Tuesday, March 8, 2016

Bukti (Scanned book: alwasiat and al fiqh al absath) Aqidah Imam Abu Hanifah “ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH”

I. Bukti (Kitab al fiqh al absath)  Aqidah Imam Abu Hanifah “ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN TANPA ARAH”, (Mewaspadai Ajaran Sesat Wahabi)

Terjemah:
Lima: Apa yang beliau (Imam Abu Hanifah) tunjukan –dalam catatannya–: “Dalam Kitab al-Fiqh al-Absath bahwa ia (Imam Abu Hanifah) berkata: Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, Dia ada sebelum menciptakan segala makhluk, Dia ada sebelum ada tempat, sebelum segala ciptaan, sebelum segala sesuatu”. Dialah yang mengadakan/menciptakan segala sesuatu dari tidak ada, oleh karenanya maka tempat dan arah itu bukan sesuatu yang qadim (artinya keduanya adalah makhluk/ciptaan Allah). Dalam catatan Imam Abu Hanifah ini terdapat pemahaman2 penting:
  1. Terdapat argumen bahwa seandainya Allah berada pada tempat dan arah maka berarti tempat dan arah tersebut adalah sesuatu yang qadim (tidak memiliki permulaan), juga berarti bahwa Allah adalah benda (memiliki bentuk dan ukuran). Karena pengertian “tempat” adalah sesuatu/ruang kosong yang diwadahi oleh benda, dan pengertian “arah” adalah puncak/akhir penghabisan dari tujuan suatu isyarat dan tujuan dari sesuatu yang bergerak. Dengan demikian maka arah dan tempat ini hanya berlaku bagi sesuatu yang merupakan benda dan yang memiliki bentuk dan ukuran saja; dan ini adalah perkara mustahil atas Allah (artinya Allah bukan benda) sebagaimana telah dijelaskan dalam penjelasan yang lalu. Oleh karena itulah beliau (Imam Abu Hanifah berkata: “Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, Dia ada sebelum menciptakan segala makhluk, Dia ada sebelum ada tempat, sebelum segala ciptaan, sebelum segala sesuatu sesuatu”.
    Sementara apa yang disangkakan oleh Ibn Taimiyah bahwa arsy adalah sesuatu yang qadim (tidak bermula) adalah pendapat SESAT, sebagaimana kesesatan ini telah dijelaskan dalam Kitab Syarh al-Aqa’id al-’Adludliyyah.
  2. Sebagai jawaban bahwa Allah tidak dikatakan di dalam alam adalah oleh karena mutahil Allah berada di dalam susuatu yang notabene makhluk-Nya. Dan bahwa Allah tidak dikatakan di luar alam adalah oleh karena Allah ada (tanpa permulaan) sebelum adanya segala makhluk, dan Dia ada sebelum adanya segala tempat dan arah. Karena itulah beliau (Imam Abu Hanifah berkata: “Dia (Allah) adalah Pencipta segala sesuatu”.
Keterangan:
Kitab ini berjudul Isyarat al-Maram Min ‘Ibarat al-Imam adalah karya Imam al-Bayyadli. Isinya adalah penjelasan aqidah yang diyakini oleh Imam Abu Hanifah sesuai risalah2 yang ditulis oleh Imam Abu Hanifah sendiri.

II. Hujjah Imam Hanafi dalam Kitab Alwasiat) Kalahkan Aqidah sesat salafy / wahaby

NIH BACA YANG DIGARIS MERAH :

( DIATAS ADALAH KENYATAAN IMAM ABU HANIFAH DALAM KITAB WASIAT BELIAU PERIHAL ISTAWA )

Demikian dibawah ini teks terjemahan nas Imam Abu Hanifah dalam hal tersebut ( Rujuk kitab wasiat yang ditulis imam hanifah, sepertimana yang telah di scandiatas, baca yang di line merah) :

 Berkata Imam Abu Hanifah: Dan kami ( ulama Islam ) mengakui bahawa Allah ta’al ber istawa atas Arasy tanpa Dia memerlukan kepada Arasy dan Dia tidak bertetap di atas Arasy, Dialah menjaga Arasy dan selain Arasy tanpa memerlukan Arasy, sekiranya dikatakan Allah memerlukan kepada yang lain sudah pasti Dia tidak mampu mencipta Allah ini dan tidak mampu mentadbirnya sepeti jua makhluk-makhluk, kalaulah Allah memerlukan sifat duduk dan bertempat maka sebelum diciptaArasy dimanakah Dia? Maha suci Allah dari yang demikian”. Tamat terjemahan daripada kenyatan Imam Abu Hanifah dari kitab Wasiat beliau.
Amat jelas di atas bahawa akidah ulama Salaf sebenarnya yang telah dinyatakan oleh Imam Abu Hanifah adalah menafikan sifat bersemayam(duduk) Allah di atas Arasy.
kalaulah Allah memerlukan sifat duduk dan bertempat maka sebelum diciptakan semua makhluq (sebelum diciptakan tempat, arah, arsy, langit dan smua makhluq = zaman azali) dimanakah Dia? Maha suci Allah dari yang demikian”
Al Imam Abu Hanifah dalam kitabnya al Fiqh al Absath berkata:
“Allah ta’ala ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada tempat, Dia ada sebelum menciptakan makhluk, Dia ada dan belum ada tempat, makhluk dan sesuatu dan Dia pencipta segala
sesuatu”. Al Imam Fakhruddin ibn ‘Asakir (W. 620 H) dalam risalah aqidahnya mengatakan : “Allah ada sebelum ciptaan, tidak ada bagi- Nya sebelum dan sesudah, atas dan bawah, kanan dan kiri, depan dan
belakang, keseluruhan dan bagian-bagian, tidak boleh dikatakan”Kapan ada-Nya ?”, “Di mana Dia ?” atau “Bagaimana Dia ?”, Dia ada tanpa tempat”.
Maka sebagaimana dapat diterima oleh akal, adanya Allah tanpa tempat dan arah sebelum terciptanya tempat dan arah, begitu pula akal akan menerima wujud-Nya tanpa tempat dan arah setelah terciptanya
tempat dan arah. Hal ini bukanlah penafian atas adanya Allah. Al Imam al Bayhaqi (W. 458 H) dalam kitabnya al Asma wa ash-Shifat, hlm. 506, mengatakan: “Sebagian sahabat kami dalam menafikan tempat bagi Allah mengambil dalil dari sabda Rasulullah shalllallahu ‘alayhi wa sallam
أَنت الظَّا  ه  ر فَلَيس فَوقَك شىءٌ وأَنت ” :r 3. قال رسول الله
الْبا  ط  ن فَلَيس دونك شىءٌ ” (رواه مسلم وغيره)
Maknanya: “Engkau azh-Zhahir (yang segala sesuatu menunjukkan akan ada-Nya), tidak ada sesuatu di atas-Mu dan Engkaulah alBathin (yang tidak dapat dibayangkan) tidak ada sesuatu di bawah-Mu”
(H.R. Muslim dan lainnya).
Jika tidak ada sesuatu di atas-Nya dan tidak ada sesuatu di bawah-Nya berarti Dia tidak bertempat”.

III. Ibnu katsir membungkam wahhaby (2) : Tafsir ayat “istiwa”


Ibnu katsir membungkam wahhaby (2) : Tafsir ayat “istiwa”
Bagaimana cara ulama ahli sunnah waljamaah dalam memahami masalah asma wa sifat atau yang sering di sebut dngan ayat-aya dan hadit-haditst sifat?ayat-ayat sifat disini adalah ayat Alquran atau Hadits Nabi yang menyebutkan tentang aggota tubuh seperti mata ,tangan,naik turun yang di sandarkan kepada Allah dll yang jika salah dalam memahamimya seseorang bisa masuk dalam kesesatan aqidah mujassimah(yang megatakan bahwa Allah SWT mempunyai aggota badan yang menyerupai dengan hambanya).Atau akan terjerumus dalam ta’thil (yang menolak sifat-sifat Allah SWT ).Begitu penting dan bahaya permasalahan ini maka ulama benar-benar telah membahasnya dengan detail dan rinci agar ummat ini tidak salah dalam memahami ayat –ayat dan hadits-hadits sifat .
Ada dua catara yang di ambil oleh ulama ahli sunnah waljamaah dalam memahami ayat-ayat sifat ini :
Pertama adala tafwidh, maksudnuya menyerahkan pemahaman makna tersebut kepada Allah SWT karena khawatir jika di fahami sesuai dhohir lafatnya akan merusak aqidah. Misanya disaat Allah menyebut tangan yang di nisbatkan kepada Allah, maka maknanya tidak di bahas akan tetapi dilalui dan diserahkan kepada Allah SWT.   Ibnu katsir adalah salah satu ulama yang menggunkan methode ini.
Kedua adalah dengan cara mentakwili ayat tersebut dengan makna yang ada melalaui dalil lain. Seperti tangan Allah di artikan dengan kekuasaan Allah yang memang makna kekuasaa itu sendiri di tetapkan dengan dalil yang pasti dari Alquran dan hadits.
Perhatian
1-Dua cara ini yakni attafwid dan attakwil adalah cara yang di ambil oleh ulama salaf dan kholaf,sungguh tidak benar jika tafwid adalah metode tyang di ambil oleh ulama salaf dan ta’wil adalah yang di ambil oleh ulama kholaf saja.
2-Ada sekelompok orang di akhir zaman ini menfitnah para ulama terdahulu(salaf) dan menyebut mereka sebagai ahli bidah dan sesat karena telah mentakwili ayat-ayat sifat ini.maka kelompok yang membid’ahkan ulama terdahulu karena takwil ,sungguh mereka adalah orang –orang yang tidak mengerti bagaimana mentakwil dan mereka uga tidak kenal dengan benar dengan ulama terdahulu karena banyak riwayat ta’wil yang dating dari para salaf..
3-ada sekelompok orang yang menyebut diri mereka sebagai ahli tafwid akan tetapi telah terjerumus dam kesesatan takwil yang tidak mereka sadari.misalnya disaat mereka mengatakan bahwa Allah berada di atas ‘ars ,mereka mengatakan tidak boleh ayat tentang keberadaan Allah di ars ini di ta’wili.akan tetapi dengan tidak di sadari mereka menjelaskan keberadan Allah di ars dengan penjelasan bahwa ars adlah makhluq terbesar(seperti bola dan semua mkhluk yang lain di dalamnya.kemudian mereka mengatakkan dan Allah swt berada di atas Arsy nag besar itu di tempat yang namany makan ‘adami(tempat yang tidak ada).Lihat dari mana mereka mengatakan ini semua. Itu adalah takwil fasid dan ba’id(takwil salah mereka yang jauh dari kebenaran.
Adapun ulama ahli kebenaran, ayat tentang Allah dan ars,para ahli tafwid menyerahkan pemahaman maknanya kepada Allah swt,adapu ahli ta’wil mengatakan Alah menguasai Ars dan tidaklah salah karena memang Allah dzat yang maha kuasa terhadap makhluk terbesar Ars, sebab memang Allah maha kuasa terhadap segala sesuatu.wallhu a’lam bishshowab
A.  Tafsir Ayat Mutasyabihat ISTIWA
I. Tafsir Makna istiwa Menurut Kitab Tafsir Mu’tabar
lihat dalam tafsir berikut :
1. Tafsir Ibnu katsir menolak makna dhahir (lihat surat al -a’raf ayat 54, jilid 2 halaman 295)
Tarjamahannya (lihat bagian yang di line merah)  :
{kemudian beristawa kepada arsy} maka manusia pada bagian ini banyak sekali perbedaan pendapat , tidak ada yang memerincikan makna (membuka/menjelaskannya)  (lafadz istiwa) dan sesungguhnya kami menempuh dalam bagian ini seperti apa yang dilakukan salafushalih, imam malik, imam auza’I dan imam atsuri, allaits bin sa’ad dan syafi’I dan ahmad dan ishaq bin rawahaih dan selainnya dan ulama-ulama islam masa lalu dan masa sekarang. Dan lafadz (istawa) tidak ada yang memerincikan maknanya seperti yang datang tanpa takyif (memerincikan bagaimananya) dan tanpa tasybih (penyerupaan dgn makhluq) dan tanpa ta’thil(menafikan)  dan (memaknai lafadz istiwa dengan)  makna dhahir yang difahami (menjerumuskan) kepada pemahaman golongan musyabih yang menafikan dari (sifat Allah)  yaitu Allah tidak serupa dengan makhluqnya…”
Wahai mujasimmah wahhaby!!
lihatlah ibnu katsir melarang memaknai ayat mutasyabihat  dengan makana dhohir karena itu adalah pemahaman mujasimmah musyabihah!
bertaubatlah dari memaknai semua ayat mutasyabihat dengan makna dhahir!!
Kemudian Ibnu katsir melanjutkan lagi :
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” [al-Syura: 11]. Bahkan perkaranya adalah sebagaimana yang dikatakan oleh para imam, diantaranya Nu’aim bin Hammad al-Khuza’i, guru al-Bukhari, ia berkata: “Siapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, ia telah kafir, dan siapa yang mengingkari apa yang Allah mensifati diri-Nya, maka ia kafir, dan bukanlah termasuk tasybih (penyerupaan) orang yang menetapkan bagi Allah Ta’ala apa yang Dia mensifati diri-Nya dan Rasul-Nya dari apa yang telah datang dengannya ayat-ayat yang sharih (jelas/ayat muhkamat) dan berita-berita (hadits) yang shahih dengan (pengertian) sesuai dengan keagungan Allah dan menafikan dari Allah sifat-sifat yang kurang; berarti ia telah menempuh hidayah.”
Inilah selengkapnya dari penjelasan Ibnu Katsir.Berdasarkan penjelasan ibnu katsir :
– Ayat mutasyabihat harus di tafsir dengan ayat syarif (ayat muhkamat) atau ayat yang jelas maknanya/Bukan ayat mutasyabihat!! Tidak seperti wahhaby yang menggunakan ayat mutasyabihat utk mentafsir ayat mutasyabihat yang lain!!!! ini adalah kesesatan yang nyata!
– ibnu katsir mengakui ayat ‘istiwa’ adalah ayat mutasyabihat yang tidak boleh memegang makna dhahir dari ayat mutasyabihat tapi mengartikannya dengan ayat dan hadis yang – jadi ibnu katsir tidak memperincikan maknanya tapi juga tidak mengambil makna dhahir ayat tersebut.
– disitu imam ibnu katsir, imam Bukhari dan imam ahlsunnah lainnya  tidak melarang ta’wil.
“…dan  selain mereka dari para imam kaum muslimin yang terdahulu maupun kemudian, yakni membiarkan (lafadz)nya seperti apa yang telah datang (maksudnya tanpa memperincikan maknanya)tanpa takyif  (bagaimana, gambaran), tanpa tasybih (penyerupaan), dan tanpa ta’thil (menafikan)….”
sedangkan wahaby melarang melakukan tanwil!
2.    Sekarang akan disebutkan sebahagian penafsiran lafaz istawa dalam surah ar Ra’d:
1- Tafsir al Qurtubi
(ثم استوى على العرش ) dengan makna penjagaan dan penguasaan
2- Tafsir al-Jalalain
(ثم استوى على العرش ) istiwa yang layak bagi Nya
3- Tafsir an-Nasafi Maknanya:
makna ( ثم استوى على العرش) adalah menguasai Ini adalah sebahagian dari tafsiran , tetapi banyak lagi tafsiran-tafsiran ulamak Ahlu Sunnah yang lain…
4- Tafsir Ibnu Kathir , darussalam -riyadh, Jilid 2 , halaman 657, surat ara’ad ayat 2):
(ثم استوى على العرش ) telah dijelaskan maknanya sepertimana pada tafsirnya surah al Araf,  sesungguhnya ia ditafsirkan sebagaimana lafadznya yang datang (tanpa memrincikan maknanya) tanpa kaifiat(bentuk) dan penyamaan, tanpa permisalan, maha tinggi
Disini Ibnu Katsir mengunakan ta’wil ijtimalliy iaitu ta’wilan yang dilakukan secara umum dengan menafikan makna zahir nas al-Mutasyabihat tanpa diperincikan maknanya.
II. Makna istiwa yang dikenal dalam bahasa arab dan dalam kitab-kitab Ulama salaf
Di dalam kamus-kamus arab yang ditulis oleh ulama’ Ahlu Sunnah telah menjelaskan istiwa datang dengan banyak makna, diantaranya:
1-masak (boleh di makan) contoh:
قد استوى الطعام—–قد استوى التفاح maknanya: makanan telah masak—buah epal telah masak
2- التمام: sempurna, lengkap
3- الاعتدال : lurus
4- جلس: duduk / bersemayam,
contoh: – استوى الطالب على الكرسي : pelajar duduk atas kerusi -استوى الملك على السرير : raja bersemayam di atas katil
5- استولى : menguasai,
contoh: قد استوى بشر على العراق من غير سيف ودم مهراق
Maknanya: Bisyr telah menguasai Iraq, tanpa menggunakan pedang dan penumpahan darah.
Al Hafiz Abu Bakar bin Arabi telah menjelaskan istiwa mempunyai hampir 15 makna, diantaranya: tetap,sempurna lurus menguasai, tinggi dan lain-lain lagi, dan banyak lagi maknannya. Sila rujuk qamus misbahul munir, mukhtar al-Sihah, lisanul arab, mukjam al-Buldan, dan banyak lagi. Yang menjadi masalahnya, kenapa si penulis memilih makna bersemayam. Adakah makna bersemayam itu layak bagi Allah?, apakah dia tidak tahu bersemayam itu adalah sifat makhluk? Adakah si penulis ini tidak mengatahui bahawa siapa yang menyamakan Allah dengan salah satu sifat daripada sifat makhluk maka dia telah kafir?
sepertimana kata salah seorang ulama’ Salaf Imam at Tohawi (wafat 321 hijrah):
ومن وصف الله بمعنى من معانى البشر فقد كفر
Maknanya: barang siapa yang menyifatkan Allah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat manusia maka dia telah kafir. Kemudian ulama’-ulama’ Ahlu Sunnah telah menafsirkan istiwa yang terkandung di dalam Al quran dengan makna menguasai arasy kerana arasy adalah makhluk yang paling besar, oleh itu ia disebutkan dalam al Quran untuk menunjukkan kekuasaan Allah subhanahu wata’ala sepertimana kata-kata Saidina Ali yang telah diriwayatkan oleh Imam Abu Mansur al-Tamimi dalam kitabnya At-Tabsiroh:
ان الله تعالى خلق العرش اظهارا لقدرته ولم يتخذه مكان لذاته
Maknanya: Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mencipta al-arasy untuk menzohirkan kekuasaanya, bukannya untuk menjadikan ia tempat bagi Nya.
Allah ada tanpa tempat dan arah adalah aqidah salaf yang lurus.

IV. Hujjah Imam Adzahaby  Kalahkan Aqidah sesat salafy / wahaby


*Bersemayam yang bererti Duduk adalah sifat yang tidak layak bagi Allah dan Allah tidak pernah menyatakan demikian, begitu juga NabiNya. Az-Zahabi adalah Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Uthman bin Qaymaz bin Abdullah ( 673-748H ). Pengarang kitab Siyar An-Nubala’ dan kitab-kitab lain termasuk Al-Kabair.Az-Zahabi mengkafirkan akidah Allah Duduk sepertimana yang telah dinyatakan olehnya sendiri di dalam kitabnya berjudul Kitab Al-Kabair. Demikian teks Az-Zahabi kafirkan akidah “ Allah Bersemayam/Duduk” :Nama kitab: Al-Kabair.
Pengarang: Al-Hafiz Az-Zahabi.
Cetakan: Muassasah Al-Kitab Athaqofah,cetakan pertama 1410h.Terjemahan.
Berkata Al-Hafiz Az-Zahabi:
“Faidah, perkataan manusia yang dihukum kufur jelas terkeluar dari Islam oleh para ulama adalah: …sekiranya seseorang itu menyatakan: Allah Duduk untuk menetap atau katanya Allah Berdiri untuk menetap maka dia telah jatuh KAFIR”. Rujuk scan kitab tersebut di atas m/s 142.
Syekh Ibn Hajar al Haytami (W. 974 H) dalam al Minhaj al
Qawim h. 64, mengatakan: “Ketahuilah bahwasanya al Qarafi dan lainnya meriwayatkan perkataan asy-Syafi’i, Malik, Ahmad dan Abu Hanifah – semoga Allah meridlai mereka- mengenai pengkafiran mereka terhadap orangorang yang mengatakan bahwa Allah di suatu arah dan dia adalah benda, mereka pantas dengan predikat tersebut (kekufuran)”.
Al Imam Ahmad ibn Hanbal –semoga Allah meridlainyamengatakan:
“Barang siapa yang mengatakan Allah adalah benda, tidak seperti benda-benda maka ia telah kafir” (dinukil oleh Badr ad-Din az-Zarkasyi (W. 794 H), seorang ahli hadits dan fiqh bermadzhab Syafi’i dalam kitab Tasynif al Masami’ dari pengarang kitab al Khishal dari kalangan pengikut madzhab Hanbali dari al Imam Ahmad ibn Hanbal).
Al Imam Abu al Hasan al Asy’ari dalam karyanya an-Nawadir mengatakan : “Barang siapa yang berkeyakinan bahwa Allah adalah benda maka ia telah kafir, tidak mengetahui Tuhannya”.
As-Salaf ash-Shalih Mensucikan Allah dari Hadd, Anggota badan, Tempat, Arah dan Semua Sifat-sifat Makhluk
Al Imam Abu Ja’far ath-Thahawi -semoga Allah meridlainya- (227-321 H) berkata:
“Maha suci Allah dari batas-batas (bentuk kecil maupun besar, jadi Allah tidak mempunyai ukuran sama sekali), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang besar (seperti wajah, tangan dan lainnya) maupun anggota badan yang kecil (seperti mulut, lidah, anak lidah, hidung, telinga dan lainnya). Dia tidak diliputi oleh satu maupun enam arah penjuru (atas, bawah, kanan,
kiri, depan dan belakang) tidak seperti makhluk-Nya yang diliputi enam arah penjuru tersebut”.
Perkataan al Imam Abu Ja’far ath-Thahawi di atas merupakan Ijma’ (konsensus) para sahabat dan Salaf (orang-orang yang hidup pada tiga abad pertama hijriyah).

https://salafytobat.wordpress.com/2011/03/09/bukti-scanned-book-alwasiat-and-al-fiqh-al-absath-aqidah-imam-abu-hanifah-%E2%80%9Callah-ada-tanpa-tempat-dan-tanpa-arah%E2%80%9D/


Inilah Fatwa Wahabi Yang Bolehkan Maulid


 Inilah Fatwa Wahabi Yang Bolehkan Maulid



Dr. Qais almubarak menuturkan bahwa perayaan2 tersebut masuk dalam perkara mubah seperti perayaan kelulusan, mendapat gelar, dan perayaan2 yg lain
Perayaan2 ini mubah selama tidak diyakini sebagai sunnah mandubah atau dianggap sebagai syiar2 agama, katanya sebagaimana dikutip harian “al hayah”
Demikian pula tak ada masalah dalam pengkhususan tiap tahun sekali, sebulan sekali, dalam kegiatan belajar, membaca hadits, membaca sirah, sifat2 mulia nabi atau ilmu2 yg lain
Demikian pula tak ada masalah dg perayaan hijrah, isra’ mi’raj, dengan tujuan mengenang serta mendidik. semua ini bukan bid’ah yg diharamkan kecuali bila dilakukan dengan keyakinan bahwa ini syiar yang mandub (sunnah) atau meyakini bahwa brgsiapa yg tidak melaksanakannya sama saja dg meninggalkan sunnah
Oleh : Ustadz Abi Awad Naufal


Malu Dipanggil Wahhabi? Ini Obatnya!





Malu Jadi Wahabi? Ini Obatnya❗
Teruntuk saudara-saudara yang belum memahami siapa itu wahabi dan kenapa mereka tidak mau dipanggil wahabi, mengaku sebagai salafi ternyata jauh sekali dari akhlak salafunas sholih bahkan cenderung untuk memisahkan diri dari pemahaman mayoritas para ulama’.
Kenapa Malu di panggil Wahabi?
Ini obatnya ?
Jika seandainya ajaran yang di pelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab itu memang benar, bersih dan sesuai dengan ajaran Rasulullah, mengapa mesti malu ketika ada orang yang memanggil mazhab anda ‘ Wahabi “. Seharusnya anda bangga di panggil dengan sebutan wahabi yang merupakan nama dari pendiri manhaj anda yang menurut sejarah yang valid adalah besutan Inggris dan Yahudi. Dibuat untuk menghancurkan islam dari dalam, karena untuk menghancurkan islam dari luar adalah tidak mungkin.
Rasa malu tersebut muncul mungkin dikarenakan sejarah berdirinya aliran yang suka sekali membid’ahkan amalan orang yang tak sesuai dengan mereka ini. Yang membuat para pengikutnya agak merasa malu ketika ada orang yang mengetahui bahwa asal mula berdirinya aliran Wahabi ini bersimbah darah dari penduduk muslim najd. Yang mana penduduk yang mereka bunuh itu juga mengucapkan kalimat syahadat dan beriman kepada Allah dan Rasulnya. Mereka membantai seluruh muslim yang tak mau mengakui dan masuk ke aliran mereka yang mengatakan Allah berada di langit dan memiliki anggota tubuh, mereka juga membunuh ulama, perempuan dan anak-anak, teramat sadis.
Bermacam cara mereka lakukan untuk menyembunyikan ke” Wahhabian ” mereka, untuk menyembunyikan hitam kelamnya sejarah sekte mereka. Salah satunya dengan merubah nama mazhab Wahabi dengan Salafi.
Kemudian menuduh Syiah sebagai pencipta gelar Wahabi dengan cara licik yaitu menuduh DR. Zakir Naik sebagai orang yang mengatakan hal itu. Sebab sampai saat ini tidak ada referensi dari DR.Zakir Naik mengenai perkataan itu, baik tulisan maupun videonya.
Cara lain untuk menutupi aib dari sejarah pendirinya adalah dengan memutar balikkan fakta bahwa nama Wahabi adalah salah satu sifat Allah, dan pendirinya bernama Muhammad, seharusnya nama alirannya adalah Muhammadi bukan Wahabi, yang bernama Wahab itu adalah kakeknya. Ini tentu sangat lucu sekali, mereka mungkin tidak tau atau pura-pura tidak tau tentang adat budaya dalam Bangsa Arab tentang penisbatan nama, nama dalam bangsa Arab bisa di nisbatkan kepada ayah, kakek dan seterusnya.
Contohnya Imam Syafi’i, nama mahzab beliau adalah mahzab Syafi’i, padahal nama beliau adalah Muhammad bin Idris, tidak ada satupun sampai saat ini pengikut mahzab Syafi’i yang protes dengan penamaan tersebut. Begitu pula madzhab hanbali nama pendiri nya adalah Ahmad Bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad bin Idris, dan tidak ada dari pengikutnya protes lalu mengganti dengan nama ahmadi.
Kemudian untuk menutupi aib ajaran mereka yang memang sudah salah sejak awal berdirinya, mereka mengatakan bahwa penisbatan nama Wahabi bukan kepada Muhammad bin Abdul Wahhab tetapi kepada Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum. apa mereka tidak pernah belajar sejarah atau membaca kitab atau tak tau perbedaan antara Wahbiyyah dengan Wahhabiyyah, Abdurrahman bin Rustum adalah pendiri ajaran Wahbiyyah ( Abad 2 Hijriah ) tetapi Abdul Wahab adalah pendiri Wahhabiyyah ( Abad 12 Hijriah ). Perbedaannya sangat jauh sekali.
?Pengakuan Ulama Wahhabi
Ulama-ulama wahhabi sendiri mengakui bahwa ajaran mereka adalah bernama ” Wahabi ” dan di pelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Cuma jamaah Wahabi Indonesia saja yang amat malu di panggil Wahabi, tak tau kenapa?
Para petinggi Wahabi yang bangga dengan kewahhabiannya dalam 13 Kitab
1. Syeikh bin Baz
Dalam kitab Fatawa Nur ‘ala al-darb
” Penamaan tersebut mahsyur untuk ulama tauhid yakni ulama Najd, mereka menisbahkan para ulama tersebut kepada Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab “
Katanya lagi ” Nama itu ( Wahhabiyyah ) adalah panggilan yang sangat mulia dan sangat agung “.
Lihat gambar di bawah ini ⤵





2. Kitab
الشيخ محمد بن عبد الوهاب عقيدته السلية ودعوته الإصلاحية وثناء العلماء عليه
karya
العلامة الشيخ أحمد بن حجر بن محمد آل بوطامي آل بن علي
salah satu Pendukung utama dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab menamakan dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab dengan istilah “Wahhabiy” pada halaman 78-79
Ahmad bin Hajar al Bhutami bin Ali
Dalam kitab Muhammad bin Abdul Wahhab aqidatuhus salafiyyah wa da’watuhul islamiyyah
” Mereka kaum muslimin al wahabiyah mampu mendirikan daulah islamiyah dengan azas dari pokok-pokok alwahabiyyah “
Lihat gambar di ⤵
2015-11-22-04-57-27
2015-11-22-04-56-33
3. Di halaman 70 di kitab yang sama point 15 Muhammad bin Qoshim berkata di dalam kitab “tarikh eropa” : para wahabi di dalam aqidah dan madzhab mereka mengikuti ahlussunnah wal jama’ah .
Lihat gambar di ⤵
Screenshots_2015-12-11-06-44-00
4. Pada halaman 71 di kitab tersebut Muhammad Kurdi Ali dalam kitab
“wal qodim wal hadist” menyatakan : setelah menyebutkan fashal yang luas tentang dasar wahabiyah beliau menyatakan : tidaklah Muhammad Bin Abdil Wahhab kecuali pendakwah.
Lihat gambar di ⤵
Screenshots_2015-12-11-06-44-47



5. Pada halaman 73 Dhiyauddin Arrois Ustadz sejarah islam di ” jami’ah fuad al awwal” berkata : telah tersebar di majalah al-irsyad al-kuwaithiyah edisi 6 di bulan Rajab tahun 1373 H dengan judul : “pergerakan wahhabiyah” menyebutkan : “pendiri dakwah wahhabiyah adalah Muhammad Bin Abdil Wahhab”, di halaman selanjutnya pada alinea ke-2 : Madzhab wahabi bukanlah madzhab dengan makna yang shohih namun butuh penafsiran dan penjabaran…., para wahabi mengikuti salah 1 madzhab yang ada dalam masalah fiqih yaitu madzhab Imam Ahmad Bin Hanbal, selanjutnya pada alinea ke-3 : dasar landasan untuk dakwah wahhabiyah adalah membersihkan makna tauhid dari macam-macam kesyirikan baik secara dzohir ataupun samar.
Lihat gambar di ⤵
Screenshots_2015-12-11-06-46-52
6. Pada halaman 76 Muhammad Jamil baihin di dalam kitabnya “alhalaqotul mafqudah fi taarikhi arab” dengan judul :”keluarga saud sesuai hukum keluarga ustman”. Pada alinea pertama menyebutkan : “wahhabiyah dan kepemimpinan keluarga saud yang pertama. Pada alinea ke-3 telah berlangsung di arab sebuah kelompok yang hampir merebak di Jazirah Arab dan membangkitkan semangat islam di masa” awal , kelompok itu adalah Al-wahhabiyah pengasas madzhab ini adalah lelaki keturunan bani Tamim yang bernama Muhammad Bin Abdil Wahhab.
Lihat gambar di ⤵
Screenshots_2015-12-11-06-48-16
7. Ucapan beru kalman di Tarikh Asy-su’ub al-islamiyah juz 4 (Islam pada kurun waktu 19 hijriyah) yang diterjemahkan oleh Doktor Nabih amin dengan judul gerakan wahhabiyah di jazirah arab , pada kitab tersebut beliau selalu menyebut” nama muhammad tentu yang dimaksud adalah Muhammad Bin Abdil wahab.
Lihat gambar di ⤵
Screenshots_2015-12-11-06-49-08
8. Pada halaman 80 di kitab tersebut Musthofa Al-Hafnawi juga menyebutkan tentang Muhammad bin Abdil Wahhab dan juga menyebutkan perbedaan madzhab wahabi dengan madzhab yang lain.
Lihat gambar di ⤵
Screenshots_2015-12-11-06-50-01

9. Kitab
أثر الدعوة الوهابية في الإصلاح الديني والعمراني في جزيرة العرب وغيرها
karya
محمد حامد الفقي
Pembela dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab di Mesir memberikan judul bukunya dengan kata kata “Wahabiyah” walaupun dia meralat nisbah yang benar menurutnya dalam penjelasan dibukunya.
Lihat gambar di ⤵
Screenshots_2015-12-11-20-09-26



10 . Kitab
الحركة الوهابية
Karya محمد خليل هراس
JugaPenggiat dakwah dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab memberikan judul bukunya dengan kata Wahabi.
Lihat gambar di ⤵
 
10
11. Kitab
السنة والشيعة ( أو ) الوهابية والرافضة – حقائق دينية تاريخية اجتماعية إصلاحية
karya
السيد الإمام محمد رشيد رضا
Tokoh besar yang punya andil dalam penyebaran ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab di Mesir juga memakai kata Wahabi ketika di sandingkan dengan Syiah Rofidhoh.
Lihat gambar di ⤵
2015-11-22-05-04-39

12. Kitab
قطوف من الشمائل المحمدية
karya
محمد بن جميل زينو
Penggiat dakwah Muhammad Abdul Wahhab, dihalaman 77 dengan bangganya di gelari dengan “Wahabi”
12

13 .Kitab
خواطر حول الوهابية
Karya
محمد إسماعيل المقدم
Penggiat dakwah dan pembela Muhammad Abdul Wahhab lagi lagi menggunakan kata Wahabi pada judul bukunya.
Lihat gambar di ⤵
Nb : Jawaban Syaikh للعلامة صالح الفوزان
Ketika ditanya tentang gelar wahabi, beliau menjawab, itu adalah sebuah gelar kebanggaan
Periksa linknya
http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=120580
✔Jalan keluar bagi yang malu di sebut Wahabi
Rasa malu bisa di timbulkan oleh suatu kesalahan yang tidak bisa disembunyikan dan di ketahui oleh orang banyak, Begitu juga dengan jamaah Wahabi yang merasa malu dengan nama pendirinya yang bergelimangan darah penduduk mekkah dan Madinah. Masa lalu ajaran Wahabi yang hitam kelam tersebut tidak akan pernah berubah walau dengan propaganda apapun yang telah dilancarkan oleh para pengikutnya. mana mungkin hitam akan berubah menjadi putih?
Sebagai satu-satunya jalan bagi jamaah wahabi yang sangat malu dengan asal muasal aliran Wahabi adalah keluar dari manhaj yang salah tersebut, akui dan sadari bahwa manhaj Wahhabi adalah manhaj yang sesat dan menyesatkan, walau di beri label apapun seperti Salafi, Manhaj Salaf, Manhaj Ahlussunnah dan segudang julukan lainnya. Tapi jika ajarannya itu juga akan tetap sama jeleknya, Hitam takkan pernah berubah menjadi putih.
✔ Obat mujarab bagi kalian adalah mengakui penamaan wahabi terhadap pengikut Muhammad Bin Abdil Wahhab.
Mau kemana kalian wahai para wahabi saat guru-guru kalian dengan bangganya memakai nama wahabi sedangkan kalian enggan bahkan malu dengan nama tersebut?
Apakah kalian akan menuduh ulama’ kalian juga dengan tuduhan syiah saat mereka menyebut golongan yang bersumber dari Muhammad bin abdil wahhab dengan sebutan “wahhabi”?
Laa haula walaa quwwata illa billahil aliyyil adzim

 WEBSITE ASWAJA


OLEH : Abi Gheitsa
banyak Web, blog dan sejenisnya yang ngaku-ngaku ASWAJA, supaya tidak terjebak berikut adalah daftar Web,blog dan sejenisnya yang merupakan situs ASWAJA:
MOHON DITAMBAH BILA ADA YANG BELUM TERCANTUMSEBELUM DITAMBAHKAN VERIFIKASI DULU!!!
MAJELIS TA’LIM DAN DZIKIR
Majelis Rasulullah, Jakarta (http://www.majelisrasulullah.org/)
Majelis Nurul Musthofa, Jakarta (http://www.nurulmusthofa.org/)
Majelis Al-Anwar, Jakarta (http://www.majelisalanwar.com/)
Majelis Dzikir Al-Attas, Jakarta (http://majlisdzikiralattas.wordpress.com/)
Majelis Dzikir Az-Zikra, Jakarta (http://www.majelisazzikra.org/)
Majelis Syamsi Syumus, Jakart (http://www.syamsisyumus.org/)
Majelis Nurul Habib (http://www.nurulhabib.com/)
Majelis Ahbabur Rasul (http://www.ahbaburrasulsaw.org/)
Majelis Riyaadhul Jannah, Jakarta (http://riyaadhul-jannah.blogspot.com/)
Majelis Nurul Qulub, Tegal (http://www.nurulqulub.org/)
WEBSITE ILMIAH (BAHASA INDONESIA)
WEBSITE ILMIAH (BAHASA MALAYSIA DAN LAIN2)
MA’HAD
PP Madinah Munawwarah, Semarang (http://www.pmm-online.co.cc/)
PP Daarul Lughah Wad-Da’wah, Bangil (http://pp-dalwa.com/)
Rubath Tarim (http://rubat-tareem.net/)
LPI Daarut Tauhid, Malang (http://www.lpidaruttauhidmalang.com/)
PP Yanba’ul Qur’an, Kudus (http://www.arwaniyyah.com/)
Madrasah Qudsiyah, Kudus (http://www.qudsiyyah.com/)
Al-Khairaat, Palu http://alkhairaat.or.id/
PP Langitan http://langitan.net/
TOKOH
Habib Umar bin Hafidz (http://www.alhabibomar.com/)
Habib Ali Al-Jufrie (http://alhabibali.org/)
Syeikh Ramdhan Al-Bouti (http://bouti.com/)
Habib Sholeh alaydrus malang (http://madinatulilmi.com/)
Buya Yahya, Cirebon (http://www.buyayahya.org/)
Habib Luthfi bin Yahya, Pekalongan (http://www.habibluthfiyahya.net/)
PERSONAL WEB/BLOG
Luqman Firmansyah (http://www.luqman.co.cc/)
Muhammad Syafi’i (http://blog.its.ac.id/syafii/)
RADIO
Radio Buya Yahya Cirebon (http://radio.buyayahya.com:8199/listen.pls)
ORMAS
Front Pembela Islam (http://www.fpi.or.id/)
Nahdlatul Ulama (http://www.nu.or.id/)
NU Cabang Pasuruan (http://www.nupasuruan.or.id/)
NU Jawa Timur (http://www.nujatim.or.id/)
NU Pekalongan (http://www.nubatik.net/)
TOKO BUKU ISLAMI ONLINE
PP. Assalafiyyah Mlangi Yogya (www.as-salafiyyah.blogspot.com)