai mereka (Salafi-Wahabi_red) ketika aku tertipu bahwa mereka benar-benar berada di atas Hasan FarhanMANHAJ para sahabat dan Tabi’în, tetapi kenyataannya aku dapati mereka hanya memilih Salaf yang FASIK dan JAHIL,bahkan kebanyakan mereka tidak ikut memilih, karena mereka bukan para peneliti, akan tetapi memilih apa yang dipilihkan untuk mereka oleh al Lâlakai, Ibnu Buththah dan Ibnu Taimiyah dkk… dan sangat disayangkan bahwa mereka telah meyakinkan banyak orang dan kaum awam bahwa Syari’at Allah harus diambil dari SALAF, dan bukan diambil dariKitabullah dan Sunnah yang Shahihah!
Mereka tidak serius dalam menjadikan Al Qur’an dan Sunnah sebagai dua sumber utama Syari’at. Keduanya berada di bawah belas kasih sebagian SALAF mereka. Mereka akan mengizinkan Allah dan Rasul-Nya berperan ketika mereka kehendaki saja. Sehingga jadilah Syari’at kita bukan bersumber dari Allah, khususnya dalam Akidah. Tetapi para pendeta yang kita jadikan tuhan-tuhan, persis seperti yang dilakukan umat-umat sebelum kita.
.
Karena itu mereka (kaum Salafi Wahabi_red) hanya mengulang-ulang tanpa mereka sendiri memahaminya: SALAF! SALAF! Mereka tidak mengkaji legalitas Syar’i penetapan prinsip Bid’ah Besar ini (yaitu menjadikan SALAF sebagai sumber agama_red)… mereka tidak mengenal SALAF. Mereka hanya kenyang dengan nukilan-nukilan secara taklid buta.
Oleh sebab itu, saya ulangi bahwa: Menjadikan SALAf –walaupun yang shaleh di antara mereka- sebagai sumber Syari’at adalah BID”AH KEMUSYRIKANbukan sekedar bid’ah praktis biasa. Janganlah kalian (pengikut Salafi Wahabi) memerangi ‘Bid’ah’ saya dalam pandangan kalian yang walaupun belum pasti itu bid’ah dengan BID’AH kalian yang pasti dan bersifat BID’AH KEMUSYRIKANAtau paling tidak jangan perangi bid’ah dengan bid’ah lainnya.
Khulashah
Ringkas kata di sini saya katakan: Agungkan Allah dalam hati-hati kalian! Jangan kalian memvonis orang lain kafir berdasarkan kaca mata mazhab, dan membela hanya karena mazhab! Vonis kafir karena Allah! Belalah Allah! Dengan arti: Hendaknya tertanam dalam niat kalian ketika menetapkan vonis hanya Allah semata dasar dan tujuan kalian. Bukan selain-Nya!
.
Mereka yang pandai mengecam orang lain dari pengikut mazhab-mazhab dengan menuduh mereka selain Allah… mereka yang menvonis itu sama sekali tidak adil dan tidak jujur. Pengkafiran mereka itu hanya atas dasar mazhab dan kesukuan. Bukan karena Allah. Buktinya adalah bahwa mereka tidak menetapkannya berdasarkan ketetapan kaidah Syari’at Allah. Akan tetapi mereka berlari di belakang para “pendeta” mereka (maksudnya vonis mereka berdasarkan fatwa-fatwa para “pendeta/rahib” mereka [ulama Salafi Wahabi_red]): INI SYIRIK! INI KAFIR! Mereka tidak memiliki kaidah Syar’i yang baku yang dijalankan demi Allah.
Kemudian andai mereka menemukan… andai mereka mengetahui bahwa merekaMEMVONIS KAFIR kaum SUFI atas dasar perkara-perkara tertentu yang terbukti juga dilakukan oleh SALAF mereka, apa yang akan mereka lakukan? Pasti mereka akan menganggap SALAF mereka itu sedang berijtihadseperti dalam menyeru selain Allah (yang dijadikan oleh Salafi Wahabi sebagai alasan memvonis kafir seluruh kaum Muslimin_red). Tetapi anehnya, ketika yang melakukannya adalah kaum Sufi, mereka dengan tanpa ragu menjatuhkan vonis MUSYRIK!
Jadi, mari kita kembali kepada inti masalahnya. Mu’awiyah dalam akidah Salafi mendapat PAHALA atas pelaknatannya kepada para sahabat. Sementara SYIAH mereka vonis kafir karena mencela sahabat!
Di sini, kita dapati mereka (Salafi Wahabi) menyembah EGO dan MAZHAB, bukan menyembah Allah.
Ini adalah masalah-masalah praktis yang jeli dan menentukan. Jika pengikut Salafi yang masih baik memahaminya pasti mereka akan bangkit melawan para“PENDETA” mereka. Karena terbongkar di hadapan pikiran mereka penggunaan standar ganda dan jual beli agama yang mereka sedang lakoni.
Andai mereka menemukan bahwa ternyata Ibnu Taimiyah membolehkan menyeru: “YA MUHAMMAD/Wahai Muhammad!”… dan bahwa Ahmad bin Hanbal ternyata membolehkan berucap: “Aku berlindung kepada SAYYID/tuan/penguasa lembah ini”… dan al Harbi al Hanbali membolehkanbertabarruk (mengambil keberkahan) dari kuburan Ma’ruf al Karkhi… apakah jika mereka (Salafi Wahabi) menemukan ini semua, mereka sanggup menjatuhkan vonis yang sama ke atas Syi’ah dan kaum Sufi dan juga Ibnu Taimiyah dan Ahmad ?! dengan memvonis mereka semua adalahMUSYRIKUN?!
Saya yakin, jawabnya sudah jelas. Mereka tidak akan berani untuk menstempel Ibnu Taimiyah dengan stempel BID’AH apalagi MUSYRIKwalaupun terbukti bahwa Ibnu Taimiyah bersujud kepada arca-arca. Jadi, inti problemnya adalah MEYEMBAH MAZHABbukan menyembah Allah!
Oleh karena itu nasihat saya kepada teman-teman pengikut Salafi yang masih baik: Tinggalkan segala perkara Jangan kamu kaji, fahami hukum Allah. Tetapkan status MUSLIM untuk setiap orang yang mengucapkan Syahadatain. Jangan memikul tanggungan orang lain.
Dahulu saya juga seperti kalian, TERTIPU! Apakah kalian mengira bahwa saya bisa terbebas dari jeratan itu dengan mudah? Itu saya peroleh setelah bertahun-tahun meneliti dengan penuh keseriusan; mencari kebenaran, dan mengalami kebingungan dll… tetapi pada akhirnya, aku temukan mazhab-mazhab itu bermiripan. Dan orang yang ikhlas karena Allah dalam bermazhab itu sedikit. Tetapi yang ikhlas karena mazhab itu banyak. Menyembah mazhab itu sangat samar. Dan ia mendorong untuk menghias mazhab dan menganggapnya suci dan akan menyebabkan matinya hati nurani.
Khulashah!
Barang siapa yang menginginkan pahala dan keridhaan Allah, maka dengan kejujuran niatnya ia pasti akan mendapatkannya. Tetapi dengan syarat ia harus meninggalkan kecongkakan, berlebih-lebihan secara bodoh dalam mazhabDan barang siapa ingin menyembah mazhab pasti kedua telinganya akan tuli dari segala nasihat dan akan berketerusan dalam menyembahnya!

INFO BUKU: Pertentangan antara Aqidah Ibn Taymiyyah & Al-Albani

Pertentangan antara Aqidah Ibn Taymiyyah & Al-Albani
Ibn_taimiyah_albani (1)Klik foto untuk memperbesar

Terjemahan kitab an-Nuqul al-Wa-dhihah al-Jaliyyah fi ‘Irdh Inkar al-Albani fi al-Aqidah ala Ibn Taymiyyah
Karya Al Muhaddis As Sayyid  Hasan bin Ali as-Saqqaf
Penerjemah : Abu Hamida
Tipe Produk: Buku
Penerbit : Ansharus Sunnah
Tahun Terbit: 2013
Jumlah Halaman: 92 halaman
Harga : Rp. 16.000,-
Inilah risalah kami yang berjudul “an-Nuqul al-Wa-dhihah al-Jaliyyah fi ‘Irdh Inkar al-Albani fi al-Aqidah ala Ibn Taymiyyah”. Di dalamnya, saya ketengahkan beberapa masalah ideologis (aqa’idiyyah) dalam tauhid yang saya ketahui, yang diperselisihkan di antara Ibn Taymiyyah dan al-Albani, pada khususnya, dan sejawat-sejawat mereka yang lain, pada umumnya.
Selain itu, di situ saya ketengahkan beberapa masalah furu’ yang diperselisihkan di antara orang-orang yang telah kami sebutkan tadi, tetapi sedikit.
Latar belakang ditulisnya buku ini adalah, saya bertemu dengan seorang pemuda penganut Al-Albani. Ia bertanya kepada saya, “Mengapa Anda bersilang pendapat dengan Imam Ibn Taymiyyah dalam beberapa masalah akidah, dan Anda mencelanya?” 
.
Saya jawab, “Pertanyaan ini mestinya ditujukan kepada gurumu, al-Albani, sebelum ditujukan kepada-ku, karena dia juga termasuk orang-orang yang mencela dan menolak beberapa keyakinan Ibn Taymiyyah dalam banyak masalah. Barangkali, kalau seseorang mengumpulkannya, niscaya terkumpul lebih dari 200 masalah.”
Orang itu berkata, “Apakah masuk akal? Bisakah saya mengetahuinya?”
Saya katakan kepadanya, “Saya akan menulis sebuah risalah untukmu tentang sebagiannya. Lalu saya akan mencurahkan tenaga, pikiran dan waktu, atas izin Allah SWT, untuk mengumpulkan seluruhnya dan menuliskannya dalam sebuah buku besar. Dalam buku itu, saya akan mengetengahkan masalah-maalah akidah yang diperselisihkan di antara orang-orang seperti Ibn Taymiyyah, Ibn al-Qayyim, asy-Syaukani dan orang-orang yang bertaklid kepada mereka atau yang cenderung kepada mereka seperti al-Albani dan beberapa orang yang mengaku salaf. Semoga Allah SWT memberi mereka petunjuk kepada kebenaran dan jalan yang lurus. Maka, saya memulai risalah yang ringkas ini. Semoga Allah SWT memberikan taufik-Nya.”
Ibn_taimiyah_albani (2)Klik foto untuk memperbesar
Terlebih dahulu, saya mengajukan dua pertanyaan kepada pemuda ini dan lain-lain—semoga Allah memberi hidayah kepadanya. Saya berharap dia mau menjawab kedua pertanyaan itu ketika sendirian, jika tidak ingin menjawab di tengah keramaian. Oleh karena itu, saya katakan kepadanya:
1. Apa pendapatmu tentang setiap masalah dari masalah-masalah yang akan saya kemukakan, dan terutama masalah-masalah pokok akidah. Siapakah yang akidahnya benar dalam hal ini: Ibn Taymiyyah atau al-Albani? Siapakah yang pantas masuk surga karenanya? Siapakah di antara kedua orang ini yang akidahnya salah dan tidak pantas masuk surga?
2. Jika Anda mengatakan bahwa orang yang salah dari kedua orang itu dalam masalah-masalah akidah ini tetap diberi pahala—padahal hal tersebut ditentang oleh ahli kebenaran dan ulama Ahlus-sunnah, karena tidak berlaku ijtihad dalam prinsip-prinsip akidah—maka saya katakan kepada Anda:
“Mengapa Anda tidak mengatakan bahwa orang yang berbeda pandangan dengan Anda—seperti Anda katakan—dalam masalah akidah, dan mereka adalah para pemuka mazhab Asy’ariyyah dan mayoritas Ahlussunnah, juga diberi pahala? Atau, apakah hal itu hanya berlaku bagi Anda dan terlarang bagi selain Anda?”
(Dikutip dari Mukadimah buku diatas hal 8-10)

AL-ALBANI MELEMAHKAN BEBERAPA HADITS DARI 
IMAM BUKHORI DAN IMAM MUSLIM.




Mari kita sekarang meneliti sebagian pilihan/seleksi isi buku Syeikh Saqqaf tentang kesalahan-kesalahan al-Albani yang kami kutip bahasa Inggrisnya dan kami terjemahkan serta susun semampunya dari versi bahasa Inggris dengan judul ‘Al-Albani’s Weakening of Some of Imam Bukhari and Muslim’s Ahadit. Kitab asli bahasa Arabnya berjudul ‘Tanaqadat al-Albani al-Wadihat’ (Kontradiksi yang nyata/ jelas pada Al-Albani) oleh Syeikh Saqqaf, Amman, Jordania. AL-ALBANI'S WEAKENING OF SOME OF IMAM BUKHARI AND MUSLIM'S AHADITH. Al-Albani melemahkan beberapa hadits dari Imam Bukhori dan Imam Muslim. Al-Albani has said in "Sharh al-Aqeedah at-Tahaweeah, pg. 27-28" (8th edition, Maktab al-Islami) by Shaykh Ibn Abi al-Izz al-Hanafi (Rahimahullah), that any Hadith coming from the Shohih collections of al-Bukhari and Muslim is Shohih, not because they were narrated by Bukhari and Muslim, but because the Ahadith are in fact correct. But he clearly contradicts himself, since he has weakened Ahadith from Bukhari and Muslim himself! Now let us consider this information in the light of elaboration :- Syekh Al-Albani telah berkata didalam Syarh Al-Aqidah at-Tahaweeah hal.27-28 cet.ke 8 Maktab Al-Islami oleh Sjeik Ibn Abi Al-Izz Al-Hanafi (Rahimahullah). “Hadits-hadits shohih yang dikumpulkan oleh Bukhori dan Muslim bukan karena diriwayatkan oleh mereka tapi karena hadits-hadits tersebut sendiri shohih”. ! Tetapi dia (Albani) telah nyata berlawanan dengan omongannya sendiri karena pernah melemahkan hadits dari dua syeikh tersebut. Mari kita lihat beberapa hadits dari Imam Bukhori dan Imam Muslim yang dilemahkan oleh Syekh al-Albani keterangan berikut ini : Selected translations from volume 1. Terjemahan-terjemahan yang terpilih dari jilid (volume) 1. No.1: (*Pg. 10 no. 1 ) Hadith: The Prophet (Sall Allahu alaihi wa Aalihi wa Sallim) said: "Allah says I will be an opponent to 3 persons on the day of resurrection: (a) One who makes a covenant in my Name but he proves treacherous, (b) One who sells a free person (as a slave) and eats the price (c) And one who employs a laborer and gets the full work done by him, but doesn't pay him his wages." [Bukhari no 2114-Arabic version, or see the English version 3/430 pg 236]. Al-Albani said that this Hadith was DAEEF in "Daeef al-Jami wa Z iyadatuh, 4/111 no. 4054". Little does he know that this Hadith has been narrated by Ahmad and Bukhari from Abu Hurayra (Allah be pleased with him)!! No.1: (Hal. 10 nr.1) Sabda Rasulallah saw. bahwa Allah swt.berfirman: Aku musuh dari 3 orang pada hari kebangkitan ; a) Orang yang mengadakan perjanjian atas NamaKu, tetapi dia sendiri melakukan pengkhianatan atasnya b) Orang yang menjual orang yang merdeka sebagai budak dan makan harta hasil penjualan tersebut c) orang yang mengambil buruh untuk dikerjakan dan bekerja penuh untuk dia, tapi dia tidak mau membayar gajihnya. (Bukhori no.2114 dalam versi bahasa Arab atau dalam versi bahasa Inggris 3/430 hal. 236). Al-Albani berkata dalam Dhaif Al-jami wa Ziyadatuh 4/111 nr. 4054. bahwa hadits ini lemah. Dia (Al-Albani) memahami hanya sedikit tentang hadits, hadits diatas ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Bukhori dari Abu Hurairah ra. No.2: (*Pg. 10 no. 2 ) Hadith: "Sacrifice only a grown up cow unless it is difficult for you, in which case sacrifice a ram." [Muslim no. 1963-Arabic edition, or see the English version 3/4836 pg. 1086]. Al-Albani said that this Hadith was DAEEF in "Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 6/64 no. 6222." Although this Hadith has been narrated by Imam's Ahmad, Muslim, Abu Dawood, Nisai and Ibn Majah from Jaabir (Allah be pleased with him)!! No.2: (Hal. 10 nr.2) Hadits : “Korbanlah satu sapi muda kecuali kalau itu sukar buatmu maka korbanlah satu domba jantan” ( Muslim nr.1963 dalam versi bahasa Arab yang versi bahasa Inggris 3/4836 hal.1086). Al-Albani berkata Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 6/64 nr. 6222 bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Muslim, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah dari Jabir ra. No.3: (*Pg. 10 no. 3 ) Hadith: "Amongst the worst people in Allah's sight on the Day of Judgement will be the man who makes love to his wife and she to him, and he divulges her secret." [Muslim no. 1437- Arabic edition]. Al-Albani claims that this Hadith is DAEEF in "Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 2/197 no. 2005." Although it has been narrated by Muslim from Abi Sayyed (Allah be pleased with him)!! No.3: (Hal.10 nr.3) Hadits: ‘Termasuk orang yang paling buruk dan Allah swt. akan mengadilinya pada hari pembalasan yaitu suami yang berhubung- an dengan isterinya dan isteri berhubungan dengan suaminya dan dia menceriterakan rahasia isterinya (pada orang lain) ‘ (Muslim nr.1437 penerbitan dalam bahasa Arab). Al-Albani menyatakan dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 2/197 nr. 2005 bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Sayyed ra. No.4: (*Pg. 10 no. 4 ) Hadith: "If someone woke up at night (for prayers) let him begin his prayers with 2 light rak'ats." [Muslim no. 768]. Al-Albani stated that this Hadith was DAEEF in "Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 1/213 no. 718." Although it is narrated by Muslim and Ahmad from Abu Hurayra (may Allah be pleased with him)!! No.4: (Hal.10 nr.4) Hadits: “Bila seorang bangun malam (untuk sholat), maka mulailah sholat dengan 2 raka’at ringan” (Muslim nr. 768). Al-Albani dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 1/213 nr. 718 menyatakan bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah. No.5: (*Pg. 11 no. 5 ) Hadith: "You will rise with shining foreheads and shining hands and feet on the Day of Judgement by completing Wudhu properly. . . . . . . ." [Muslim no. 246]. Al-Albani claims it is DAEEF in "Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 2/14 no. 1425." Although it has been narrated by Muslim from Abu Hurayra (Allah be pleased with him)!! No.5: (Hal.11 nr. 5) Hadits: ‘Engkau akan naik keatas dihari kiamat dengan cahaya dimuka, cahaya ditangan dan kaki dari bekas wudu’ yang sempurna’ (Muslim nr 246). Al-Albani dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 2/14 nr. 1425 menyatakan bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah. No.6: (*Pg. 11 no. 6 ) Hadith: "The greatest trust in the sight of Allah on the Day of Judgement is the man who doesn't divulge the secrets between him and his wife." [Muslim no's 124 and 1437] Al-Albani claims it is DAEEF in "Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 2/192 no. 1986." Although it has been narrated by Muslim, Ahmad and Abu Dawood from Abi Sayyed (Allah be pleased with him)!! No.6: (Hal.11 nr. 6) Hadits: ‘orang yang dimuliakan disisi Allah pada hari pembalasan (kiamat) ialah yang tidak membuka rahasia antara dia dan isterinya’. (Muslim nr.124 dan 1437). Al-Albani dalam Dhaeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 2/192 nr. 1986 menyatakan bahwa hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan Abu Daud dari Abi Sayyed. No.7: (*Pg. 11 no. 7 )Hadith: "If anyone READS the last ten verses of Surah al-Kahf he will be saved from the mischief of the Dajjal." [Muslim no. 809]. Al-Albani said that this Hadith was DAEEF in "Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 5/233 no. 5772." NB- The word used by Muslim is MEMORIZED and not READ as al-Albani claimed; what an awful mistake! This Hadith has been narrated by Muslim, Ahmad and Nisai from Abi Darda (Allah be pleased with him)!! (Also recorded by Imam Nawawi in "Riyadh us-Saliheen, 2/1021" of the English ed'n). No.7: (Hal.11 nr.7) Hadits: ‘Siapa yang membaca 10 surah terakhir dari Surah Al-Kahfi, akan dilindungi dari kejahatan Dajjal ‘ (Muslim nr. 809). Al-Albani dalam Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 5/233 nr. 5772 menyatakan hadits ini lemah. Walaupun hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan Nasa’i dari Abi Darda ra. juga dikutip oleh Imam Nawawi dalam Riyadhos Sholihin 2/1021 dalam versi Inggris). NotaBene: Didalam riwayat Muslim disebut Menghafal (10 surat terakhir Al-Kahfi) bukan Membaca sebagaimana yang dinyatakan Al-Albani, ini adalah kesalahan yang nyata ! No.8: (*Pg. 11 no. 8 ) Hadith: "The Prophet (Sall Allahu alaihi wa Aalihi wa Sallim) had a horse called al-Laheef." [Bukhari, see Fath al-Bari of Hafiz Ibn Hajar 6/58 no. 2855]. But Al-Albani said that this Hadith was DAEEF in "Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 4/208 no. 4489." Although it has been narrated by Bukhari from Sahl ibn Sa'ad (Allah be pleased with him)!!! Shaykh Saqqaf said: "This is only anger from anguish, little from a lot and if it wasn't for the fear of lengthening and boring the reader, I would have mentioned many other examples from al-Albani's books whilst reading them. Imagine what I would have found if I had traced everything he wrote?" AL-ALBANI'S INADEQUACY IN RESEARCH (* Vol. 1 pg. 20) Shaykh Saqqaf said: "The strange and amazing thing is that Shaykh l-Albani misquoted many great Hadith scholars and disregards them by his lack of knowledge, either directly or indirectly! He crowns himself as an unbeatable source and even tries to imitate the great scholars by using such terms like "Lam aqif ala sanadih", which means "I could not find the chain of narration", or using similar phrases! He also accuses some of the best memorizers of Hadith for lack of attention, even though he is the one best described by that!" No. 8 (Hal.11 nr. 8) Hadits: Rasulallah saw. mempunyai seekor kuda bernama Al Laheef’’ (Bukhori, lihat Fath Al-Bari oleh Hafiz ibn Hajar 6/58 nr.2855). Tapi Al-Albani dalam "Daeef Al-Jami wa Ziyadatuh, 4/208 nr. 4489 berkata bahwa hadits ini lemah. Walaupun diriwayatkan oleh Bukhori dari Sahl Ibn Sa’ad ra. Syeikh Segaf berkata : Ini hanya marah dari sakit hati ! Kalau tidak karena takut terlalu panjang dan pembaca menjadi bosan karenanya saya akan sebutkan banyak contoh-contoh dari buku-buku Al-Albani ..............) AL-ALBANI TIDAK SESUAI DALAM PENYELIDIKANNYA (jilid 1 hal.20) Syeikh Seggaf berkata: ‘ Sangat heran dan mengejutkan, bahwa Syeikh Al-Albani menyalahkan dan menolak hadits-hadits yang banyak diketengahkan oleh ulama-ulama pakar ahli hadits baik secara langsung atau tidak secara langsung, tidak lain semuanya ini karena kedangkalan ilmu Al-Albani ! . Dia mendudukkan dirinya sebagai sumber yang tidak pernah dikalahkan. Dia sering meniru kata-kata para ulama pakar (dalam menyelidiki suatu hadits) ‘Lam aqif ala sanadih’ artinya ‘ Saya tidak menemukan rantaian sanadnya’ atau dengan kata-kata yang serupa. Dia juga menyalahkan beberapa ulama pakar penghafal Hadits yang terbaik untuk kurang perhatian, karena dia sendiri merasa sebagai penulis yang paling baik. Now for some examples to prove our point: Beberapa contoh-contoh bukti yang dimaksud berikut ini : No.9: (* Pg. 20 no. 1 ) Al-Albani said in "Irwa al-Ghalil, 6/251 no. 1847" (in connection to a narration from Ali): "I could not find the sanad." Shaykh Saqqaf said: "Ridiculous! If this al-Albani was any scholar of Islam, then he would have known that this Hadith can be found in "Sunan al-Bayhaqi, 7/121" :- Narrated by Abu Sayyed ibn Abi Amarah, who said that Abu al-Abbas Muhammad ibn Yaqoob who said to us that Ahmad ibn Abdal Hamid said that Abu Usama from Sufyan from Salma ibn Kahil from Mu'awiya ibn Soayd who said, 'I found this in my fathers book from Ali (Allah be pleased with him).'" No.9: (Hal. 20 nr.1) Al-Albani dalam "Irwa Al-Ghalil, 6/251 nr. 1847" berkata: (riwayat dari Ali): ‘ Saya tidak menemukan sanadnya”. Syeikh Seggaf berkata: ‘Menggelikan! Bila Al-Albani ini orang yang terpelajar dalam Islam maka dia akan tahu bahwa hadits ini ada dalam Sunan Al-Baihaqi 7/121 diriwayatkan dari Abi Sayyed ibn Abi Amarah yang katanya bahwa Abu Al-Abbas Muhammad ibn Yaqub berkata pada kami bahwa Ahmad ibn Abdal Hamid berkata, bahwa Abu Usama dari Sufyan dari Salma ibn Kahil dari Mu’awiyah ibn Soayd berkata, Saya menemukan ini dalam buku ayah saya dari Ali kw. No.10: (* Pg. 21 no. 2 ) Al-Albani said in 'Irwa al-Ghalil, 3/283': Hadith of Ibn Umar 'Kisses are usury,' I could not find the sanad." Shaykh Saqqaf said: "This is outrageously wrong for surely this is mentioned in 'Fatawa al-Shaykh ibn Taymiyya al-Misriyah (3/295)': 'Harb said Obaidullah ibn Mu'az said to us, my father said to me that Soayd from Jiballa who heard Ibn Umar (Allah be pleased with him) as saying: Kisses are usury.' And these narrators are all authentic according to Ibn Taymiyya!" No.10: (Hal.21 nr.2) Al-Albani dalam 'Irwa Al-Ghalil, 3/283' berkata; Hadits dari Ibn Umar (Ciuman-ciuman adalah bunga yang tinggi [riba’) Saya tidak menemukan sanadnya. Syeikh Seggaf berkata: Ini kesalahan yang sangat aneh ! Ini sudah ada didalam Fatwa Syeikh Ibn Taimiyya Al-Misriyah 3/295: “Harb berkata bahwa Ubaidullah ibn Mu’az berkata pada kita; ayah saya berkata bahwa Suaid dari Jiballa mendengar dari Ibn Umar ra berkata: ‘ Ciuman-ciuman itu adalah (bunga?) yang tinggi ‘ Dan perawi-perawi dapat dipercaya menurut Ibn Taimiyyah ! No.11: (* Pg. 21 no. 3 ) Hadith of Ibn Masood (Allah be pleased with him): "The Qur'an was sent down in 7 dialects. Everyone of its verses has an explicit and implicit meaning and every interdiction is learly defined." Al-Albani stated in his checking of "Mishkat ul-Masabih, 1/80 no. 238" that the author of Mishkat concluded many Ahadith with the words "Narrated in Sharh us-Sunnah," but when he examined the chapter on Ilm and in Fadail al-Qur'an he could not find it! Shaykh Saqqaf said: "The great scholar has spoken! Wrongly as usual. I wish to say to this fraud that if he is seriously interested in finding this Hadith we suggest he looks in the chapter entitled 'Al-Khusama fi al-Qur'an' from Sharh-us-Sunnah (1/262), and narrated by Ibn Hibban in his Shohih (no. 74), Abu Ya'ala in his Musnad (no.5403), Tahawi in Sharh al-Mushkil al-Athar (4/172), Bazzar (3/90 Kashf al-Asrar) and Haythami has mentioned it in Majmoo'a al-Zawaid (7/152) and he has ascribed it to Bazzar, Abu Ya'ala and Tabarani in al-Awsat who said that the narrators are trustworthy." No.11: (Hal.21 nr.3) Hadits dari Ibn Mas’ud ra : ‘Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh (macam) bahasa, setiap ayat ada yang jelas dan ada yang kurang jelas dan setiap larangan itu jelas ....(ada batasnya) ‘ Al-Albani dalam Mishkat ul-Masabih, 1/80 nr. 238 menyatakan menurut penyelidikannya bahwa pengarang/penulis Mishkat memutuskan banyak hadits dengan kata-kata “diceriterakan/diriwayatkan dalam Syarh As Sunnah” tapi waktu dia (Albani) menyelidiki bab masalah Ilmu dan Keutamaan Al-Qur’an tidak menemukan hal itu ! Syeikh Seggaf berkata: ‘Ulama yang paling pandai telah berbicara kesalahan yang sudah biasa. Dengan kebohongan itu saya ingin mengata= kan, bila dia benar-benar tertarik untuk menemukan ini hadits, kami mengusulkan agar dia melihat dalam bab yang berjudul 'Al-Khusama fi Al-Qur'an van Sharh-us-Sunnah (1/262) dan diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam shohihnya nr. 74, Abu Ya’la dalam Musnadnya nr. 5403, Tahawi dalam Sharh Al Mushkil Al-Athar 4/172, Bazzar dalam Kash Al-Asrar 3/90, Haitami telah menyatakan dalam Majmu’a Al-Zawaid 7/152 dan dia merujuk kepada Bazzar, Abu Ya’la dan Tabrani dalam Al-Awsat yang berkata bahwa semua perawinya bisa dipercayai. No.12: (* Pg. 22 no. 4 ) Al-Albani stated in his "Shohihah, 1/230" while he was commenting on Hadith no. 149: "The believer is the one who does not fill his stomach. . . . The Hadith from Aisha as mentioned by Al-Mundhiri (3/237) and by Al-Hakim from Ibn Abbas, I (Albani) could not find it in Mustadrak al-Hakim after checking it in his 'Thoughts' section." Shaykh Saqqaf said: "Please don't encourage the public to fall into the void of ignorance which you have tumbled into! If you check Mustadrak al-Hakim (2/12) you will find it! This proves that you are unskilled at using book indexes and the memorization of Hadith!" No.12: (hal.22 nr.4) Al-Albani berkata dalam Shahiha, 1/230 waktu dia memberi komentar tentang hadits nr. 149; “ Orang yang beriman ialah orang yang perutnya tidak kenyang... “ hadits ini dari Aisyah yang disebutkan dalam Al-Mudhiri 3/237 dan Al-Hakim dari Ibn Abbas. Saya (Albani) tidak menemukan dalam Mustadrak Al-Hakim setelah penyelidikannya dan menurut pasal pikirannya. Syeikh Seggaf berkata: Tolong jangan berani menjatuhkan masyarakat kepada kebodohan yang sia-sia, yang mana engkau sudah terperosok didalamnya! Kalau engkau akan mencari dalam Mustadrak Al-Hakim 2/12 maka dia akan engkau dapati ! Ini membuktikan bahwa engkau sendiri tidak ahli menggunakan buku index dan memberitakan dari Hadits. No.13: (* Pg. 23 ) Another ridiculous assumption is made by al-Albani in his "Shohihah, 2/476" where he claims that the Hadith: "Abu Bakr is from me, holding the position of (my) hearing" is not in the book 'Hilya'. We suggest you look in the book "Hilya , 4/73!" No.13: (Hal.23) Lebih menggelikan lagi dugaan yang dibuat oleh Al-Albani dalam Shohihah, 2/476 yang mana dia menyatakan bahwa hadits: ‘Abu Bakar dari saya dan dia menempati posisi saya’ tidak ada didalam ‘Hilya’. Saya usulkan agar anda melihat didalam "Hilya, 4/73 " ! No.14: (*Pg. 23 no. 5 )Al-Albani said in his "Shohihah, 1/638 no. 365, 4th edition": "Yahya ibn Malik has been ignored by the 6 main scholars of Hadith, for he was not mentioned in the books of Tahdhib, Taqreeb or Tadhhib." Shaykh Saqqaf: "That is what you say! It is not like that, for surely he is mentioned in Tahdhib al-Tahdhib of Hafiz ibn Hajar al-Asqalani (12/19 Dar al-Fikr edition) by the nickname Abu Ayoob al-Maraagi!! So beware! No.14 (Hal.23 nr. 5) Al-Albani dalam "Shohihah, 1/638 nr. 365, cet.ke 4" mengatakan : Yahya Ibn Malik tidak dikenal/termasuk 6 ahli hadits karena dia ini tidak tercatat Tahdzib, Taqreeb dan Tadzhib. Syeikh Seggaf berkata: ‘Itu menurut anda! Sebenarnya bukan begitu, nama julukannya ialah Abu Ayub Al-Maraagi dan ini ada didalam Tahdzib, Al-Tahdzib disebutkan oleh Hafiz ibn Hajar Al-Asqalani 12/19 cet.Dar Al-Fikr ! Hati-hatilah! FURTHER EXAMPLES OF AL-ALBANI'S CONTRADICTIONS MASIH BANYAK CONTOH KONTRADIKSI DARI AL-ALBANI ! No 15 : (* Pg. 7 )Al-Albani has criticized the Imam al-Muhaddith Abu'l Fadl Abdullah ibn al-Siddiq al-Ghimari (Rahimahullah) for mentioning in his book "al-Kanz al-Thameen" a Hadith from Abu Hurayra (Allah be pleased with him) with reference to the narrator Abu Maymoona: "Spread salaam, feed the poor. . . ." Al-Albani said in "Silsilah al-Daeefa, 3/492", after referring this Hadith to Imam Ahmad (2/295) and others: "I say this is a weak sanad, Daraqutni has said 'Qatada from Abu Maymoona from Abu Hurayra: Unknown, and it is to be discarded.'" Al-Albani then said on the same page: "Notice, a slapdash has happened with Suyuti and Munawi when they came across this Hadith, and I have also shown in a previous reference, no. 571, that al-Ghimari was also wrong for mentioning it in al-Kanz." But in reality it is al-Albani who has become slapdashed, because he has made a big contradiction by using this same sanad in "Irwa al-Ghalil, 3/238" where he says, "Classified by Ahmad (2/295), al-Hakim . . . from Qatada from Abu Maymoona, and he is trusted as in the book 'al-Taqreeb', and Hakim said: 'A Shohih sanad', and al-Dhahabi agreed with Hakim! So, by Allah glance at this mistake! Who do you think is wrong, the Muhaddith al-Ghimari (also Suyuti and Munawi) or al-Albani? No.15. (Hal.7) Al-Albani mengeritik Imam Al-Muhaddith Abu'l Fadl Abdullah ibn Al-Siddiq Al-Ghimari (Rahimahullah) waktu mengetengahkan hadits dari Abu Hurairah ra. dalam kitabnya Al-Kanz Al-Thameen yang bertalian dengan perawi Abu Maymuna ; ‘Sebarkan salam, beri makan orang-orang miskin..’ ” Al-Albani berkata dalam Silsilah Al-Daifa, 3/492 setelah merujuk hadits ini pada Imam Ahmad 2/295 dan lain-lain : Saya berkata bahwa sanadnya lemah, Daraqutni juga berkata ‘Qatada dari Abu Maymoona dari Abu Hurairah tidak dikenal dan itu harus dikesampingkan “. Al-Albani berkata pada halaman yang sama; ‘Pemberitahuan, pukulan bagi Suyuti dan Munawi, waktu mereka menemukan hadits ini, dan saya juga telah menunjuk kan dalam referensi yang lalu nr. 571 bahwa Al-Ghimari itu telah salah menyebutkan (hadits) itu dalam Al-kanz. Tetapi sebenarnya Al-Albani-lah yang terkena pukulan, sebab sangat bertentangan dengan perkataannya dalam Irwa Al-Ghalil, 3/238 yang meng gunakan sanad yang sama, katanya: ‘ Diklasifikasikan oleh Ahmad (2/295), al-Hakim....dari Qatada dari Abu Maymuna dan orang mepercayainya sebagaimana yang disebutkan didalam buku Al-Taqreeb dan Hakim berkata; Sanad yang shohih dan Al-Dhahabi sepakat dengan Hakim ! Begitulah Allah langsung melihatkan kesalahan tersebut ! Sekarang siapa- kah yang selalu salah; Ahli hadits( Al-Ghimari, Suyuti, Munawi) atau Al-Albani ? No 16 : (* Pg. 27 no. 3 ) Al-Albani wanted to weaken a Hadith which allowed women to wear golden jewellery, and in the sanad for that Hadith there is Muhammad ibn Imara. Al-Albani claimed that Abu Haatim said that this narrator was: "Not that strong," see the book "Hayat al-Albani wa-Atharu. . . part 1, pg. 207." The truth is that Abu Haatim al-Razi said in the book 'al-Jarh wa-Taadeel, 8/45': "A good narrator but not that strong. . ." So note that al-Albani has removed the phrase "A good narrator !" NB-(al-Albani has made many of the Hadith which forbid Gold to women to be Shohih, in fact other scholars have declared these Hadith to be daeef and abrogated by other Shohih Hadith which allow the wearing of gold by women. One of the well known Shaykh's of the "Salafiyya" - Yusuf al-Qardawi said in his book: 'Islamic awakening between rejection and extremism, pg. 85: "In our own times, Shaykh Nasir al-Din al-Albani has come out with an opinion, different from the consensus on permitting women to adorn themselves with gold, which has been accepted by all madhahib for the last fourteen centuries. He not only believes that the isnad of these Ahadith is authentic, but that they have not been revoked. So, he believes, the Ahadith prohibit gold rings and earrings." So who is the one who violates the ijma of the Ummah with his extreme opinions?!) No 16 (Hal.27 nr. 3) Al-Albani mau melemahkan hadits yang membolehkan wanita memakai perhiasan emas dan dalam sanad hadits itu ada Muhammad ibn Imara. Al-Albani menyatakan bahwa Abu Haatim berkata perawi ini ” tidak kuat “, lihat buku Hayat Al-Albani wa-Atharu ..jilid 1 hal.207. Yang benar ialah bahwa Abu Haatim Al-Razi dalam buku 'Al-Jarh wa-Taadeel, 8/45 berkata: “ Perawi yang baik tapi tidak sangat kuat....” Jadi lihat pada catatan Al-Albani bahwa kalimat “Perawi yang baik “ dibuang ! NotaBene: Al-Albani telah membuat/menulis banyak hadits yang menyata- kan larangan emas (dipakai) untuk wanita menjadi Shohih, padahal kenyataannya para Ulama lain menyatakan hadits-hadits ini lemah dan berlawanan dengan hadits Shohih yang memperbolehkan pemakaian (perhiasan) emas oleh kaum wanita. Salah seorang Syeikh ‘Salafiah’ terkenal, Yusuf Al-Qardawi berkata dalam bukunya Islamic awakening between rejection and extremism, halaman 85 : “Dalam zaman kita sendiri Syeikh Nasir al-Din telah muncul dengan suatu pendapat yang bertentangan dengan kesepakatan tentang pembolehan wanita-wanita menghias diri mereka dengan emas, yang telah diterima/ disetujui oleh semua madzhab selama empat belas abad terakhir. Dia tidak hanya mempercayai bahwa sanad dari hadits-hadits ini dapat dipercaya, tapi bahwa hadits-hadits ini belum dicabut/dihapus. Maka dia percaya hadits-hadits tersebut melarang cincin dan anting-anting emas “. Lalu siapa yang merusak kesepakatan (ijma’) ummat dengan pendapat-pendapatnya yang ekstrem ? No 17: (* Pg. 37 no. 1 )Hadith: Mahmood ibn Lubayd said, "Allah's Messenger (Sall Allahu alaihi wa Aalihi wa Sallim) was informed about a man who had divorced his wife 3 times (in one sitting), so he stood up angrily and said: 'Is he playing with Allah's book whilst I am still amongst you?' Which made a man stand up and say, 'O Allah's Messenger, shall I not kill him?'" (al-Nisai). Al-Albani declared this Hadith to be Daeef in his checking of "Mishkat al-Masabih, 2/981, 3rd edition, Beirut, 1405 A.H; Maktab al-Islami", where he says: "This man (the narrator) is reliable, but the isnad is broken or incomplete for he did not hear it directly from his father." Al-Albani then contradicts himself in the book "Ghayatul Maram Takhreej Ahadith al-Halal wal Haram, no. 261, pg. 164, 3rd Edn, Maktab al-Islami, 1405 A.H"; by saying it is SHOHIH!!! No 17 (Hal. 37 nr. 1) Hadits : Mahmud ibn Lubayd berkata; ‘Rasulallah saw. telah diberitahu mengenai seorang yang telah mencerai isterinya 3x dalam satu waktu, oleh karena itu dia berdiri dengan marah dan berkata; ‘Apakah dia bermain-main dengan Kitabullah, sedangkan aku masih berada dilingkungan engkau ? Yang mana berdiri seorang untuk berkata ; Wahai Rasulallah, apakah dia tidak saya bunuh saja ? (Al-Nisa’i). Al-Albani menyatakan hadits ini lemah menurut penyelidikannya dari kitab ‘Mishkat Al-Masabih 2/981 cet.ketiga, Beirut 1405 A.H. de Maktab Al-Islami ‘ yang mengatakan “ Perawinya bisa dipercaya tapi isnadnya terputus atau tidak komplit, karena dia tidak mendengar langsung dari ayahnya”. Al-Albani berkata berlawanan dengan dirinya sendiri dalam buku Ghayatul Maram Takhreej Ahadith Al-Halal wal-Haram, nr. 261, hal. 164, cet.ketiga Maktab Al-Islami, 1405 A.H" telah mengatakan bahwa hadits itu Shohih !! No 18 : (* Pg. 37 no. 2)Hadith: "If one of you was sleeping under the sun, and the shadow covering him shrank, and part of him was in the shadow and the other part of him was in the sun, he should rise up." Al-Albani declared this Hadith to be SHOHIH in "Shohih al-Jami al-Sagheer wa Ziyadatuh (1/266/761)", but then contradicts himself by saying it is DAEEF in his checking of "Mishkat ul-Masabih, 3/1337 no. 4725, 3rd Ed" and he has referred it to the Sunan of Abu Dawood!" No 18 (Hal.37 nr.2) Hadits; “Bila salah satu dari engkau tidur dibawah sinar matahari dan bentuk naungan telah menutupinya dan sebagian darinya didalam naungan dan sebagiannya lagi dibawah sinar matahari, maka dia harus bangun” . Al-Albani menyatakan hadits ini shohih dalam Shohih Al-Jami Al-Sagheer wa Ziyadatuh (1/266/761) tapi perkataannya berlawanan dengannya karena mengatakan hadits ini lemah dalam penyelidikannya dari Mishkat ul-Masabih 3/1337 nr.4725 cet.ketiga dan dia merujuk hadits ini pada Sunan Abu Daud. No 19 : (* Pg. 38 no. 3 )Hadith: "The Friday prayer is obligatory on every Muslim." Al-Albani rated this Hadith to be DAEEF in his checking of "Mishkat al-Masabih, 1/434", and said: "Its narrators are reliable but it is discontinuous as is indicated by Abu Dawood". He then contradicts himself in "Irwa al-Ghalil, 3/54 no. 592", and says it is SHOHIH!!! So beware o wise men! No. 19 (Hal.38 nr. 3) Hadits : “Sholat Jum’at itu wajib bagi setiap Muslim” Al-Albani menganggap hadits ini lemah dalam penyelidikannya dari De Mishkat Al-Masabih, 1/434 dan katanya; Perawi dari hadits ini bisa dipercaya, tetapi terputus sebagaimana yang dijelaskan oleh Abu Daud. Kalau begitu dia bertentangan dengan perkataannya dalam’ Irwa Al-Ghalil 3/54 nr. 592’ dan mengatakan hadits ini Shohih ! Hati-hatilah sedikit, wahai orang bijaksana ! No 20 : (* Pg. 38 no. 4 ) Al-Albani has made another contradiction. He has trusted Al-Muharrar ibn Abu Hurayra in one place and then weakened him in another. Al-Albani certifies in "Irwa al-Ghalil, 4/301" that Muharrar is a trustee with Allah's help, and Hafiz (Ibn Hajar) saying about him "accepted", is not accepted, and therefore the sanad is Shohih. He then contradicts himself in "Shohihah 4/156" where he makes the anad DAEEF by saying: "The narrators in the sanad are all Bukhari's (i.e.; used by Imam al-Bukhari) men, except for al-Muharrar who is one of the men of Nisai and Ibn Majah only. He was not trusted accept by Ibn Hibban, and that's why al-Hafiz Ibn Hajar did not trust him, Instead he only said 'accepted!'" So beware of this fraud! No.20 (Hal. 38 nr. 4). Al-Albani membuat lagi kontradiksi. Dia disatu tempat mempercayai Al-Muharrar ibn Abu Huraira kemudian ditempat lain dia melemahkannya. Al-Albani menerangkan dalam Irwa Al-Ghalil 4/301 bahwa Al-Muharrar dengan bantuan Allah seorang yang dapat dipercayai dan Hafiz (Ibnu Hajar) berkata mengenai dia “dapat diterima”, tidak dapat diterima, dan oleh karenanya sanadnya Shohih. Maka dia (Albani) berlawanan dengan omongannya dalam Shohihah 4/156 yang mana dia melemahkan sanad sambil mengatakan: ‘Perawi-perawi dalam sanad ialah semua orang-orang didalam Bukhori (lain kata orang-orang yang dicantumkan oleh Imam Bukhori) kecuali Al-Muharrar dia hanya salah satu dari orang-orang Nasa’i dan Ibn Majah . Dia tidak dipercaya oleh Ibn Hibban dan oleh karenanya Al Hafiz Ibn Hajar tidak mempercayainya, daripada itu dia hanya mengatakan “dapat diterima” .Hatilah-hatilah dari kebohongan ! No 21 : (* Pg. 39 no. 5 ) Hadith: Abdallah ibn Amr (Allah be pleased with him): "The Friday prayer is incumbent on whoever heard the call" (Abu Dawood). Al-Albani stated that this Hadith was HASAN in "Irwa al-Ghalil 3/58", he then contradicts himself by saying it is DAEEF in "Mishkatul Masabih 1/434 no 1375"!!! No.21 (Hal. 39 nr. 5) Hadits: Abdullah ibn Amr ra. “ Sholat Jumat wajib bagi orang yang sudah mendengar panggilan (adzan)” (Abu Daud). Al-Albani menyatakan hadits ini Hasan dalam “Irwa Al-Ghalil 3/58”, dan dia berlawanan dengan perkataannya yang menyatakan hadits ini lemah dalam Mishkatul Masabih 1/434 nr. 1375 ! No 22 : (* Pg. 39 no. 6 ) Hadith: Anas ibn Malik (Allah be pleased with him) said that the Prophet (Sall Allahu alaihi wa Aalihi wa Sallim) used to say : "Do not be hard on yourself, otherwise Allah will be hard on you. When a people were hard on themselves, then Allah was hard on them." (Abu Dawood) Al-Albani stated that this Hadith was DAEEF in his checking of "Mishkat, 1/64", but he then contradicts himself by saying that this Hadith is HASAN in "Ghayatul Maram, pg. 141"!! No.22 (Hal. 39 nr. 6) Hadits : Anas ibn Malik ra. berkata bahwa Rasulallah saw. telah bersabda: “Janganlah keras terhadap dirimu, dengan demikian Allah juga akan keras terhadapmu, bilamana manusia keras terhadap dirinya maka Allah akan keras juga terhadap mereka”. (Abu Daud). Al-Albani menurut penyelidikannya di Mishkat 1/64, mengatakan bahwa hadits ini lemah. Tapi dia lalu berlawanan dengan perkataannya di "Ghayatul Maram, hal. 141 bahwa hadits ini Hasan !! No 23: (* Pg. 40 no. 7 ) Hadith of Sayyida Aisha (Allah be pleased with her): "Whoever tells you that the Prophet (Peace be upon him) used to urinate while standing, do not believe him. He never urinated unless he was sitting." (Ahmad, Nisai and Tirmidhi ) Al-Albani said that this sanad was DAEEF in "Mishkat 1/117." He then contradicts himself by saying it is SHOHIH in "Silsilat al-Ahadith al-Shohihah 1/345 no. 201"!!! So take a glance dear reader! No.23 (Hal.40 nr. 7) Hadits dari ‘Aisyah ra : “Siapapun yang mengatakan bahwa Rasulallah saw biasa kencing dengan berdiri, janganlah dipercayai. Beliau tidak pernah kencing kecuali dengan duduk” (Ahmad,Nasa’i dan Tirmidzi). Al-Albani dalam Mishkat 1/117 mengatakan sanad hadits ini lemah. Dia bertentangan dengan perkataannya di “Silsilat Al-Ahadits al-Shohihah 1/345 nr.201” bahwa hadits ini Shohih ! No 24 : (* Pg. 40 no. 8 ) Hadith "There are three which the angels will never approach: The corpse of a disbeliever, a man who wears ladies perfume, and one who has had sex until he performs ablution" (Abu Dawood). Al-Albani corrected this Hadith in "Shohih al-Jami al-Sagheer wa Ziyadatuh, 3/71 no. 3056" by saying it was HASAN in the checking of "Al-Targhib 1/91" [Also said to be Hasan in the English translation of 'The Etiquettes of Marriage and Wedding, pg. 11]. He then makes an obvious contradiction by saying that the same Hadith was DAEEF in his checking of "Mishkatul-Masabih, 1/144 no. 464" and says that the narrators are trustworthy but the chain is broken between Al-Hasan al-Basri and Ammar (Allah be pleased with him) as al-Mundhiri had said in al-Targhib (1/91)!! No.24 (Hal.40 nr.8) Hadits : “Tiga macam orang yang malaikat tidak mau mendekatinya : Mayit orang kafir, lelaki yang memakai minyak wangi wanita dan orang yang telah berhubungan sex (junub) sampai dia bersuci ” (Abu Daud). Al-Albani telah membenarkan hadits ini dalam Shohih Al-Jami Al-Sagheer wa Ziyadatuh 3/71 nr. 3056 dengan mengatakan hadits itu Hasan dalam penyelidikan dari Al-Targhib 1/91 (juga mengatakan Hasan dalam Terjemahannya kedalam bahasa Inggris “The Etiquettes of Marriage and Wedding, page 11). Dia membuat kontradiksi yang nyata dalam penyelidikannya dalam Mishkatul-Masabih 1/144 nr. 464 mengatakan hadits yang sama ini Lemah, dan dia berkata bahwa perawi-perawinya patut di- percaya tapi rantai sanadnya terputus antara Hasan Basri dan Ammar sebagaimana yang disebutkan juga oleh Al-Mundhiri dalam Al-Targhib 1/91 !! No 25 : (* Pg. 42 no. 10 ) It reached Malik (Rahimahullah) that Ibn Abbas (Allah be pleased with him) used to shorten his prayer, in distances such as between Makkah and Ta'if or between Makkah and Usfan or between Makkah and Jeddah. . . . Al-Albani has weakened it in "Mishkat, 1/426 no. 1351", and then contradicts himself by saying it is SHOHIH in "Irwa al-Ghalil, 3/14"!! No.25 (Hal. 42 nr. 10) Telah sampai (riwayat) dari Malik rh “bahwa Ibn Abbas ra. biasa menyingkat (menggashor) sholatnya dalam jarak antara Makkah dan Ta’if atau antara Makkah dan Usfan atau antara Makkah dan Jeddah.....” Al-Albani telah melemahkannya dalam Mishkat, 1/426 nr.1351, dan dia bertentangan dengan perkataannya di Irwa al-Ghalil 3/14 yang mengatakan ini Shahih ! No 26 : (* Pg. 43 no. 12 ) Hadith: "Leave the Ethiopians as long as they leave you, because no one takes out the treasure of the Ka'ba except the one with the two weak legs from Ethiopia." Al-Albani has weakened this Hadith in his checking of "Mishkat 3/1495 no. 5429" by saying: "The sanad is DAEEF." But then he contradicts himself as is his habit, by correcting it in "Shohihah, 2/415 no. 772." No. 26. (Hal.43 nr.12) Hadits : “Tinggalkan orang-orang Ethiopia selama mereka meninggalkanmu, sebab tidak ada orang yang mengambil barang berharga dari Ka’bah kecuali seorang Ethopia yang dua kakinya lemah” . Al-Albani dalam penyelidikannya di Mishkat 3/1495 nr. 5429 mengatakan sanadnya Lemah. Tapi sebagaimana biasa dia bertentangan dengan perkata- annya dengan membenarkannya dalam Shahihah 2/415 nr. 772 ! An example of al-Albani praising someone in one place and then disparaging him in another place in his books Contoh (Sifat) dari Al-Albani ialah pertama memuji seseorang disatu tempat dibukunya dan dilain tempat mengecilkan orang tersebut.!! No 27 : (* Pg. 32 ) He praises Shaykh Habib al-Rahman al-Azami in the book 'Shohih al Targhib wa Tarhib, page 63', where he says: "I want you to know one of the things that encouraged me to. . . . which has been commented by the famous and respected scholar Shaykh Habib al-Rahman al-Azami" . . . . And he also said on the same page, "And what made me more anxious for it, is that its checker, the respected Shaykh Habib al-Rahman al-Azami has announced. . . ." Al-Albani thus praises Shaykh al-Azami in the above mentioned book; but then makes a contradiction in the introduction to 'Adaab uz Zufaaf (The Etiquettes of Marriage and Wedding), new edition page 8', where he said: "Al-Ansari has used in the end of his letter, one of the enemies of the Sunnah, Hadith and Tawhid, who is famous for that, is Shaykh Habib al-Rahman al-Azami. . . . . For his cowardliness and lack of scholarly deduction. . . .." No.27 (Hal. 32) Dia (Albani) memuji Syeikh Habib al-Rahman al-Azami didalam Shahih al Targhib wa Tarhib hal. 63 yang mana katanya ; “Saya ingin agar engkau mengetahui satu dari beberapa hal bahwa saya memberanikan diri untuk....yang dikomentari oleh ulama yang terkenal dan terhormat Syeikh Habib al-Rahman al-Azami “.... dan dia (Albani) mengatakan pada halaman yang sama “Dan apa yang membuat saya rindu untuknya, orang yang menyelidiki sesuatu dan mengumumkannya yaitu yang terhormat Syeikh Habib al-Rahman al-Azami “. Al-Albani memuji Syeikh al-Azami dalam buku yang tersebut diatas. Tapi kemudian membuat penyangkalan dalam ‘Adaab uz Zufaaf (Akhlak Perkawinan dan Pernikahan), edisi baru hal.8 yang dia berkata; Al-Ansari telah membiasakan akhir dari tulisannya, salah satu musuh dari Sunnah, Hadits dan Tauhid, yang cukup terkenal , ialah Syaikh Habib al-Rahman al-Azami......karena ketakutan dan kekurangan ilmunya....”” NB - (The above quotation from Adaab uz Zufaaf is not found in the English translation by his supporters, which shows that they deliberately avoided translating certain parts of the whole work). So have a glance at this! NB: (Kutipan diatas dari ‘Adaab uz Zufaaf , tidak terdapat didalam terjemahan bahasa Inggris oleh pendukung-pendukungnya yang mana menunjukkan bahwa mereka dengan sengaja tidak mau menterjemahkan bagian-bagian tertentu). Ini perlu diperhatikan ! SELECTED TRANSLATIONS FROM VOLUME 2 Terjemahan-terjemahan pilihan dari jilid (volume) 2 No 28 : (* Pg. 143 no. 1 ) Hadith of Abi Barza (Allah be pleased with him): "By Allah, you will not find a man more just than me" (Sunan al-Nisai, 7/120 no. 4103). Al-Albani said that this Hadith was SHOHIH in "Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 6/105 no. 6978", and then he astonishingly contradicts himself by saying it is DAEEF in "Daeef Sunan al-Nisai, pg. 164 no. 287." So beware of this mess! No.28 (Hal.143 nr.1) Hadits dari Abi Barza ra: “ Demi Allah, Engkau tidak akan menemukan seorang lebih benar dari saya “(Sunan Al-Nisai 7/120 nr. 4103) Al-Albani berkata bahwa hadits ini Shohih dalam Shohih Al-Jami wa Ziyadatuh 6/105 nr.6978 dan kemudian lebih mengherankan dia bertentang- an dengan perkataannya dalam Daeef Sunan Al-Nisai hal. 164 nr. 287 yang mengatakan itu Lemah. HATI-HATILAH DARI PENGACAUN INI ! No 29 : (* Pg. 144 no. 2 ) Hadith of Harmala ibn Amru al-Aslami from his Uncle: "Throw pebbles at the Jimar by putting the extremity of the thumb on the fore-finger." (Shohih Ibn Khuzaima, 4/276-277 no. 2874) Al-Albani acknowledged its weakness in "Shohih Ibn Khuzaima" by saying that the sanad was DAEEF, but then contradicts himself by saying it is SHOHIH in "Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 1/312 no. 923!" No 29 (Hal. 144 nr. 2) Hadits dari Harmala ibn Amru al-Aslami dari pamannya: “Letakkanlah batu kerikil pada ujung ibu jari diatas jari depan (telunjuk) pada lemparan jumrah “ (Shohih Ibn Khuzaima, 4/276-277 nr.2874). Al-Albani memberitahu kelemahan ini (hadits) dalam Shohih Ibn Khuzaima sambil mengatakan sanad hadits ini Lemah, tapi kemudian dia bertentangan sendiri yang mengatakan Shohih dalam "Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 1/312 no. 923 !" No 30 : (* Pg. 144 no. 3 ) Hadith of Sayyidina Jabir ibn Abdullah (Allah be pleased with him): "The Prophet (Peace be upon him) was asked about the sexually defiled [junubi]. . . can he eat, or sleep. . . He said :'Yes, when this person makes wudhu.'" (Ibn Khuzaima no. 217 and Ibn Majah no. 592). Al-Albani has admitted its weakness in his comments on "Ibn Khuzaima, 1/108 no. 217", but then contradicts himself by correcting the above Hadith in "Shohih Ibn Majah, 1/96 no. 482 "!! No 30 (Hal. 144 nr.3) Hadits dari Sayyidina Jabir ibn Abdullah ra. : “Rasulallah saw. ditanyai tentang Junub (orang yang belum suci setelah bersetubuh) ...apa boleh dia makan atau tidur...Beliau saw. bersabda : Boleh, bila orang ini wudu dahulu “ (Ibn Khuzaima nr. 217 dan Ibn Majah nr.592). Al-Albani telah mengikrarkan kelemahannya didalam komentarnya di Ibn Khuzaima 1/108 nr. 217, Tetapi kemudian kontradiksi sendiri dengan membenarkan hadits tersebut dalam Shohih Ibn Majah 1/96 nr. 482). No 31 : (* Pg. 145 no. 4 ) Hadith of Aisha (Allah be pleased with her): "A vessel as a vessel and food as food" (Nisai, 7/71 no. 3957). Al-Albani said that it was SHOHIH in "Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 2/13 no. 1462", but then contradicts himself in "Daeef Sunan al-Nisai, no. 263 pg. 157", by saying it is DAEEF!!! No. 31 (Hal.145 nr.4) Hadits dari Aisyah ra ; “ Perahu sebagai perahu (berlayar) dan makanan sebagai makanan “ (Nasai 7/71 nr. 3957). Al-Albani mengatakan hadits ini Shohih dalam Shohih al-Jami wa Ziyadatuh 2/13 nr.1462, tetapi kemudian menyangkal sendiri dengan mengatakan Lemah dalam Daeef Sunan al-Nisai nr. 263 hal. 157. !! No 32 : (* Pg. 145 no. 5 ) Hadith of Anas (Allah be pleased with him): "Let each one of you ask Allah for all his needs, even for his sandal thong if it gets cut." Al-Albani said that the above Hadith was HASAN in his checking of "Mishkat, 2/696 no. 2251 and 2252", but then contradicts himself in "Daeef al-Jami wa Ziyadatuh, 5/69 no. 4947 and 4948"!!! No 32 (Hal.145 nr. 5) Hadits dari Anas ra : “Mintalah setiap kamu pada Allah semua yang engkau butuhkan walaupun mengenai tali sandalnya bila telah putus” Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini Hasan dalam penyelidik- annya di Mishkat 2/696 nr. 2251 dan 2252, tetapi kemudian dia bertentangan sendiri dalam Daeef al-jami wa Ziyadatuh 5/69 nr. 4947 dan 4948 !! No 33 : (* Pg. 146 no. 6 ) Hadith of Abu Dharr (Allah be pleased with him): "If you want to fast, then fast in the white shining nights of the 13th, 14th and 15th." Al-Albani declared it to be DAEEF in "Daeef al-Nisai, pg. 84" and in his comments on "Ibn Khuzaima, 3/302 no. 2127", but then contradicts himself by calling it SHOHIH in "Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 2/10 no. 1448" and also corrected it in "Shohih al-Nisai, 3/902 no. 4021"!! So what a big contradiction! NB- (Al-Albani mentioned this Hadith in 'Shohih al-Nisai' and in 'Daeef al-Nisai', which proves that he is unaware of what he has and is classifying, how inept!). No. 33 (Hal.146 nr.6) Hadits dari Abu Dzar ra : “Bila engkau ingin berpuasa, maka puasalah pada bulan purnama tanggal 13, 14 dan 15 “ . Al-Albani menyatakan hadits ini Lemah dalam Daeef al-Nisai hal. 84 dan dalam komentarnya di Ibn Khuzaima 3/302 nr. 2127. Tetapi kemudian kontradiksi sendiri yang menyebutnya Shohih dalam Shohih al-Jami wa Ziyadatuh 2/10 nr. 1448 dan pula membenarkan itu dalam Shohih al-Nisai 3/902 nr. 4021 !! Ini adalah kontradiksi yang besar ! NB: (Al-Albani menyebutkan hadits ini dalam Shohih al-Nisai dan dalam Daeef al-Nisai, ini semua menunjukkan bahwa dia tidak hati-hati/ceroboh atas apa yang telah dia perbuat, semuanya tidak layak) No 34 : (* Pg. 147 no. 7 )Hadith of Sayyida Maymoonah (Allah be pleased with her): "There is nobody who has taken a loan and it is in the knowledge of Allah. . . ." (Nisai, 7/315 and others). Al-Albani said in "Daeef al-Nisai, pg 190": "Shohih, except for the part al-Dunya." Then he contradicts himself in "Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 5/156", by saying that the whole Hadith is SHOHIH, including the al-Dunya part. So what an amazing contradiction! No.34 (Hal. 147 nr.7) Hadits dari Siti Maymunah ra ; “ Tidak seorangpun yang menerima pinjaman dan itu (selalu)dalam pengetahuan Allah” (Nisai, 7/315 dan lain-lain). Al-Albani berkata dalam Daeef al-Nisai hal.190 ; ‘Shohih, kecuali bagian al-Dunya’. Kemudian dia menayangkal sendiri dalam Shohih al Jami wa Ziyadatuh 5/156, dengan mengatakan bahwa semua Hadits ini Shohih termasuk bagian al-Dunya. Ini kontradiksi yang sangat menakjubkan ! No 35 : (* Pg. 147 no. 8 )Hadith of Burayda (Allah be pleased with him): "Why do I see you wearing the jewellery of the people of hell" (Meaning the Iron ring), [Nisai, 8/172 and others. . .]. Al-Albani has said that it was SHOHIH in "Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 5/153 no. 5540", but then contradicts himself by saying it is DAEEF in "Daeef al-Nisai, pg. 230"!!! No.35 (Hal. 147 nr. 8) Hadits dari Buraidah ra: “Mengapa saya melihat engkau memakai perhiasan dari penghuni neraka (Maksudnya cincin besi)”. (Nisai 8/172 dan lain-lainnya....). Al-albani telah mengatakan hadits in Shohih dalam Shahih al-jami wa Ziyadatuh 5/153 nr. 5540. Tetapi kemudian dia menyangkal sendiri dengan mengatakan Lemah dalam Daeef al-Nisai hal.230) ! No 36 : (* Pg. 148 no. 9 )Hadith of Abu Hurayra (Allah be pleased with him): "Whoever buys a carpet to sit on, he has 3 days to keep it or return it with a cup of dates that are not brownish in colour" (Nisai 7/254 and others). Al-Albani has weakened it with reference to the '3 days' part in "Daeef Sunan al-Nisai, pg. 186", by saying: "Correct, except for 3 days." But the 'genius' contradicts himself by correcting the Hadith and approving the '3 days' part in "Shohih al-Jami wa Ziyadatuh, 5/220 no. 5804". So wake up (al-Albani)!! No.36 (Hal.148 nr. 9) Hadits dari Abu Huraira ra ; “ Siapapun membeli permadani untuk diduduki, dia mempunyai waktu tiga hari untuk menyimpan- nya atau mengembalikannya dalam beberapa waktu selama warnanya tidak menjadi coklat (karena kotor) ”. (Nisai 7/254 dan lain-lainya). Al-Albani telah melemahkan hadits ini pada bagian “tiga hari” dengan menyebut referensi- nya dalam Daeef Sunan al-nisai hal. 186, sambil katanya “Benar/Shohih kecuali kata-kata tiga hari”.Tetapi ‘orang cerdik ini’ menyangkal sendiri dengan membenarkan hadits itu dan termasuk bagian kata-kata “tiga hari” dalam Shohih al-jami wa Ziyadatuh 5/220 nr. 5804“. Bangunlah hai al-Albani! No 37 : (* Pg. 148 no. 10 )Hadith of Abu Hurayra (Allah be pleased with him): "Whoever catches a single rak'ah of the Friday prayer has caught (the whole prayer)." (Nisai 3/112, Ibn Majah 1/356 and others). Al-Albani has weakened it in "Daeef Sunan al-Nisai, no. 78 pg. 49", where he said: "Abnormal (shadh), where Friday is mentioned." He then contradicts himself by saying SHOHIH, including the Friday part in "Irwa, 3/84 no. 622 ." May Allah heal you! No.37 (Hal. 148 nr.10) Hadits Abu Hurairah ra : “Siapapun yang mendapati satu raka’at dari Sholat Jum’at itu telah memadainya (untuk semua sholat)”. (Nisai 3/112, Ibn Majah 1/356 dan lain-lainnya). Al-Albani telah melemahkan ini dalam Daeef Sunan al-Nisai, nr. 78 hal. 49, dimana dia telah berkata; ‘Luar biasa (shadh), bilamana disitu disebutkan hari jumat’. Kemudian dia kontradiksi sendiri dengan mengatakan Shohih termasuk bagian hari Jum’at dalam Irwa, 3/84 nr. 622 !! Semoga Allah menyembuhkanmu ! AL-Albani and his Defamation and Authentication of Narrators at will ! Al-Albani dan Fitnahannya Dan Perawi-perawi yang dipercaya kesenangannya ! No 38 : (* Pg 157 no 1 ) KANAAN IBN ABDULLAH AN-NAHMY :- Al-Albani said in his "Shohihah, 3/481" : "Kanaan is considered Hasan, for he is attested by Ibn Ma'een." Al-Albani then contradicts himself by saying, "There is weakness in Kanaan" (see "Daeefah, 4/282")!! No 38 (Hal. 157 nr.1) Kanan Ibn Abdullah An-Nahmy : Al-Albani berkata dalam Shohihah, 3/481 ; “Kanaan telah dianggap sebagai Hasan, untuk itu telah dinyatakan oleh Ibn Ma’een. Kemudian Al-Albani menyangkal sendiri dengan katanya “ Ada kelemahan pada Kanaan” (lihat Daeefah, 4/282) !! No 39 : (* Pg. 158 no. 2 ) MAJA'A IBN AL-ZUBAIR :- Al-Albani has weakened Maja'a in "Irwa al-Ghalil, 3/242", by saying, "This is a weak sanad because Ahmad has said: 'There is nothing wrong with Maja'a', and Daraqutni has weakened him. . ." Al-Albani then made a contradiction in his "Shohihah, 1/613" by saying: "His men (the narrators) are trusted except for Maja'a who is a good narrator of Hadith." An amazing contradiction! No 39 (Hal.158. nr.2) Maja’a Ibn Al-Zubair : Al-Albani telah melemahkan Maja’a dalam Irwa al-Ghalil, 3/242, dengan katanya. “ Ini adalah sanad yang lemah sebab Ahmad telah berkata ‘ Tidak ada kesalahan dengan Maja’a, dan Daraqutni telah melemahkan dia...’“. Al-Albani telah membuat kontradiksi dalam bukunya Shohihah 1/613 dengan mengatakan “ Perawi-perawinya bisa dipecaya kecuali Maja’a, itu seorang perawi hadits yang baik“. Suatu pertentangan yang menakjubkan !!! No 40 : (* Pg. 158 no. 3 ) UTBA IBN HAMID AL-DHABI :- Al-Albani has weakened him in "Irwa al-Ghalil, 5/237" by saying: "And this is a weak (Daeef) sanad which has three defects. . . . the second defect is the weakness of al-Dhabi, the Hafiz said: 'A truthful narrator with hallucinations'". Al-Albani then makes an obvious contradiction in "Shohihah, 2/432", where he said about a sanad which mentions Utba: "And this is a good (Hasan) sanad, Utba ibn Hamid al-Dhabi is trustworthy but has hallucinations, and the rest of the narrators in the sanad are trusted." !! No 40 (Hal. 158 nr.3) Utba Ibn Hamid Al-Dhabi; Al-Albani telah melemahkan dia dalam Irwa al-Ghalil 5/237 sambil katanya ; “ Dan ini adalah sanad lemah yang mempunyai tiga kekeliruan....kekeliruan kedua ialah kelemahan dari al- Dhabi, Hafiz berkata ; ‘ Seorang perawi jujur dengan khayalan’ . Kemudian Al-Albani membuat kontradiksi yang nyata dalam Shohihah 2/432, dimana dia ber- kata tentang sanad yang menyebut Utba; ”Dan ini sanad yang baik (Hasan), Utba ibn Hamid al-Dhabi dapat dipercaya.....tapi mempunyai khayalan, dan lain daripada sanad perawi itu semuanya dapat dipercaya”. No 41: (* Pg. 159 no. 4 )HISHAM IBN SA'AD :- Al-Albani said in his "Shohihah, 1/325": "Hisham ibn Sa'ad is a good narrator of Hadith." He then contradicts himself in "Irwa al-Ghalil, 1/283" by saying: "But this Hisham has a weakness in memorizing" So what an amazement !! No 41 (Hal. 159 nr. 4) Hisham Ibn Sa’ad ; Al-Albani berkata dalam Shohihah 1/325; “ Hisham ibn sa’ad ialah perawi hadits yang baik”. Kemudian dia bertentangan sendiri dalam Irwa al-Ghalil 1/283 sambil katanya ; “Tapi Hisham ini lemah dalam hafalan”. Sesuatu yang mengherankan !! No 42 : (* Pg. 160 no. 5 ) UMAR IBN ALI AL-MUQADDAMI :- Al-Albani has weakened him in "Shohihah, 1/371", where he said: "He in himself is trusted but he used to be a very bad forger, which makes him undependable. . . ." Al-Albani then contradicts himself again in "Shohihah, 2/259" by accepting him and describing him as being trustworthy from a sanad which mentions Umar ibn Ali. Al-Albani says: "Classified by Hakim, who said: 'A Shohih Isnad (chain of transmission)', and al-Dhahabi went along with it, and it is as they have said." So what an amazement !!! No 42 (Hal.160 nr. 5) Umar Ibn Ali Al-Muqaddami ; Al-albani telah melemahkan dia dalam Shohihah 1/371, dimana dia berkata ; “ Dia merasa dirinya bisa dipercaya, tapi dia sebagai Pemalsu yang sangat jelek, dengan menjadikan dirinya tidak dipercayai...” Al-Albani membuat kontradiksi baru lagi dalam Shohihah 2/259 mengakui dia (Umar ibn Ali) dan mengatakan bila ada sanad yang menyebut Umar Ibn Ali maka bisa dipercayainya. Al-Albani berkata “ Diklasifikasikan oleh Hakim yang mana berkata : “Shohih isnadnya” (rantaian perawinya) dan Al-Dhahabi mengakuinya juga dan mereka (berdua) mengatakan demikian adalah benar “. Itu sangat mengherankan ! No 43: (* Pg. 160 no. 6 )ALI IBN SA'EED AL-RAZI :- Al-Albani has weakened him in "Irwa, 7/13", by saying: "They have said nothing good about al-Razi." He then contradicts himself in another 'fantastic' book of his, "Shohihah, 4/25", by saying: "This is a good (Hasan) sanad and the narrators are all trustworthy." So beware !!! No 43 (Hal. 160. nr. 6) Ali Ibn Sa’eed Al-Razi ; Al-Albani telah melemahkan dia dalam Irwa 7/13, dengan katanya : “Mereka telah mengatakan tidak ada yang benar tentang al-Razi” Dia kemudian menyangkal sendiri dalam ‘buku lainnya yang ‘indah/hebat’ Shohihah, 4/25, sambil mengatakan “Ini adalah baik (Hasan) sanadnya dan perawi-perawinya semua bisa dipercaya”. Berhati-hatilah !! No 44: (* Pg. 165 no. 13 ) RISHDIN IBN SA'AD :- Al-Albani said in his "Shohihah, 3/79" : "In it (the sanad) is Rishdin ibn Sa'ad, and he has been declared trustworthy." But then he contradicts himself by declaring him to be DAEEF in "Daeefah, 4/53"; where he said: "And Rishdin ibn Sa'ad is also daeef." So beware!! No 44: (Hal. 165 nr. 13) Rishdin Ibn Sa’ad : Al-Albani berkata dalam Shohihah 3/79 : “ Ada dalam sanad Rishdin ibn Sa’ad, dan dia telah menyatakan bisa dipercaya”. Tetapi kemudian dia bertentangan sendiri dalam penyataannya yang mengatakan Lemah tentang dia (Rishdin) dalam Daeefah 4/53, dimana dia berkata : “dan Rishdin ibn Sa’ad ini juga lemah “. BERHATI-HATILAH !! No 45: (* Pg. 161 no. 8 ) ASHAATH IBN ISHAQ IBN SA'AD :- What an amazing fellow this Shaykh!! Al-Albani!! Proves to be. He said in "Irwa al-Ghalil, 2/228": "His status is unknown, and only Ibn Hibban trusted him." But then he contradicts himself by his usual habit! Because he only transfers from books and nothing else, and he copies without knowledge; this is proven in "Shohihah, 1/450", where he said about Ashaath: "Trustworthy". So what an amazement !!! No 45 (Hal. 161 nr. 8) Ashaath Ibn Ishaq Ibn Sa’ad : Betapa mengherankan lelaki (Al-Albani) ini !! Terbukti, dia berkata dalam Irwa al-Ghalil 2/228, “Keadaannya/statusnya tidak dikenal, dan hanya Ibn Hibban mempercayai dia”. Tetapi kemudian dia bertentangan sendiri, seperti kebiasaannya! Karena dia hanya mengalihkan/menyalin dari buku-buku dan tidak ada lain- nya, dan dia mengutip/menyalin tanpa adanya ilmu pengetahuan. Ini dibukti- kan dalam Shohihah 1/450, dimana dia berkata tentang Ashaath : “Dapat dipercaya”. Keajaiban yang luar biasa!! Nr.46: (* Pg. 162 no. 9 ) IBRAHIM IBN HAANI :- The honourable!! The genius!! The copier!! Has made Ibrahim ibn Haani trustworthy in one place and has then made him unknown in another. Al-Albani said in 'Shohihah, 3/426': "Ibrahim ibn Haani is trustworthy", but then he contradicts himself in "Daeefah, 2/225", by saying that he is unknown and his Ahadith are refused!! No 46: (Hal.162 nr.9) Ibrahim Ibn Haani : “Paling terhormat ! Paling Pandai ! Tukang Menyalin ! Dia (Albani) telah membuat Ibn Haani ‘dapat dipercaya‘ disatu tempat dan membuat dia ‘tidak dikenal’ ditempat lainnya.. Al-Albani berkata dalam Shohihah 3/426; “ Ibrahim ibn Haani ialah dapat dipercaya”, tetapi kemudian dia bertentangan sendiri dalam Daeeah, 2/225 dengan katanya “bahwa dia itu tidak dikenal dan haditsnya itu tertolak ! “. No 47: (* Pg. 163 no. 10 ) Al-Ijlaa Ibn Abdullah Al-Kufi : Al-Albani has corrected a sanad by saying it is good in "Irwa, 8/7", with the words: "And its sanad is good, the narrators are trustworthy, except for Ibn Abdullah al-Kufi who is truthful." He then contradicts himself by weakening the sanad of a Hadith where al-Ijlaa is found and has made him the reason for declaring it DAEEF (see 'Daeefah, 4/71'); where he said: "Ijlaa ibn Abdullah has a weakness." Al-Albani then quoted Ibn al-Jawzi's (Rahimahullah) words by saying: "Al-Ijlaa did not know what he was saying ."!!! No 47: (Hal. 163 nr. 10) Al-Ijlaa Ibn Abdullah Al-Kufi ; Al-Albani memperbaiki sanad sambil mengatakan itu baik dalam Irwa 8/7, dengan kata-kata : “ Dan sanad tersebut adalah baik , perawi-perawi semua dapat dipercaya, kecuali Ibn Abdullah al-Kufi dia adalah jujur “. Dia kemudian kontradiksi sendiri dengan melemahkan sanad dari hadits yang diketemukan al-Ijlaa dan dia membuat alasan baginya untuk menyatakannya lemah (lihat Daeefah 4/71) , dimana dia berkata: “ Ijlaa ibn Abdullah mempunyai kelemahan “ Al-Albani menukil kata-kata Ibn al-Jawzi’s (Rahimahullah) yang berkata ; “ Al-Ijlaa tidak mengetahui apa yang dia katakan “ !!! No 48: (* Pg. 67-69 ) ABDULLAH IBN SALIH : KAATIB AL-LAYTH :- Al-Albani has criticised Al-Hafiz al-Haythami, Al-Hafiz al-Suyuti, Imam Munawi and the Muhaddith Abu'l-Fadl al-Ghimari (Allah's mercy be upon them) in his book "Silsilah al-Daeefah, 4/302", when checking a Hadith containing the narrator Abdullah ibn Salih. He says on page 300: "How could Ibn Salih be all right and his Hadith be good, even though he has got many mistakes and is of little awareness, which also made some fraudulent Hadiths enter his books, and he narrates them without knowing about them!" He has not mentioned that Abdullah ibn Salih is one of Imam al-Bukhari's men (i.e. used by al-Bukhari), because it does not suit his mode, and he does not state that Ibn Ma'een and some of the leading critics of Hadith have trusted him. Al-Albani has contradicted himself in other places in his books by making Hadiths containing Abdullah ibn Salih to be good, and here they are :- Al-Albani said in "Silsilah al-Shohihah, 3/229" : "And so the sanad is good, because Rashid ibn Sa'ad is trustworthy by agreement, and who is less than him in the men of Shohih, and there is also Abdullah ibn Salih who has said things that are unharmful with Allah's help!!"." Al-Albani also said in "Shohihah, 2/406" about a sanad which contained Ibn Salih: "a good sanad in continuity." And again in "Shohihah, 4/647": "He's a proof with continuity” NB- (Shaykh Saqqaf then continued with some important advice, this has been left untranslated for brevity but one may refer to the Arabic for further elaboration). By the grace of Allah, this is enough from the books of Shaykh Saqqaf to convince any seeker of the truth, let alone the common folk who have little knowledge of the science of Hadith. If anyone is interested for hundreds of other similar quotes from Shaykh Saqqaf, then I suggest you write to the following address to obtain his book Tanaqadat al-Albani al-Wadihat (The Clear Contradictions of al-Albani). No 48: (Hal. 67-69) Abdullah Ibn Salih: Kaatib Al-Layth: Al-albani telah mengeritik Al-Hafiz al-Haitami, Al-Hafiz al-Suyuti, Imam Munawi dan ahli hadits Abu’l-Fadzl al-Ghimari (rh) dalam bukunya Silsilah al-Daeefah 4/302, waktu mengontrol hadits yang didalamnya ada perawi Abdullah ibn Salih. Dia (Albani) berkata pada halaman 300 ; “Bagaimana dapat Ibn Salih menjadi benar dan haditsnya menjadi baik, dia sendiri sangat banyak membuat kesalahan dan yang mana juga memasukkan beberapa hadits palsu didalam bukunya, dan dia meyebutkan sanad-sanadnya tapi dia sendiri tidak mengenal mereka.” Dia (Albani) tidak menyebutkan bahwa Abdullah Ibn Salih ialah salah satu orang dari orang-orangnya Imam Bukhori (yaitu dipakai oleh Bukhori), karena (Albani) tidak cocok dengan caranya (Albani) dan dia (Albani) tidak menyebutkan bahwa Ibn Ma’een dan beberapa kritikus dari hadits telah mempercayai dia (Abdullah Ibn Salih). Al-Albani telah berlawanan dengan perkataannya sendiri, dalam tempat lain dibuku-bukunya telah mengatakan bahwa semua hadits yang diketengahkan Abdullah ibn Salih adalah baik, sebagai berikut : Al-Albani berkata dalam de Silsilah Al-Shohihah, 3/229 : “ Dan sanad itu baik, karena Rashid ibn Saad telah disepakati dapat dipercaya dan lebih rendah dari dia dalam lingkungan orang-orang yang Shohih dan juga Abdullah ibn Salih telah mengatakan sesuatu yang tidak bahaya dengan bantuan Allah “Al-Albani juga berkata dalam Shohihah 2/406 mengenai sanad yang didalamnya ada Ibn Salih “sanad berkesinambungan yang baik” Dan lagi dalam Shohihah 4/647; “Dia adalah bukti dalam berkesinambungan” NB: (kemudian Syeikh Seggaf meneruskan dengan beberapa wejangan yang penting, demi keringkasan sengaja tidak diterjemahkan , tetapi bila orang ingin merujuknya bisa lihat bahasa Arabnya). Dengan karunia Allah, ini telah cukup dari buku-buku Syeikh Seggaf untuk meyakinkan siapa saja yang mencari kebenaran, biarkan orang-orang itu sendiri bersama-sama mengetahui sedikit tentang ilmu hadits. Bila ada orang tertarik untuk mendapatkan buku yang didalamnya ada ratusan kutipan yang serupa (tentang Al-Albani) yang berjudul Tanaqadat Al-Albani Al-Wadihat silahkan anda menulis kealamat: IMAM AL-NAWAWI HOUSE POSTBUS 925393 AMMAN JORDAN. Setelah kita menyimak berbagai contoh kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak oleh ‘Yang Terhormat Al-Muhaddis Syeikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani’ oleh ‘Al-Alamah Syeikh Muhamad Ibn Ali Hasan As-Saqqof’ dimana dalam kitabnya tersebut beliau (Rahima- hullah) menunjukkan ± 1200 kesalahan dan penyimpangan dari Syeikh Al-Albani dalam kitab-kitab yang beliau tulis seperti contoh diatas. Maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa bidang ini tidak dapat digeluti oleh sembarang orang, apalagi yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai seorang yang layak untuk menyadang gelar ‘Al-Muhaddits’ (Ahli Hadits) dan tidak memperoleh pendidikan formal dalam bidang ilmu hadits dari Universitas-universitas Islam yang terkemuka dan ‘Para Masyaik’h yang memang ahli dalam bidang ini. Dan Para Ulama telah menetapkan kriteria yang ketat agar hanya benar-benar ‘orang yang memang memenuhi kriteria sajalah’ yang layak menyadang gelar ini seperti yang diungkapkan oleh Imam Sakhowi tentang siapa Ahli Hadits (muhaddits) itu sebenarnya: “Menurut sebagian Imam hadits, orang yang disebut dengan Ahli Hadits (Muhaddits) adalah orang yang pernah menulis hadits, membaca, mendengar, dan menghafalkan, serta mengadakan rihlah (perjalanan) keberbagai tempat untuk, mampu merumuskan beberapa aturan pokok (hadits), dan meng- komentari cabang dari Kitab Musnad, Illat, Tarikh yang kurang lebih mencapai 1000 buah karangan. Jika demikian (syarat-syarat ini terpenuhi -pent) maka tidak diingkari bahwa dirinya adalah ahli hadits. Tetapi jika ia sudah mengena- kan jubah pada kepalanya, dan berkumpul dengan para penguasa pada masa- nya, atau menghalalkan (dirinya memakai-pent ) perhiasan lu’lu (permata-pent) dan marjan atau memakai pakaian yang berlebihan (pakaian yang berwarna-warni -pent). Dan hanya mempelajari hadits Al-Ifki wa Al-Butan. Maka ia telah merusak harga dirinya, bahkan ia tidak memahami apa yang dibicarakan kepadanya, baik dari juz atau kitab asalnya. Ia tidak pantas menyandang gelar seorang Muhaddits bahkan ia bukan manusia. Karena dengan kebodohannya ia telah memakan sesuatu yang haram. Jika ia menghalalkannya maka ia telah keluar dari Agama Islam” ( Lihat Fathu Al-Mughis li Al-Sakhowi, juz 1hal. 40-41). Sehingga yang layak menyandang gelar ini adalah ‘Para Muhaddits’ generasi awal seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Nasa’i, Imam Ibn Majah, Imam Daruquthni, Imam Al-Hakim Naisaburi, Imam Ibn Hibban dan lain-lain. Sehingga apakah tidak terlalu berlebihan (atau bahkan termasuk Ghuluw -pent) dengan menyamakan mereka (Imam Bukhari, Imam Muslim, imam Abu Dawud dkk -pent) dengan sebagian Syeikh yang tidak pernah menulis hadits, membaca, mendengar, menghafal, meriwayatkan, melakukan perjalanan mencari hadits atau bahkan memberikan kontribusi pada perkembangan Ilmu hadits yang mencapai seribu karangan lebih !?!!. Sehingga bukan Sunnah Nabi yang dibela dan ditegakkan, malah sebaliknya yang muncul adalah fitnah dan kekacauan yang timbul dari pekerjaan dan karya-karyanya, sebagaimana contoh-contoh diatas. Ditambah lagi dengan munculnya sikap arogan, dimana dengan mudahnya kelompok ini menyalahkan dan bahkan membodoh-bodohkan para Ulama, karena berdasar penelitiannya (yang hasilnya (tentunya) perlu dikaji dan diteliti ulang seperti contoh diatas), mereka ‘berani’ menyimpulkan bahwa para Ulama Salaf yang mengikuti salah satu Imam Madzhab ini berhujah dengan hadits-hadits yang lemah atatu dhoif dan pendapat merekalah yang benar (walaupun klaim seperti itu tetaplah menjadi klaim saja, karena telah terbukti berbagai kesalahan dan penyimpangannya dari Al-Haq). Oleh karena itu para Ulama Salaf Panutan Umat sudah memperingatkan kita akan kelompok orang yang seperti ini sebagai berikut:  Syeikh Abdul Ghofar seorang ahli hadits yang bermadzhab Hanafi menukil pendapat Ibn Asy-Syihhah ditambah syarat dari Ibn Abidin Dalam Hasyiyah-nya, yang dirangkum dalam bukunya ‘Daf’ Al-Auham An-Masalah AlQira’af Khalf Al-Imam’, hal. 15: ”Kita melihat pada masa kita, banyak orang yang mengaku berilmu padahal dirinya tertipu. Ia merasa dirinya diatas awan, padahal ia berada dilembah yang dalam. Boleh jadi ia telah mengkaji salah satu kitab dari enam kitab hadits (kutub As-Sittah), dan ia menemukan satu hadits yang bertentangan dengan madzhab Abu Hanifah, lalu berkata buang- lah madzhab Abu Hanifah ke dinding dan ambil hadits Rasulallah saw.. Padahal hadits ini telah mansukh atau bertentangan dengan hadis yang sanad nya lebih kuat dan sebab lainnya sehingga hilanglah kewajiban mengamalkan- nya. Dan dia tidak mengetahui. Bila pengamalan hadis seperti ini diserahkan secara mutlak kepadanya maka ia akan tersesat dalam banyak masalah dan tentunya akan menyesatkan banyak orang ”.  Al-Hafidz Ibn Abdil Barr meriwayatkan dalam Jami’ Bayan Al-Ilmu, juz 2 hal. 130, dengan sanadnya sampai kepada Al-Qodhi Al-Mujtahid Ibn Laila bahwa ia berkata: ”Seorang tidak dianggap memahami hadits kalau ia mengetahui mana hadits yang harus diambil dan mana yang harus ditinggal kan”.  Al-Qodhi Iyadh dalam Tartib Al-Madarik, juz 2hal. 427; Ibn Wahab berkata: ”Kalau saja Allah tidak menyelamatkanku melalui Malik Dan Laits, maka tersesatlah aku. Ketika ditanya, mengapa begitu, ia menjawab, ‘Aku banyak menemukan hadits dan itu membingungkanku. Lalu aku menyampaikannya pada Malik dan Laits, maka mereka berkata : ‘Ambillah dan tinggalkan itu’ ”.  Imam Malik berpesan kepada kedua keponakannya (Abu Bakar dan Ismail, putra Abi Uwais); ”Bukankah kalian menyukai hal ini (mengumpulkan dan mendengarkan hadits) serta mempelajarinya?, Mereka menjawab: ‘Ya’, Beliau berkata: Jika kalian ingin mengambil manfaat dari hadits ini dan Allah menjadi- kannya bermanfaat bagi kalian, maka kurangilah kebiasaan kalian dan pelajari- lah lebih dalam”. Seperti ini pula Al-Khatib meriwayatkan dengan sanadnya dalam Al-Faqih wa Al-Mutafaqih juz II hal. 28.  Al-Khotib meriwayatkan dalam kitabnya Faqih wa Al-Mutafaqih, juz II hal.15-19, suatu pembicaraan yang panjang dari Imam Al-Muzniy, pewaris ilmu Imam Syafi’i. Pada bagian akhir Al-Muzniy berkata: ”Perhatikan hadits yang kalian kumpulkan.Tuntutlah Ilmu dari para fuqoha agar kalian menjadi ahli fiqh”.  Dalam kitab Tartib Al-Madarik juz Ihal. 66, dengan penjelasan yang panjang dari para Ulama Salaf tentang sikap mereka terhadap As-Sunnah, antara lain: a. Umar bin Khattab berkata diatas mimbar: ”Akan kuadukan kepada Allah orang yang meriwayatkan hadits yang bertentangan dengan yang diamalkan. b. Imam Malik berkata: ”Para Ahli Ilmu dari kalangan Tabi’in telah menyampaikan hadits-hadits, lalu disampaikan kepada mereka hadits dari orang lain, maka mereka menjawab: ‘Bukannya kami tidak tahu tentang hal ini, tetapi pengamalannya yang benar adalah tidak seperti ini’ ” . c. Ibn Hazm berkata: Abu Darda’ pernah ditanya: ”Sesungguhnya telah sampai kepadaku hadits begini dan begitu (berbeda dengan pendapatnya-pent). Maka ia menjawab: ‘Saya pernah mendengarnya, tetapi aku menyaksikan pengamal annya tidak seperti itu’ ” . d. Ibn Abi zanad, “Umar bin Abdul Aziz mengumpulkan para Ulama dan Fuqoha untuk menanyai mereka tentang sunnah dan hukum-hukum yang di amalkan agar beliau dapat menetapkan. Sedang hadits yang tidak diamalkan akan beliau tinggalkan, walaupun diriwayatkan dari para perawi yang ter- percaya”. Demikian perkataan Qodhi Iyadh. e. Al-Hafidz Ibn Rajab Al-Hambali dalam Kitabnya Fadhl ‘Ilm As-Salaf ‘ala Kholaf’ hal.9, berkata: “Para Imam dan Fuqoha Ahli Hadits sesungguhnya mengikuti hadits shohih jika hadits itu diamalkan dikalangan para Sahabat atau generasi sesudahnya, atau sebagian dari mereka. Adapun yang disepakati untuk ditinggalkan, maka tidak boleh diamalkan, karena tidak akan meninggalkan sesuatu kecuali atas dasar pengetahuan bahwa ia memang tidak diamalkan”. Sehingga cukuplah hadits dari Baginda Nabi saw. berikut ini untuk mengakhiri kajian kita ini, agar kita tidak menafsirkan sesuatu yang kita tidak memiliki pengetahuan tentangnya: Artinya : ”Akan datang nanti suatu masa yang penuh dengan penipuan hingga pada masa itu para pendusta dibenarkan, orang-orang yang jujur didustakan; para pengkhianat dipercaya dan orang-orang yang amanah dianggap khianat, serta bercelotehnya para ‘Ruwaibidhoh’. Ada yang bertanya: ‘Apa itu ‘Ruwaibidhoh’? Beliau saw. menjawab: ”Orang bodoh pandir yang berkomentar tentang perkara orang banyak” (HR. Al-Hakim jilid 4 hal. 512 No. 8439 — ia menyatakan bahwa hadits ini shohih; HR. Ibn Majah jilid 2 hal. 1339 no. 4036; HR. Ahmad jilid 2 hal. 219, 338 No. 7899,8440; HR. Abi Ya’la jilid 6 hal. 378 no. 3715; HR. Ath-Thabrani jilid 18 hal. 67 No. 123; HR. Al-Haitsami jilid 7 hal. 284 dalam Majma’ Zawa’id). NB: (kemudian Syeikh Seggaf meneruskan dengan beberapa wejangan yang penting, demi keringkasan sengaja tidak diterjemahkan , tetapi bila orang ingin merujuknya bisa lihat bahasa Arabnya). Dengan karunia Allah, ini telah cukup dari buku-buku Syeikh Seggaf untuk meyakinkan siapa saja yang mencari kebenaran, biarkan orang-orang itu sendiri bersama-sama mengetahui sedikit tentang ilmu hadits. Perhatikan peringatan Al-Hafidz Ibn Abdil Barr berikut: ”Dikatakan oleh Al-Qodhi Mundzir, bahwa Ibn Abdil Barr mencela dua golongan, yang pertama, golongan yang tenggelam dalam ra’yu dan berpaling dari Sunnah, dan kedua, golongan yang sombong yang berlagak pintar padahal bodoh ” (menyampai- kan hadits, tetapi tidak mengetahui isinya -pent) (Dirangkum dari Jami’ Bayan Al-Ilm juz IIhal. 171). Syeikhul Islam Ibn Al-Qoyyim Al-Jawziyah berkata dalam I’lamu Al-Muwaqqi’in juz Ihal. 44, dari Imam Ahmad, bahwa beliau berkata: ”Jika seseorang memiliki kitab karangan yang didalamnya termuat sabda Nabi saw. perbedaan sahabat dan tabi’in, maka ia tidak boleh mengamalkan dan menetapkan sekehendak hatinya sebelum menanyakannya pada Ahli Ilmu, mana yang dapat diamalkan dan mana yang tidak dapat diamalkan, sehingga orang tersebut dapat meng- amalkan dengan benar”. Allah Maha Mengetahui. Demikianlah sebagian kecil (seleksi) isi buku Syeikh Segaf tentang kesalahan-kesalahan Al-Albani yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris oleh Syeikh Nuh Ha Mim Killer dan kawan-kawan yang kami terjemahkan dan susun kedalam bahasa Indonesia secara bebas. Sumber: http://www.everyoneweb.com/tabarruk/

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu