ANTARA FATWA BIN BAZ
DAN ALI AR-RABI’
MENGENAI
PERSUSUAN (RADHA’)
Membahas fatwa ulama khususnya ulama wahabi berkenaan dengan masalah SUSU-MUNYUSU tidaklah membosankan khususnya bagi kaum adam termasuk SAYA, sekaligus menggelikan jika dipahami secara agama yang benar. Bagaimana tidak? Mari kita ungkap kelucuan dua fatwa ulama wahabi berikut ini.
Untuk memahami masalah saudara sepersusuan, mari perhatikan fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz tatkala ditanya bahwa ada dua wanita, yang salah satunya memiliki seorang putra dan yang lainnya memiliki seorang putri, dan inilah kelengkapan kisahnya sbb:
افيد سماحتكم بأنه تقدم الينا ألاخ بسؤل من الرضاع, ولما سمعنا سؤله ذهبنا الى المرأة المرضعة, وسألنها عن الرضاع المسؤل عنه, فأجابت بألاتي: أناجئت والولد أرضعته والدته وهو يصرخ, وتكلمت مع أمه فى شأن ارضاعه, فقالت: أنا مافى شيئ لبن, فأخذته وأرضعته حتى نام, والمرأة الثانية فى يوم الثانى ما انا بمتأكدة منها.
وعليه, هل تجوز بنت هذه المرأة للولد للزواج, حيث أنه يخطبها, ويطلبون الجواب بأسرع وقت, أثابكم الله, وأطالفى عمركم على طعاته.
وعليه, هل تجوز بنت هذه المرأة للولد للزواج, حيث أنه يخطبها, ويطلبون الجواب بأسرع وقت, أثابكم الله, وأطالفى عمركم على طعاته.
مثل هذا الرضاع لايعتمد عليه, ولا تحصل به تحريم الرضاع, لأن الرضاع الذي يحصل به تحريم لابد أن يكون خمس رضاعات أو أكثر, حال كون الطفل فى الحولين, لما ثبت فى صحيح مسلم عن عائشة – رضي الله عنها – قالت: كَانَ فِيْمَا أُنْزِلَ مِنَ الْقُرْآنِ عَشْرُ رَضَعَاتٍ مَعْلُوْمَاتٍ يُحَرِّمْنَ ثُمَّ نُسِخْنَ بِخَمْسٍ مَعْلُوْمَاتٍ فَتُوُفِّيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاْلأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ. ولقوله صلى الله عليه وسلم : لاَ رَضَاعَ إِلاَّ فِيْ حَوْلَيْنِ
Pertanyaan (seorang wanita) kepada Bin Baz : Aku beritahukan kepada engkau bahwa ada seorang saudara laki-laki datang kepadaku dengan menanyakan masalah persusuan . Maka ketika kami mendengar pertanyaannya kemudian kami pergi kepada wanita yg pernah menyusuinya dan menanyakan tentang masalah persusuan yang ditanyakan. Kemudian dia menjawab, “Aku datang dan seorang anak laki-laki diletakkan ibunya sementara dia merengek (kehausan) dan aku berkata kepada ibunya agar dia menyusuinya.” Maka ibunya menjawab,”Aku tadak memiliki air susu,”Kemudian aku menggendong dan menyusuinya sehingga tertidur. Pada hari kedua wanita kedua (yg pernah menyusui) tersebut berkata aku tidak memaksanya/memberatkatnya. Dan atas anak laki-laki (ibu yg menyusukan) apakah boleh memperistri anak wanitanya itu wanita jika sikaranya mau meminangnya?” Dan mereka menunggu jawaban dalam waktu sesegera mungkin. Semoga Allah membalas engkau dan memanjangkan umur engkau dalam taat kepada-Nya.
Maka Bin Baz menjawab sbb: “Perumpamaan persusuan seperti itu tidak kuat dan tidak menjadikan penyebab diharamkan (nikah dengan) saudara sepersusuan. Karena persusuan yg menjadikan keharaman (nikah) dengan saudara sepersusuan itu harus lima kali persusuan atau lebih banyak disaat usia anak dibawah dua tahun. Sebagaimana telah ditetapkan di dalam shahih Muslim dari Aisyah, dia berkata, “Dahulu turun ayat yang menetapkan, bahwa sepuluh kali persusuan menyebabkan (seorang anak yang disusui) sudah menjadi haram bagi kami. Kemudian (syariat tersebut) dihapus menjadi lima kali persusuan yang telah dimaklumi. Maka ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, ketetapan ini tetap berlaku.” (HR. Muslim). Serta berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لاَ رَضَاعَ إِلاَّ فِيْ حَوْلَيْنِ
“Tidak ada persusuan (yang menjadikan mahram) kecuali pada umur dua tahun.” (HR. Baihaqi: 1544).
(Fatwa Syekh Abdul Aziz bin Abdulullah bin Baz dalam Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutawauwi’ah juz 22 hal: 259-260 soal ke 515 – “Dibawah Lima Kali Menyusui Tidaks Menjadikan Mahram” sebagaimana scan kitab yg berwarna kuning.
KESIMPULAN :
Disebut Mahram (saudara sepersusuan) jika persusuannya :
1. Terjadi sebelum berusia dua tahun
1. Terjadi sebelum berusia dua tahun
Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW, ”Tidak ada rodho’ (susuan) kecuali di antara usia dua tahun.” (HR. Daruquthni).
Orang atau anak yang menyusu kepada seorang ibu hanya akan menjadi anak sepersusuan apabila anak tersebut belum berusia 2 tahun. Jadi, meminum susu istri tidak menjadikannya mahram. Imam Malik menambahkan, masa sepersusuan itu menjadi dua tahun dua bulan. Imam Abu Hanifah menambahkan enam bulan menjadi dua tahun setengah untuk kehati-hatian.
2. Anak menyusu lima kali susuan
Aisyah RA berkata, “Dahulu dalam Al Quran susuan yang dapat menyebabkan menjadi mahram ialah sepuluh kali penyusuan. Kemudian hal itu dinasakh (dihapus) dengan lima kali penyusuan saja. Lalu Rasulullah SAW wafat, dan ayat-ayat Al Quran masih tetap dibaca seperti itu,” (HR Muslim).
Anak akan menjadi mahram apabila dia menyusu sebanyak lima susuan secara terpisah sebagaimana kebiasaan. Menurut Iman Syafi’i dan Hambali, isapan saat anak menyusu harus mengenyangkan sehingga ia berhenti menyusu karena kenyang.
Kita bandingkan fatwa Bin Baz diatas dengan fatwa rekanannya berikut ini:
فتوى علي الربيعي: عليكي بإرضاع مديرك من ثدييك ثلاث مرات بحضور زوجك عندها تكونين كوالدته وبحكم الأم ويحق لكما شرعا الإختلاء دون إثم في مكان مغلق معا
Ali Ar-Rabi’ berfatwa: Hendaklah bagi kamu wanita menyusui manajermu dari payudara kamu tiga kali di hadapan suamimu. maka kamu berdua menjadi seperti ibu dan anak berdasarkan ibu dan hak kalian berdua secara syar’i, berduaan bukanlah perbuatan dosa di dalam ruang tertutup (terkunci) bersama-sama.
KESIMPULAN:
Disebut Mahram (saudara sepersusuan) jika persusuannya :
1. Terjadi setelah dewasa diatas usia 2 tahun keatas sebagaimana fatwa diatas
2. Jika sudah bersuami, maka cukup suaminya menjadi saksi disaat menyusu kepada istrinya
Disebut Mahram (saudara sepersusuan) jika persusuannya :
1. Terjadi setelah dewasa diatas usia 2 tahun keatas sebagaimana fatwa diatas
2. Jika sudah bersuami, maka cukup suaminya menjadi saksi disaat menyusu kepada istrinya
Kemudian DIPERKUAT dengan hadits dari Abdullah bin Dinar berkata, “Ketika saya bersama Abdullah bin Umar di kantor pengadilan, ada seorang lelaki yang mendatanginya dan bertanya mengenai hukum menyusui orang dewasa. Abdullah bin Umar menjawab, ‘Suatu ketika ada seorang lelaki mendatangi Umar bin Khattab dan berkata; ‘Saya memiliki seorang budak wanita yang selalu saya gauli, lalu istriku dengan sengaja menyusui budak wanita tersebut. Maka ketika aku ingin menyetubuhi budak itu istriku berkata; ‘Jangan kau lakukan, demi Allah aku telah menyusuinya’?” Lantas Umar berkata; ‘Hukumlah istrimu dan gaulilah budak perempuanmu, sebab persusuan itu untuk yang masih kecil” (HR Malik).
NAH KIRA-KIRA ADA YANG ANEH GA YA DENGAN FATWA-FATWA ULAMA WAHABI DIATAS, YANG SATU MENGATAKAN TIDAK BOLEH YANG SATU MEMBOLEHKAN qeqeqeqeqeqeqe……………………
SUDAH GITU NGAJARIN SEORANG ISTRI SELINGKUH DI DEPAN SUAMINYA, PANTAS AJA KLO MENFATWAKAN “JIHAD SEX” wkwkwwkwkwkwk…………………..Wallahu a’lam.
https://abuolifa.wordpress.com/2013/10/10/antara-fatwa-bin-baz-dan-ali-ar-rabi-mengenai-persusuan-radha/
No comments:
Post a Comment