Friday, March 1, 2013

macan nu

INILAH MACAN NU (NAHDHOTUL ULAMA)

Suatu hari, Kiai kholil memanggil santri-santrinya.” Anak-anakku, sejak saat ini kalian harus memperketat penjagaan pondok. Gerbang depan harus senantiasa dijaga. Sebentar lagi akan ada macan masuk di pondok kita,” kata Kiai Kholil di depan santri-santrinya. Tentu saja, mendengar titah Kiai yang sangat dihormati itu, para santri segera mempersiapkan diri. Dalam benak mereka terbayang seekor macan yang mengendap-endap memasuki pesantren dan menerkam salah seorang dari mereka. Saat itu di sebelah timur Bangkalan masih terdapat hutan yang angker.

Satu hari, dua hari, tiga hari, dan seterusnya, para santri selalu berjaga dengan waspada. Tanpa terasa, hitungan hari sudah sampai tiga minggu, macan yang ditunggu-tunggu tak muncul-muncul. Yang terjadi sebagaimana biasanya di bulan Syawal yang merupakan awal pelajaran baru, adalah santri yang berdatangan dari berbagai penjuru tanah air. Pada minggu ketiga sejak Kiai Kholil memerintahkan santrinya untuk berjaga-jaga, seorang pemuda kurus dengan postur tubuh tidak terlalu tinggi dan berkulit kuning menenteng koper seng, datang ke kompleks pesantren.
“Assalamualaikum,” ucapnya ketika berada di depan pintu rumah Kiai Kholil. Mendengar salam itu bukan jawaban salam yang diucapkan, Kiai Kholil malah berteriak memanggil santri-santrinya. ” hai santri ada macan…macan…ayo kita kepung jangan sampai ia masuk ke pondok!” teriak Kiai Kholil.
Mendengar teriakan Kiai Kholil, serentak para santri berhamburan membawa apa saja yang bisa dibawa untuk mengusir “macan” itu. Para santri membawa pedang, celurit, tongkat, batang kayu, sendok dan apa saja yang bisa dibawa. Mereka kemudian menggerubuti “macan” yang tak lain adalah seorang pemuda tadi. Sang pemuda menjadi pucat pasi ketakutan. Tak ada jalan lain karena dikerubuti sedemikian rupa, pemuda tersebut terpaksa lari pergi menjauh dari pesantren. Namun karena keinginan nyantri pada Kiai Kholil sangat besar, keesokan harinya pemuda itu mencoba memasuki pesantren lagi. Lagi-lagi ia memperoleh perlakuan yang sama. Ia diusir ramai-ramai.

Pada malam ketiga, diam-diam pemuda itu memasuki kompleks pesantren. Karena kelelahan, juga rasa takut, pemuda itu meringkuk, tidur di bawah kentongan di langgar (musala). Tak disangka, pada tengah malam itu Kiai Kholil membangunkannya. Lalu ia dimarahi habis-habisan. Namun demikian, malam itu ia juga diajak ke rumah Kiai Kholil. Pemuda itu sangat lega ketika dinyatakan diterima sebagai santrinya. Pemuda itu tiada lain ialah Abdul Wahab Hasbullah, yang kemudian mendirikan jami’iyah NU, yang disegani, baik oleh kawan maupun lawannya, terutama kalangan politisi. (Moh Rifai, 2010, 26).
Kisah di atas adalah sekelumit perjalanan Kiai Wahab Hasbullah yang cukup unik, entah hanya sebuah lelucon atau realitas. Di masa Era Soekarno dan awal Orde Baru, tak ada yang tak kenal dengan Kiai Wahab Hasbullah. Ia begitu tersohor di seluruh penjuru negeri sebagai seorang ulama, tokoh masyarakat maupun politisi. Akan tetapi, ia pun tak lepas dari ejekan-ejekan terutama dilontarkan oleh lawan politiknya, misalnya ia dituduh sebagai Kiai Nasakom, Kiai Orla, Kiainya Soekarno, Kiai oportunis dan Kiai tukang kawin. Tentu saja tuduhan-tuduhan itu tak lepas dari sepak terjangnya sebagai seorang tokoh kontroversial.
Kiai Wahab tak hanya seorang ulama yang setiap harinya mendidik santri-santrinya. Namun ia pun pada masa kolonialisasi juga ikut berjuang mengusir penjajah dari bumi pertiwi ini. Setelah para kolonial pergi dari tanah pertiwi, gema kemerdekaan RI disuarakan dari Sabang sampai Merauke, ia pun ikut berperan sebagai seorang politisi nasional yang ikut membangkitkan negeri ini setelah selama 350 tahun dicabik-cabik oleh kebengisan para kolonial. Ketokohannya bisa disejajarkan dengan tokoh sekaliber Moh Hatta, Syahrir, Natsir, Soekiman dan tokoh-tokoh nasional lainnya.
Kegesitan Kiai Wahab dapat dilihat dari kiprahnya dalam pembentukan beberapa organisasi sosial keagamaan di tanah air. Ia tercatat sebagai pendiri SI cabang Makkah, Tashwirul Afkar, Nahdlatul Wathan, dan Nahdlatul Tujjar, kesemua itu menjadi embrio kelahiran NU.
Setelah mendirikan beberapa organisasi sosial-keagamaan, kemudian bersama Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Bisri Syansuri dan Kiai-kiai lainnya mendirikan NU, salah satu media sebagai reaksi perlawanan terhadap klaim-klaim yang dilontarkan oleh kaum modernis dan memperjuangkan mazhab empat memperoleh pengakuannya, di tengah mewabahnya wahabisme.
Pada mulanya, Kiai Hasyim Asy’ari kurang menyetujui agenda pembentukan sebuah organisasi sosial-keagamaan, menurutnya organisasi itu nanti akan memecah belah umat. Bahkan Kiai Hasyim tak menghadirinya pertemuan yang dihadiri para kiai di Surabaya pada waktu itu. Namun setelah Kiai Wahab meminta Kiai Bisri Syansuri menjenguknya, akhirnya Kiai Hasyim menyetujuinya dan dijadikan Rais Am karena keluasan ilmunya, ketokohannya dan keseniorannya sebagai seorang kiai tradisional yang memegang teguh nilai-nilai Islam.
Ijtihad Politik Kiai Wahab
Pada awal kemerdekaan, Kiai Wahab mencurahkan gerakan politiknya bersama tokoh-tokoh Islam modernis. Saat itu mereka membentuk sebuah partai politik yaitu Masyumi, sebagai media politik Islam. Kiai Wahab sendiri menjabat sebagai ketua Dewan Syura sedangkan Dr Soekiman, seorang tokoh Islam modernis, sebagai ketua umum partai. Setelah masa jabatan Dr Soekiman digantikan dengan M. Natsir, kebijakan-kebijakan partai pun banyak perubahan. M. Natsir dalam memimpin partai terlalu keras dan mengesampingkan tokoh-tokoh Islam tradisional. Maka kiai Wahab mengajak tokoh-tokoh NU yang tergabung dengan Masyumi untuk keluar dan mendirikan partai sendiri, karena memang di Masyumi sudah tidak kondusif sebagai media perjuangan politisi Islam tradisional.
Namun bukan berarti tanpa halangan gagasan dari Kiai Wahab, setelah melakukan perundingan hebat, beberapa tokoh menentangnya terutama bagi mereka yang sudah menduduki jabatan baik secara struktural partai maupun di pemerintahan. Menghadapi kondisi tersebut, Kiai Wahab tampil di podium dan menyatakan, “jika betul-betul ragu hasil pembicaraan kita, silahkan terus bergabung dengan Masyumi, biarkan saya memimpin sendiri NU sebagai partai politik yang terpisah dari Masyumi, saya hanya butuh seorang pemuda untuk menemani, cukup satu, sebagai sekretaris saya, anda akan lihat apa yang terjadi.”
Insting politik Kiai Wahab memang tajam, tak kurang dari tiga tahun merintis partai NU bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional lainnya, pada pemilu pertama kali (1955), NU menduduki peringkat ketiga dari seluruh peserta partai politik. Dan berlanjut pada pemilu (1971) awal Orde Baru, menduduki peringkat kedua setelah Golkar, sementara PNI dan Masyumi hilang ditelan zaman.
Kegesitan politik Kiai Wahab sungguh perlu diacungi jempol, di tengah bangunan “Demokrasi Terpimpin” ala Soekarno pada awal 1959, dan di tengah pergolakan ideologi politik nasional yang kian memanas, NU masih bisa menunjukan eksistensinya sebagai sebuah partai politik yang disegani baik kawan maupun lawan, sementara beberapa partai politik termasuk Masyumi pun dibubarkan Soekarno dengan alasan tokoh-tokoh senior partai terlibat kudeta.
Di dalam internal partai NU sendiri, Kiai Wahab begitu disegani, bahkan keputusan partai pun meski memperoleh restu dari Kiai Wahab. Maka di sinilah letak ketokohan Kiai Wahab tak bisa diragukan lagi. Dan tak heran, Kiai Kholil Bangkalan menjulukinya sebagai “macan NU”, sebuah nama sesuai dengan keberaniannya menerjang keterbatasan, menembus batas zamannya, untuk kontek masa itu, sungguh luar biasa.

Nama & Alamat Pondok Pesantren (Ponpes) di Kabupaten Jombang

ALAMAT PONDOK PESANTREN (PONPES) DI KABUPATEN JOMBANG
PONDOK PESANTREN TEBU IRENG
Nama Kyai : KH. Sholahuddin Wahid; Alamat : Tebu Ireng, Cukir Jombang ; Telp. (0321) 861133
PONDOK PESANTREN DARUL ULUM PETERONGAN
Nama Kyai : KH. As’ad Umar ; Alamat : Rejoso, Peterongan Jombang ; Telp. (0321) 862329
PONDOK PESANTREN BAHRUL ULUM TAMBAK BERAS
Nama Kyai : K.H.SHOLEH ABD.HAMID ; Alamat : Jl. KH. Wahab Khasbulloh Tambak Beras Jombang ; Telp. (0321) 861355
PONDOK MAMBAUL MA’ARIF DENANYAR
Alamat : Denanyar, Jombang ; Telp. (0321) 861239
PONDOK PESANTREN SIDDIQIYAH
Nama Kyai : K.MUKHTAR; Alamat : LOSARI - PLOSO- Jombang
PONDOK PESANTREN TARBIYATUSHASYIIN
Nama Kyai : K.H.AZIS MANSUR; Alamat : PACUL GOWANG - DIWEK – Jombang
PONDOK PESANTREN WAHIDDIYAH
Nama Kyai : 1.K.H.IKSAN MADI, 2.GUS RUCH; Alamat : REJOAGUNG- NGORO- Jombang
PONDOK PESANTREN MADRASATUL QUR'AN
Nama Kyai : GUS ABD.HADI YUSUF,SH; Alamat : TEBU IRENG - CUKIR-DIWEK- Jombang
PONDOK PESANTREN LDII GADING MANGU
Nama Kyai : K.H. ABD.SYUKUR; Alamat : GADING MANGU- PERAK – Jombang
JOMBANG
  • Pondok Sunan Kalijogo; Pengasuh : Muslim Usman; Alamat : Jombang

  • Pondok Sunan Ampel; Pengasuh : KH. Taufiqurrahman; Alamat : Jombang

  • Pondok Mambaul Ma'arif; Pengasuh: KH. Ahamad Hafidz, BA, KH. Aziz Masyhuri, KH. Zaidan Hadi, KH. Arifin Khan, KH. Wazir Ali, Drs. KH. Imam Haromain, Drs. KH. Faruq; Alamat Denanyar

  • Pondok Bahrul Ulum; Pengasuh: KH. M. Sholeh; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Muhajirin I; Pengasuh: Drs. KH. M. Rirfan; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Muhajirin II; Pengasuh: Ny. Moh. Yahya; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Muhajirin III; Pengasuh: Drs. H. Fadluloh, MA; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok As Sa'idiyah; Pengasuh: KH. Ach. Hasan; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Al Ghozali; Pengasuh Ny. Hj. Ahamad Al Fatih; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Al Muhibin; Pengasuh: KH. Jamaludin Ahmad; alamat: Tambak Beras

  • Pondok Al Hikmah; Pengasuh: KH. Sulton Hadi; Alamat: Tambak Beas

  • Pondok Ar Roudloh; Pengasuh: KH. Attaufiq; Alamat: Tambak beras

  • Pondok An Najiyah; Pengasuh: Drs. KH. Amanullah AR; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Al Wahab; Pengasuh: KH. Imam Asy'ari; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Al Fatiniyah; Pengasuh: KH. M. Nashir; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Al Fatiniyah; Pengasuh: Ny. Hj. Mujidah Wahab; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Darul Muttaqin; Pengauh: KH. Cholil Chozin; alamat: Sambong

  • Pondok At Taufiq; Pengasuh: Drs. Syamsuri Ma'arif; Alamat: Sambong
  • DIWEK
  • Pondok Tebuireng Putra; Pengasuh: KH. Yusuf Hasyim; Alamat: Tebuireng

  • Pondok Qur'an; Pengasuh: KH. Abd. Hadi Yusuf SH; Alamat: Tebuireng

  • Pondok Tarbiyatun Nasi'in; Pengasuh: KH. Abd. Aziz Mansyur; Alamat: Pacul Gowang

  • Pondok al Hadi; Pengasuh: KH. Ahmad Taufiq, SH; Alamat: Seblak

  • Pondok Salafiyah Putra; Pengasuh: Drs. KH. Taufiqurrahman; Alamat: Seblak

  • Pondok Salafiyah Putri: Pengasuh: Hj. Abidah Ma'sum; Alamat: Seblak

  • Pondok Al Khoiriyah; Pengasuh: Hj. Dra. Mahsunah Faruq; Alamat: Seblak

  • Pondok Al Khoiriyah; Pengasuh: H. Luqman Hakim; Alamat: Seblak

  • Pondok IR Syadul Ibad; Pengasuh: KH. Dalrobi; Alamat: Watu Galo

  • Pondok I'anatul Mubtadin; Pengasuh: Drs. Hanifudin; Alamat: Watu Galo

  • Pondok PA Al Hasan; Pengasuh: KH. Ahmad Ghofir; alamat Watu Galo

  • Pondok Putri Masruriyah; Pengasuh: Ishom Hadiq; Alamat: Tebuireng

  • Pondok Al Anwar;Pengasuh: K. Muhaimin Suhadi; alamat: Cukir

  • Pondok Monhad Mambaul; Pengasuh: Drs. KH. M. Zubaidi Muslich Hikam; Alamat: Bulurejo

  • Pondok Darul Falah; Pengasuh: KH. Ali Ahmad; Alamat: Cukir

  • Pondok Wali Songo; Pengasuh: KH. Ahmad Hamdan; Alamat: Tebuireng
  • PETERONGAN
  • Pondok Darul Ulum; Pengasuh: KH. As'ad Umar; Alamat: Rejoso

  • Pondok Assalam; Pengasuh: H. Anfal Aniq; Alamat: Bongkot

  • Pondok Al Fatah; Pengasuh: KH. Tafsiruddin; Alamat: Kepuh Kembeng
  • PLOSO
    Pondok Shidoiqiyah; Pengasuh: KH. Mukhtar Mu'thi; Alamat: Ds. Losari
    JOGOROTO
  • Pondok Nurul Qur'an; Pengasuh: KH. Qomari Sholeh; Alamat: Bendungrejo

  • Pondok Midanutta'lim; Pengasuh: Kh. Muhammad Minhad ;Alamat: Mayangan

  • Pondok Ghozaliyah; Pengasuh: KH. Sholihin; Alamat: Sumbermulyo
  • PERAK
  • Pondok Tilawatil Qur'an; Pengasuh: KH. Masduqi AR: Alamat: Perak

  • Pondok An Najar; Pengasuh: H. Kasmudi; Alamat: Perak

  • Pondok Al Munawir; Pengasuh: KH. Muttaqin; Alamat: Sukorejo

  • Pondok Gamma (LDII); Pengasuh: H. Abd. Syukur; Alamat: Gading Mangu

  • Pondok Bahrul Huda; Pengasuh: K. Imam Mawardi KH

  • Pondok Al Mu'minin: Pengasuh: K. Zainuddin; Alamat: Kalang Semanding
  • BANDAR KEDUNGMULYO
  • Pondok Al Amin; Pengasuh: Makin Harun R, K. Badlowi; Alamat: Brodot

  • Pondok Umar Said; Pengasuh: Nurul Huda; Alamat: Brodot
  • MEGALUH
    Pondok Mambaul Ulum; Pengasuh: K. Allalulu Huda; Alamat: Megaluh
    NGORO
  • Pondok Alamkari; Pengasuh: H. Chillil Fallah; Alamat: Genukwatu

  • Pondok Mambaul Huda; Pengasuh: Agus Muhammad; Alamat: Genukwatu

  • Pondok Attahdzib; Pengasuh: KH. Ikhsan Machin; Alamat:Rejoagung

  • Pondok Sidoiqiyah; Pengasuh: KH. Duhan Iskandar; Alamat: Rejoagung

  • Pondok Mambaul Ma'arif; Pengasuh: KH. Lathoiful Ikhsan
  • BARENG
  • Pondok Fatimatus Syafi'iyah; Pengasuh: Hj. Siti Fatimah

  • Pondok Darul Hikmah; Pengasuh: K. Sofyan

  • Pondok Al Amin; Pengasuh: K. Amin

  • Pondok Bahrul Ulum; Pengasuh: K. Abd. Malik
  • MOJOAGUNG
  • Pondok Babus Salam; Pengasuh: KH. Muh. Jazid Nur

  • Pondok Al Falah; Pengasuh: K. Zaini HS

  • Pondok Roudlotul Ulul; Pengasuh: K. Ismail Abdur Rahman

  • Pondok I'Anaattholibin; Pengasuh: K. Anfar Rozi
  • MOJOWARNO
  • Pondok Darul Faizin; Pengasuh: KH. Chotibul Imam; Alamat: Catukgayam

  • Pondok Abbasiya; Pengasuh: K. Abd. Wahid; Alamat: Catukgayam

  • Pondok Darussalam; Pengasuh: KH. Abd. Wahid

  • Pondok Nurul Qur'an; Pengasuh: K. Mansur; Alamat: Wringinpitu

  • Pondok Roudlotul Ulum; Pengasuh: K. Romli Faisol; Alamat: Wringinpitu

  • Panti Asuhan; Pengasuh: KH. Abd. Muhid; Alamat: Mojoduwur
  • WONOSALAM
    Pondok Baitul Makmur; Pengasuh: H. Muhammad Ibrahim; Alamat: Wonosalam
    TEMBELANG
    Pondok Darul Falah; Pengasuh: KH. M. Subari
    Pondok Teknologi Praja Putra; Pengasuh: H. Moh. Sulhan; Alamat: Sentul
    SUMOBITO
  • Pondok Salafiyah Al Bafaqiyah; Pengasuh: KH. S. Sholeh; Alamat: Curangmalang

  • Pondok Mustofa; Pengasuh: KH. Murtadlo; Alamat: Badas
  • GUDO
    Pondok Thorikhul Huda; Pengasuh: K. Mahrus Abbas


    Sumber: infojombang.tk