Wednesday, March 6, 2013

kisah istri kecanduan chatting

Kisah Istri Kecanduan Chating

PENULIS: USTADZ MUHAMMAD ABDUH TUASIKAL
http://rumaysho.com
chatting
Kadang jika kita hanya sekedar menyampaikan untaian nasehat, mungkin sebagian orang belum tersentuh. Namun tatkala dikemukakan sebuah kisah, barulah hati kita mulai tersentuh dan baru bisa menarik pelajaran. Semoga kisah berikut bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.
Kisah Bincang-bincang Seorang Istri di Dunia Maya
Kisah ini terjadi di Lebanon berdasarkan apa yang saya dengar lewat kajian bersama ustadz di majelis ilmu syar’i … Ustadz menguraikan kisah ini agar bisa menjadi perhatian bagi muslimah di sini (Sydney) agar mereka berhati-hati terhadap chatting ini dan tidak melayani sapaan dari laki-laki yang suka iseng menggoda lewat chatting ini…
Beliau adalah seorang wanita muslimah yang alhamdulillah Allah karuniakan kepadanya seorang suami yang baik akhlak dan budi pekertinya. Di rumah ia pun memilki komputer sebagaimana keluarga muslim lainnya di mana komputer bukan lagi merupakan barang mewah di Lebanon. Sang suami pun mengajari bagaimana menggunakan fasilitas ini yang akhirnya ia pun mahir bermain internet. Yang akhirnya ia pun mahir pula chatting dengan kawan-kawanya sesama muslimah.
Awalnya ia hanya chatting dengan rekannya sesama muslimah, … hingga pada suatu hari ia disapa oleh seorang laki-laki yang mengaku sama-sama tinggal dikota beliau.Terkesan dengan gaya tulisannya yang enak dibaca dan terkesan ramah. Sang muslimah yang telah bersuami ini akhirnya tergoda pada lelaki tersebut.
Bila sang suami sibuk bekerja untuk mengisi kekosongan waktunya, ia akhirnya menghabiskan waktu bersama dengan lelaki itu lewat chatting, … sampai sang suami menegurnya setiba dari kerja mengapa ia tetap sibuk di internet. Sang istri pun membalas bahwa ia merasa bosan karena suaminya selalu sibuk bekerja dan ia merasa kesepian, … ia merahasiakan dengan siapa ia chatting .. khawatir bila suaminya tahu maka ia akan dilarang main internet lagi…. Sungguh ia telah kecanduan berchatting ria dengan lelaki tersebut.
Fitnah pun semakin terjadi di dalam hatinya, .. ia melihat sosok suaminya sungguh jauh berbeda dengan lelaki tersebut, enak diajak berkomunikasi, senang bercanda dan sejuta keindahan lainnya di mana setan telah mengukir begitu indah di dalam lubuk hatinya.
Duhai fitnah asmara semakin membara, … ketika ia chatting lagi sang laki-laki itu pun tambah menggodanya, .. ia pun ingin bertemu empat mata dengannya. Gembiralah hatinya, .. ia pun memenuhi keinginan lelaki tersebut untuk berjumpa. Jadilah mereka berjumpa dalam sebuah restoran, lewat pembiacaran via darat mereka jadi lebih akrab. Dari pertemuan itu akhirnya dilanjutkan dengan pertemuan berikutnya.
Hingga akhirnya si lelaki tersebut telah berhasil menawan hatinya. Sang suami yang menasehati agar ia tidak lama-lama main internet tidak digubrisnya. Akhirnya suami wanita ini menjual komputer tersebut karena kesal nasehatnya tidak di dengar,  lalu apa yang terjadi ?? Langkah itu (menjual komputer) membuat marah sang istri yang akhirnya ia pun meminta cerai dari suaminya. Sungguh ia masih teringat percakapan manis dengan laki-laki tersebut yang menyatakan bahwa ia sangatlah mencintai dirinya, dan ia berjanji akan menikahinya apabila ia bercerai dari suaminya.
Sang suami yang sangat mencintai istrinya tersebut tentu saja menolak keputusan cerai itu. Karena terus didesak sang istri akhirnya ia pun dengan berat hati menceraikan istrinya. Sungguh betapa hebatnya fitnah lelaki itu. Singkatnya setelah ia selesai cerai dengan suaminya ia pun menemui lelaki tersebut dan memberitahukan kabar gembira tentang statusnya sekarang yang telah menjadi janda. Lalu apakah si lelaki itu mau menikahinya sebagaimana janjinya???
Ya ukhti muslimah dengarlah penuturan kisah tragis ini, … dengan tegasnya si lelaki itu berkata, “Tidak!! Aku tidak mau menikahimu! Aku hanya mengujimu sejauh mana engkau mencintai suamimu,ternyata engkau hanyalah seorang wanita yang tidak setia kepada suami. Dan, aku takut bila aku menikahimu nantinya engkau tidak akan setia kepadaku! Bukan ,..bukan..wanita sepertimu yang aku cari, aku mendambakan seorang istri yang setia dan taat kepada suaminya..!”
Lalu ia pun berdiri meninggalkan wanita ini, .. sang wanita dengan isak tangis yang tidak tertahan inipun akhirnya menemui ustadz tadi dan menceritakan Kisahnya…. Ia pun merasa malu untuk meminta rujuk kembali dengan suaminya yang dulu … mengingat betapa buruknya dia melayani suaminya dan telah menjadi istri yang tidak setia.
Jika seseorang betul-betul merenungkan kisah di atas, tentu saja dia akan menggali beberapa pelajaran berharga. Itulah di antara bahaya chatting dengan lawan jenis yang tidak mengenal adab dalam bergaul. Lihatlah akibat chatting dengan lawan jenis, di sana bisa terjadi perceraian antara kedua pasangan tersebut disebabkan  si istri memiliki hubungan dengan pria kenalannya di dunia maya.
Di pelajaran lainnya adalah hendaknya selalu ada pengawasan dari kepala keluarga terhadap anggota keluarganya. Kepala keluarga seharusnya dapat memberikan batasan terhadap pergaulan anggota keluarganya termasuk istrinya, apalagi dalam masalah penggunaan internet. Inilah pelajaran yang mesti diperhatikan oleh seorang suami sebagai kepala keluarga.
Adapun untuk anggota keluarga yaitu istri dan anak, hendaklah mereka selalu merasa mendapatkan pengawasan dari Allah subahanahu wa ta’ala. Hendaklah mereka meyakini bahwa Allah Ta’ala mengetahui segala yang nampak maupun yang tersembunyi. Sehingga Allah mengetahui segala apa yang mereka lakukan. Karena Allah-lah Maha Mengetahui dan Maha Melihat dengan sifat kesempurnaan. Tentu saja sikap selalu merasa penjagaan dari Allah ini bisa muncul jika seseorang telah dibekali dengan aqidah dan tauhid yang benar. Itulah pentingnya pendidikan aqidah pada keluarga.
Selain itu pula, istri mesti diluruskan tatkala dia berada dalam kekeliruan. Istri mesti diluruskan dengan lemah lembut dan harus berhati-hati dalam menasehatinya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا ، فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ ، وَإِنَّ أَعْوَجَ شَىْءٍ فِى الضِّلَعِ أَعْلاَهُ ، فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
Bersikaplah yang baik terhadap wanita karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk. Bagian yang paling bengkok dari tulang rusuk tersebut adalah bagian atasnya. Jika engkau memaksa untuk meluruskan tulang rusuk tadi, maka dia akan patah. Namun, jika kamu membiarkan wanita, ia akan selalu bengkok, maka bersikaplah yang baik terhadap wanita.” (HR. Bukhari no. 5184)
Juga perlu diketahui bahwa kerusakan yang terjadi akibat chatting di atas bukanlah bisa terjadi hanya pada wanita. Kerusakan semacam itu pun sebenarnya dapat terjadi pada laki-laki. Oleh karena itu, perlu sekali diberitahukan kepada pembaca sekalian beberapa adab-adab yang mesti diperhatikan ketika bergaul dengan lawan jenis. Karena tidak memperhatikan beberapa adab berikut inilah terjadi keretakan rumah tangga atau mungkin bagi yang belum menikah pun bisa terjadi kerusakan dengan terjerumus dalam perantara-perantara menuju zina atau bahkan bisa terjerumus dalam zina. Na’udzu billahi min dzalik.
Beberapa Adab yang Mesti Diperhatikan dalam Pergaulan dengan Lawan Jenis (Yang Bukan Mahrom)
Pertama, menjauhi segala sarana menuju zina
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ [17] : 32)
Kedua, selalu menutup aurat
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab [33] : 59)
Ketiga, saling menundukkan pandangan
Allah memerintahkan kaum muslimin untuk menundukkan pandangan ketika melihat lawan jenis. Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ
“Katakanlah kepada laki – laki yang beriman :”Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. An Nuur [24] : 30 )
Dalam lanjutan ayat ini, Allah juga berfirman,
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman : “Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” (QS. An Nuur [24] : 31)
Keempat, tidak berdua-duaan
Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ
Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahromnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)
Kelima, menghindari bersentuhan dengan lawan jenis
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim no. 6925)
Keenam, tidak melembutkan suara di hadapan lawan jenis
Allah Ta’ala berfirman,
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا
Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu melembutkan pembicaraan sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit (syahwat) dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al Ahzab: 32). Perintah ini berlaku bukan hanya untuk istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun juga berlaku untuk wanita muslimah lainnya.
Lalu bagaimana dengan adab chatting dengan lawan jenis? Hal ini dapat pula kita samakan dengan telepon, SMS, pertemanan di friendster dan pertemanan di facebook.
Jawabnya adalah sama atau hampir sama dengan adab-adab di atas.
Pertama, jauhilah segala sarana menuju zina melalui pandangan, sentuhan dan berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahrom.
Kedua, tutuplah aurat di hadapan bukan mahrom.
Sehingga seorang muslimah tidak menampakkan perhiasan yang sebenarnya hanya boleh ditampakkan di hadapan suami. Contoh yang tidak beradab seperti ini adalah berbusana tanpa jilbab atau bahkan dengan busana yang hakekatnya telanjang. Inilah yang banyak kita saksikan di beberapa foto profil di FB atau friendster. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka.
Ketiga, tundukkanlah pandangan.
Bagaimana mungkin bisa saling menundukkan pandangan jika masing-masing orang memajang foto di hadapan lawan jenisnya? Wanita memamerkan fotonya di hadapan pria. Mungkinkah di sini bisa saling menundukkan pandangan? Oleh karena itu, alangkah baiknya jika foto profil kita bukanlah foto kita, namun dengan foto  yang lain yang bukan gambar makhluk bernyawa. Tujuannya adalah agar foto wanita tidak membuat fitnah (godaan) bagi laki-laki, begitu pula sebaliknya. Di antara bentuk menundukkan pandangan adalah janganlah menggunakan webcamp selain dengan sesama jenis saja ketika ingin melakukan obrolan di dunia maya.
Keempat, hati-hatilah dengan berdua-duaan bersama lawan jenis yang bukan mahrom.
Jika seorang pria dan wanita melakukan pembicaraan via chatting, telepon atau sms –tanpa ada hajat (keperluan)-, itu sebenarnya adalah semi kholwat (semi berdua-duaan). Apalagi jika di dalamnya disertai dengan kata-kata mesra dan penuh godaan sehingga membangkitkan nafsu birahi. Dan jika memang ada pembicaraan yang dirasa perlu antara pria dan wanita yang bukan mahrom, maka itu hanya seperlunya saja dan sesuai kebutuhan. Jika tidak ada kebutuhan lagi, maka pembicaraan tersebut seharusnya dijauhi agar tidak terjadi sesuatu yang bisa menjurus pada yang haram.
Kelima, janganlah melembutkan atau mendayu-dayukan suara atau kata-kata di hadapan lawan jenis.
Penyimpangan dalam adab terakhir ini, kalau diterapkan dalam obrolan chatting adalah dengan kata-kata yang lembut atau mendayu-dayu dari wanita yang menimbulkan godaan pada pria. Contoh menggunakan kata-kata yang sebenarnya layak untuk suami istri seperti “sayang”, dsb.
Jika setiap muslim mengindahkan adab-adab di atas, maka tentu saja dia tidak akan terjerumus dalam perbuatan dosa dan tidak akan mengalami hal yang serupa dengan kisah di atas dengan izin Allah.
Kami ingatkan pula bahwa tulisan ini bukanlah hanya kami tujukan kepada kaum hawa saja, namun kami juga tujukan pada para pria agar mereka juga memperhatikan adab-adab di atas. Jadi janganlah tulisan ini dijadikan sebagai sarana untuk memojokkan wanita atau para istri, namun hendaklah dijadikan nasehat untuk bersama.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan sifat ketakwaan, memberi kita petunjuk dan kecukupan. Semoga Allah melindungi dan menjaga keluarga kita dari hal-hal yang haram dan mendatangkan murka Allah. Semoga risalah ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin. Wa shallallahu wa sallamu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi  ajma’in. Walhamdulillahir rabbil ‘alamin.
***

Monday, March 4, 2013

Sejarah Valentine



sejarah Valentine

Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut 'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelusuk Indonesia bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari di mana banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau iklan-iklan) tidak Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine. Berbagai tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel, organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang berlomba-lomba menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Dengan dukungan(pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio maupun televisi

Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang karena kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.

Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.


Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.


Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis' kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.


Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat(melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.



Saturday, March 2, 2013

Tiga Kyai Pelacur

Tiga Kyai Pelacur


Kyai Kota Surabaya
Kyai Khoiron, sudah populer sebagai kiainya para pelacur di Surabaya. Sehari-hari ia menjadi guru ngaji, konsultasn psikhologi dan bapak, kakak, sahabat yang sangat akrab dengan gemuruh jiwa para pelacur yang bergolak. Dua puluh tahun silam, diam-diam ia dirikan sebuah pesantren di komplek pelacuran terbesar di Surabaya. Dan saat ini ada tujuh ratus anak-anak pelacur itu nyantri di pesantrennya.
Jika senja mulai tiba, gincu-gincu mengoles bibir para pelacur itu, dengan segala sapaan manja pada hidung belang, sementara suara musik keras mendentang memenuhi komplek pelacuran itu, di sudut komplek pelacuran itu terdengar suara bocah-bocah mengaji, meneriakkan halawat Nabi dan berzanji. Keduanya berjalan damai.
"Saya tidak pernah melarang mereka melacur. Saya juga tidak memarahi mereka. Saya hanya menyiapkan ruang jiwa mereka. Sebab mereka melacur paling lama sepuluh tahun. Setelah? Mereka pasti berhenti. Mereka perlu kesiapan mental, keimanan dan sikap optimis kepada Tuhan," katanya.
"Pesantren anda ini?"
"Memang, pesantren ini saya konsentrasikan untuk membina anak-anak mereka yang tak berdosa. Mereka harus tumbuh dengan jiwa yang merdeka, tanpa konflik, tanpa masa lalu dan trauma-trauma."
***
 
Kyai Kota Malang
Lain lagi dengan seorang Kiai di dekat kota Malang. Kiai Mulana, sudah dikenal sebagai seorang kiai Thariqat dengan jama’ah ribuan. Suatu hari ia tertimpa gejala psikhologi yang begitu aneh: Rasa takut mati yang berlebihan. Selama enam bulan ia terus menerus menangis, seakan-akan Malaikat Maut membuntutinya. Ia juga heran kenapa harus takut mati?
Saking takutnya, Kiai Mulana mendatangi guru Mursyidnya. Dengan serta merta gurunya menyambut dengan sambutan yang cukup kontroversial. "Soal penyakitmu itu gampang obatnya. Mulai besok kamu pergi saja setiap hari ke komplek pelacuran!"
"Bagaimana pak Kiai ini, kok saya malah harus main-main dengan pelacur. Apakah ini tidak bertentangan dengan syari’at?" kata Kiai Mulana dalam hatinya. Belum sempat ia meneruskan fantasinya, gurunya sudah memotong:
"Dun!, Lihatlah mulutku ini!"
Begitu melihat mulut gurunya, yang tampak adalah lautan luas tak bertepi. Kyai Mulana hanya terperangah. Diam-diam ia menyesal. Kenapa soal-soal hakikat kehidupan harus ia pertanyakan lewat syariat kepada gurunya? Diam-diam pula hatinya menangis. Tapi juga muncul rasa ngeri, kenapa harus main-main dengan pelacur?
Tapi Kyai Mulana tidak mau membantah perintah gurunya. Pagi-pagi Kiai ini sudah menghilang dari rumahnya. Ia cari komplek pelacuran yang jauh dari daerahnya. "Jalan penyembuhan" ini ia lakukan hampir setiap hari, sampai pelacur seluruh komplek itu kenal benar dengan Kyai Mulana. Bahkan kadang, seharian penuh ia berada di tengah para perempuan penghibur itu, sambil mengingat-ingat, apakah rahasia dibalik perintah gurunya itu.
Suatu pagi, ketika ia datang ke komplek langganannya, tiba-tiba ada kakek-kakek tua, baru saja keluar dari sebuah kamar pelacur. Ia sangat kaget, melihat kakek yang sudah uzur, dan mendekati ajal itu, masih sempat ke komplek pelacuran. Bahkan dengan wajah berseri, riang gembira, layaknya anak muda, sang kakek penuh percaya diri layaknya anak muda.
"Iya, ya. Kakek ini sudah tua renta, kok tidak takut mati. Bahkan ia jalani kehidupan tanpa beban. Saya yang masih muda kok takut mati. Kualitas iman macam apa yang saya miliki ini?" katanya Kiai Mulana dalalam hati.
Dengan wajah terangguk-angguk, Kiai Mulana merasa mendapat pelajaran dari Kakek tua renta itu. Dan seketika pula rasa takut matinya hilang begitu saja. Sembuh!
***
 
Kyai Kota Nganjuk
Lain lagi dengan Kyai Marwan, dari Nganjuk. Kiai ini sudah hampir mendekati lima puluh tahun usianya, tetapi masih membujang. Keinginan untuk konsentrasi sebagai Kyai tanpa menghiraukan urusan dunia termasuk wanita, membuatnya menjadi bujang lapuk. Tapi soal kebutuhan penyaluran syahwat, tetap saja mengusik setiap hari. Apalagi kalau ia berfikir, siapa nanti yang mneneruskan pesantrennya kalau ia tidak punya putra?
Dengan segala kejengkelan pada diri sendiri dan gemuruh jiwanya, akhirnya Kiai Marwan istikhoroh, mohon petunjuk kepada Allah, siapa sesungguhnya wanita yang menjadi jodohnya?
Petunjuk yang muncul dalam istikhoroh, adalah agar Kyai Marwan mendatangi sebuah komplek pelacuran terkenal di daerahnya. "Disanalah jodoh anda nanti." kata suara dalam istikhoroh itu.
Tentu saja Kyai Marwan menangis tak habis-habisnya, setengah memprotes Tuhannya. Kenapa ia harus berjodoh dengan seorang pelacur? Bagaimana kata para santri dan masyarakat sekitar nanti, kalau Ibu Nyainya justru seorang pelacur? "Ya Allah.! Apakah tidak ada perempuan lain di dunia ini?"
Dengan tubuh yang gontai, layaknya seorang yang sedang mambuk, Kyai Marwan nekad pergi ke komplek pelacuran itu. Peluhnya membasahi eluruh tubuhnya, dan jantungnya berdetak keras, ketika memasuki sebuah warung dari salah satu komplek itu. Dengan kecemasan luar biasa, ia memandang seluruh wajah pelacur di sana, sembari menduga-duga, siapa diantara mereka yang menjadi jodohnya.
Dalam keadaan tak menentu, tiba-tiba muncul seorang perempuan muda yang cantik, berjilbab, menenteng kopor besar, memasuki warung yang sama, dan duduk di dekat Kyai Marwan. "Masya Allah, apa tidak salah perempuan cantik ini masuk ke warung ini?" kata benaknya.
"Mbak, maaf, Mbak. Mbak dari mana, kok datang kemari? Apa Mbak tidak salah alamat?" tanya Kyai Marwan pada perempuan itu.
Perempuan itu hanya menundukkan mudanya. Lama-lama butiran airmatanya mulai mengembang dan menggores pipinya. Sambil menatap dengan mata kosong, perempuan itu mulai mengisahkan perjalanannya, hingga ke tempat pelacuran ini. Singkat cerita, perempuan itu minggat dari rumah orang tuanya, memang sengaja ingin menjadi pelacur, gara-gara ia dijodohkan paksa dengan pria yang tidak dicintainya.
"Masya Allah..Masya Allah.Mbak.. Begini saja Mbak, Mbak ikut saya saja. ." kata Kiai Marwan, sambil mengisahkan dirinya sendiri, kenapa ia pun juga sampai ke tempat pelacuran itu. Dan tanpa mereka sadari, kedua makhluk itu sepakat untuk berjodoh.
Tiga Kiai tersebut, sesungguhnya merupakan refleksi dari rahasia Allah yang hanya bisa difahami lebih terbuka dari dunia Sufi. Kiai Khoiron yang menjadi kiai para pelacur, sesungguhnya wujud dari kemerdekaan Sufistik pada kepribadian seseorang yang berani menerobos dinding-dinding verbalisme kultur agama, sebagaimana misteri Kyai Mulana, yang harus sembuh di komplek pelacuran. Juga nasib bidadari yang ditemukan Kiai Marwan di komplek pelacuran itu. Semuanya menggambarkan bagaimana dunia jiwa, dunia moral, dunia keindahan dan kebesaran Ilahi, harus direspon tanpa harus ditimbang oleh fakta-fakta normatif sosial yang terkadang malah menjebak moral seorang hamba Allah.
Sebab tidak jarang, seorang Kiai, sering mempertaruhkan harga dirinya di depan pendukungnya, ketimbang mempertaruhkan harga dirinya di depan Allah. Dan begitulah cara Allah menyindir para Kiai, dengan menampilkan tiga Kiai Pelacur itu.
Sumber: smansa-purwokerto@yahoogroups.com

Friday, March 1, 2013

macan nu

INILAH MACAN NU (NAHDHOTUL ULAMA)

Suatu hari, Kiai kholil memanggil santri-santrinya.” Anak-anakku, sejak saat ini kalian harus memperketat penjagaan pondok. Gerbang depan harus senantiasa dijaga. Sebentar lagi akan ada macan masuk di pondok kita,” kata Kiai Kholil di depan santri-santrinya. Tentu saja, mendengar titah Kiai yang sangat dihormati itu, para santri segera mempersiapkan diri. Dalam benak mereka terbayang seekor macan yang mengendap-endap memasuki pesantren dan menerkam salah seorang dari mereka. Saat itu di sebelah timur Bangkalan masih terdapat hutan yang angker.

Satu hari, dua hari, tiga hari, dan seterusnya, para santri selalu berjaga dengan waspada. Tanpa terasa, hitungan hari sudah sampai tiga minggu, macan yang ditunggu-tunggu tak muncul-muncul. Yang terjadi sebagaimana biasanya di bulan Syawal yang merupakan awal pelajaran baru, adalah santri yang berdatangan dari berbagai penjuru tanah air. Pada minggu ketiga sejak Kiai Kholil memerintahkan santrinya untuk berjaga-jaga, seorang pemuda kurus dengan postur tubuh tidak terlalu tinggi dan berkulit kuning menenteng koper seng, datang ke kompleks pesantren.
“Assalamualaikum,” ucapnya ketika berada di depan pintu rumah Kiai Kholil. Mendengar salam itu bukan jawaban salam yang diucapkan, Kiai Kholil malah berteriak memanggil santri-santrinya. ” hai santri ada macan…macan…ayo kita kepung jangan sampai ia masuk ke pondok!” teriak Kiai Kholil.
Mendengar teriakan Kiai Kholil, serentak para santri berhamburan membawa apa saja yang bisa dibawa untuk mengusir “macan” itu. Para santri membawa pedang, celurit, tongkat, batang kayu, sendok dan apa saja yang bisa dibawa. Mereka kemudian menggerubuti “macan” yang tak lain adalah seorang pemuda tadi. Sang pemuda menjadi pucat pasi ketakutan. Tak ada jalan lain karena dikerubuti sedemikian rupa, pemuda tersebut terpaksa lari pergi menjauh dari pesantren. Namun karena keinginan nyantri pada Kiai Kholil sangat besar, keesokan harinya pemuda itu mencoba memasuki pesantren lagi. Lagi-lagi ia memperoleh perlakuan yang sama. Ia diusir ramai-ramai.

Pada malam ketiga, diam-diam pemuda itu memasuki kompleks pesantren. Karena kelelahan, juga rasa takut, pemuda itu meringkuk, tidur di bawah kentongan di langgar (musala). Tak disangka, pada tengah malam itu Kiai Kholil membangunkannya. Lalu ia dimarahi habis-habisan. Namun demikian, malam itu ia juga diajak ke rumah Kiai Kholil. Pemuda itu sangat lega ketika dinyatakan diterima sebagai santrinya. Pemuda itu tiada lain ialah Abdul Wahab Hasbullah, yang kemudian mendirikan jami’iyah NU, yang disegani, baik oleh kawan maupun lawannya, terutama kalangan politisi. (Moh Rifai, 2010, 26).
Kisah di atas adalah sekelumit perjalanan Kiai Wahab Hasbullah yang cukup unik, entah hanya sebuah lelucon atau realitas. Di masa Era Soekarno dan awal Orde Baru, tak ada yang tak kenal dengan Kiai Wahab Hasbullah. Ia begitu tersohor di seluruh penjuru negeri sebagai seorang ulama, tokoh masyarakat maupun politisi. Akan tetapi, ia pun tak lepas dari ejekan-ejekan terutama dilontarkan oleh lawan politiknya, misalnya ia dituduh sebagai Kiai Nasakom, Kiai Orla, Kiainya Soekarno, Kiai oportunis dan Kiai tukang kawin. Tentu saja tuduhan-tuduhan itu tak lepas dari sepak terjangnya sebagai seorang tokoh kontroversial.
Kiai Wahab tak hanya seorang ulama yang setiap harinya mendidik santri-santrinya. Namun ia pun pada masa kolonialisasi juga ikut berjuang mengusir penjajah dari bumi pertiwi ini. Setelah para kolonial pergi dari tanah pertiwi, gema kemerdekaan RI disuarakan dari Sabang sampai Merauke, ia pun ikut berperan sebagai seorang politisi nasional yang ikut membangkitkan negeri ini setelah selama 350 tahun dicabik-cabik oleh kebengisan para kolonial. Ketokohannya bisa disejajarkan dengan tokoh sekaliber Moh Hatta, Syahrir, Natsir, Soekiman dan tokoh-tokoh nasional lainnya.
Kegesitan Kiai Wahab dapat dilihat dari kiprahnya dalam pembentukan beberapa organisasi sosial keagamaan di tanah air. Ia tercatat sebagai pendiri SI cabang Makkah, Tashwirul Afkar, Nahdlatul Wathan, dan Nahdlatul Tujjar, kesemua itu menjadi embrio kelahiran NU.
Setelah mendirikan beberapa organisasi sosial-keagamaan, kemudian bersama Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Bisri Syansuri dan Kiai-kiai lainnya mendirikan NU, salah satu media sebagai reaksi perlawanan terhadap klaim-klaim yang dilontarkan oleh kaum modernis dan memperjuangkan mazhab empat memperoleh pengakuannya, di tengah mewabahnya wahabisme.
Pada mulanya, Kiai Hasyim Asy’ari kurang menyetujui agenda pembentukan sebuah organisasi sosial-keagamaan, menurutnya organisasi itu nanti akan memecah belah umat. Bahkan Kiai Hasyim tak menghadirinya pertemuan yang dihadiri para kiai di Surabaya pada waktu itu. Namun setelah Kiai Wahab meminta Kiai Bisri Syansuri menjenguknya, akhirnya Kiai Hasyim menyetujuinya dan dijadikan Rais Am karena keluasan ilmunya, ketokohannya dan keseniorannya sebagai seorang kiai tradisional yang memegang teguh nilai-nilai Islam.
Ijtihad Politik Kiai Wahab
Pada awal kemerdekaan, Kiai Wahab mencurahkan gerakan politiknya bersama tokoh-tokoh Islam modernis. Saat itu mereka membentuk sebuah partai politik yaitu Masyumi, sebagai media politik Islam. Kiai Wahab sendiri menjabat sebagai ketua Dewan Syura sedangkan Dr Soekiman, seorang tokoh Islam modernis, sebagai ketua umum partai. Setelah masa jabatan Dr Soekiman digantikan dengan M. Natsir, kebijakan-kebijakan partai pun banyak perubahan. M. Natsir dalam memimpin partai terlalu keras dan mengesampingkan tokoh-tokoh Islam tradisional. Maka kiai Wahab mengajak tokoh-tokoh NU yang tergabung dengan Masyumi untuk keluar dan mendirikan partai sendiri, karena memang di Masyumi sudah tidak kondusif sebagai media perjuangan politisi Islam tradisional.
Namun bukan berarti tanpa halangan gagasan dari Kiai Wahab, setelah melakukan perundingan hebat, beberapa tokoh menentangnya terutama bagi mereka yang sudah menduduki jabatan baik secara struktural partai maupun di pemerintahan. Menghadapi kondisi tersebut, Kiai Wahab tampil di podium dan menyatakan, “jika betul-betul ragu hasil pembicaraan kita, silahkan terus bergabung dengan Masyumi, biarkan saya memimpin sendiri NU sebagai partai politik yang terpisah dari Masyumi, saya hanya butuh seorang pemuda untuk menemani, cukup satu, sebagai sekretaris saya, anda akan lihat apa yang terjadi.”
Insting politik Kiai Wahab memang tajam, tak kurang dari tiga tahun merintis partai NU bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional lainnya, pada pemilu pertama kali (1955), NU menduduki peringkat ketiga dari seluruh peserta partai politik. Dan berlanjut pada pemilu (1971) awal Orde Baru, menduduki peringkat kedua setelah Golkar, sementara PNI dan Masyumi hilang ditelan zaman.
Kegesitan politik Kiai Wahab sungguh perlu diacungi jempol, di tengah bangunan “Demokrasi Terpimpin” ala Soekarno pada awal 1959, dan di tengah pergolakan ideologi politik nasional yang kian memanas, NU masih bisa menunjukan eksistensinya sebagai sebuah partai politik yang disegani baik kawan maupun lawan, sementara beberapa partai politik termasuk Masyumi pun dibubarkan Soekarno dengan alasan tokoh-tokoh senior partai terlibat kudeta.
Di dalam internal partai NU sendiri, Kiai Wahab begitu disegani, bahkan keputusan partai pun meski memperoleh restu dari Kiai Wahab. Maka di sinilah letak ketokohan Kiai Wahab tak bisa diragukan lagi. Dan tak heran, Kiai Kholil Bangkalan menjulukinya sebagai “macan NU”, sebuah nama sesuai dengan keberaniannya menerjang keterbatasan, menembus batas zamannya, untuk kontek masa itu, sungguh luar biasa.

Nama & Alamat Pondok Pesantren (Ponpes) di Kabupaten Jombang

ALAMAT PONDOK PESANTREN (PONPES) DI KABUPATEN JOMBANG
PONDOK PESANTREN TEBU IRENG
Nama Kyai : KH. Sholahuddin Wahid; Alamat : Tebu Ireng, Cukir Jombang ; Telp. (0321) 861133
PONDOK PESANTREN DARUL ULUM PETERONGAN
Nama Kyai : KH. As’ad Umar ; Alamat : Rejoso, Peterongan Jombang ; Telp. (0321) 862329
PONDOK PESANTREN BAHRUL ULUM TAMBAK BERAS
Nama Kyai : K.H.SHOLEH ABD.HAMID ; Alamat : Jl. KH. Wahab Khasbulloh Tambak Beras Jombang ; Telp. (0321) 861355
PONDOK MAMBAUL MA’ARIF DENANYAR
Alamat : Denanyar, Jombang ; Telp. (0321) 861239
PONDOK PESANTREN SIDDIQIYAH
Nama Kyai : K.MUKHTAR; Alamat : LOSARI - PLOSO- Jombang
PONDOK PESANTREN TARBIYATUSHASYIIN
Nama Kyai : K.H.AZIS MANSUR; Alamat : PACUL GOWANG - DIWEK – Jombang
PONDOK PESANTREN WAHIDDIYAH
Nama Kyai : 1.K.H.IKSAN MADI, 2.GUS RUCH; Alamat : REJOAGUNG- NGORO- Jombang
PONDOK PESANTREN MADRASATUL QUR'AN
Nama Kyai : GUS ABD.HADI YUSUF,SH; Alamat : TEBU IRENG - CUKIR-DIWEK- Jombang
PONDOK PESANTREN LDII GADING MANGU
Nama Kyai : K.H. ABD.SYUKUR; Alamat : GADING MANGU- PERAK – Jombang
JOMBANG
  • Pondok Sunan Kalijogo; Pengasuh : Muslim Usman; Alamat : Jombang

  • Pondok Sunan Ampel; Pengasuh : KH. Taufiqurrahman; Alamat : Jombang

  • Pondok Mambaul Ma'arif; Pengasuh: KH. Ahamad Hafidz, BA, KH. Aziz Masyhuri, KH. Zaidan Hadi, KH. Arifin Khan, KH. Wazir Ali, Drs. KH. Imam Haromain, Drs. KH. Faruq; Alamat Denanyar

  • Pondok Bahrul Ulum; Pengasuh: KH. M. Sholeh; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Muhajirin I; Pengasuh: Drs. KH. M. Rirfan; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Muhajirin II; Pengasuh: Ny. Moh. Yahya; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Muhajirin III; Pengasuh: Drs. H. Fadluloh, MA; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok As Sa'idiyah; Pengasuh: KH. Ach. Hasan; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Al Ghozali; Pengasuh Ny. Hj. Ahamad Al Fatih; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Al Muhibin; Pengasuh: KH. Jamaludin Ahmad; alamat: Tambak Beras

  • Pondok Al Hikmah; Pengasuh: KH. Sulton Hadi; Alamat: Tambak Beas

  • Pondok Ar Roudloh; Pengasuh: KH. Attaufiq; Alamat: Tambak beras

  • Pondok An Najiyah; Pengasuh: Drs. KH. Amanullah AR; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Al Wahab; Pengasuh: KH. Imam Asy'ari; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Al Fatiniyah; Pengasuh: KH. M. Nashir; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Al Fatiniyah; Pengasuh: Ny. Hj. Mujidah Wahab; Alamat: Tambak Beras

  • Pondok Darul Muttaqin; Pengauh: KH. Cholil Chozin; alamat: Sambong

  • Pondok At Taufiq; Pengasuh: Drs. Syamsuri Ma'arif; Alamat: Sambong
  • DIWEK
  • Pondok Tebuireng Putra; Pengasuh: KH. Yusuf Hasyim; Alamat: Tebuireng

  • Pondok Qur'an; Pengasuh: KH. Abd. Hadi Yusuf SH; Alamat: Tebuireng

  • Pondok Tarbiyatun Nasi'in; Pengasuh: KH. Abd. Aziz Mansyur; Alamat: Pacul Gowang

  • Pondok al Hadi; Pengasuh: KH. Ahmad Taufiq, SH; Alamat: Seblak

  • Pondok Salafiyah Putra; Pengasuh: Drs. KH. Taufiqurrahman; Alamat: Seblak

  • Pondok Salafiyah Putri: Pengasuh: Hj. Abidah Ma'sum; Alamat: Seblak

  • Pondok Al Khoiriyah; Pengasuh: Hj. Dra. Mahsunah Faruq; Alamat: Seblak

  • Pondok Al Khoiriyah; Pengasuh: H. Luqman Hakim; Alamat: Seblak

  • Pondok IR Syadul Ibad; Pengasuh: KH. Dalrobi; Alamat: Watu Galo

  • Pondok I'anatul Mubtadin; Pengasuh: Drs. Hanifudin; Alamat: Watu Galo

  • Pondok PA Al Hasan; Pengasuh: KH. Ahmad Ghofir; alamat Watu Galo

  • Pondok Putri Masruriyah; Pengasuh: Ishom Hadiq; Alamat: Tebuireng

  • Pondok Al Anwar;Pengasuh: K. Muhaimin Suhadi; alamat: Cukir

  • Pondok Monhad Mambaul; Pengasuh: Drs. KH. M. Zubaidi Muslich Hikam; Alamat: Bulurejo

  • Pondok Darul Falah; Pengasuh: KH. Ali Ahmad; Alamat: Cukir

  • Pondok Wali Songo; Pengasuh: KH. Ahmad Hamdan; Alamat: Tebuireng
  • PETERONGAN
  • Pondok Darul Ulum; Pengasuh: KH. As'ad Umar; Alamat: Rejoso

  • Pondok Assalam; Pengasuh: H. Anfal Aniq; Alamat: Bongkot

  • Pondok Al Fatah; Pengasuh: KH. Tafsiruddin; Alamat: Kepuh Kembeng
  • PLOSO
    Pondok Shidoiqiyah; Pengasuh: KH. Mukhtar Mu'thi; Alamat: Ds. Losari
    JOGOROTO
  • Pondok Nurul Qur'an; Pengasuh: KH. Qomari Sholeh; Alamat: Bendungrejo

  • Pondok Midanutta'lim; Pengasuh: Kh. Muhammad Minhad ;Alamat: Mayangan

  • Pondok Ghozaliyah; Pengasuh: KH. Sholihin; Alamat: Sumbermulyo
  • PERAK
  • Pondok Tilawatil Qur'an; Pengasuh: KH. Masduqi AR: Alamat: Perak

  • Pondok An Najar; Pengasuh: H. Kasmudi; Alamat: Perak

  • Pondok Al Munawir; Pengasuh: KH. Muttaqin; Alamat: Sukorejo

  • Pondok Gamma (LDII); Pengasuh: H. Abd. Syukur; Alamat: Gading Mangu

  • Pondok Bahrul Huda; Pengasuh: K. Imam Mawardi KH

  • Pondok Al Mu'minin: Pengasuh: K. Zainuddin; Alamat: Kalang Semanding
  • BANDAR KEDUNGMULYO
  • Pondok Al Amin; Pengasuh: Makin Harun R, K. Badlowi; Alamat: Brodot

  • Pondok Umar Said; Pengasuh: Nurul Huda; Alamat: Brodot
  • MEGALUH
    Pondok Mambaul Ulum; Pengasuh: K. Allalulu Huda; Alamat: Megaluh
    NGORO
  • Pondok Alamkari; Pengasuh: H. Chillil Fallah; Alamat: Genukwatu

  • Pondok Mambaul Huda; Pengasuh: Agus Muhammad; Alamat: Genukwatu

  • Pondok Attahdzib; Pengasuh: KH. Ikhsan Machin; Alamat:Rejoagung

  • Pondok Sidoiqiyah; Pengasuh: KH. Duhan Iskandar; Alamat: Rejoagung

  • Pondok Mambaul Ma'arif; Pengasuh: KH. Lathoiful Ikhsan
  • BARENG
  • Pondok Fatimatus Syafi'iyah; Pengasuh: Hj. Siti Fatimah

  • Pondok Darul Hikmah; Pengasuh: K. Sofyan

  • Pondok Al Amin; Pengasuh: K. Amin

  • Pondok Bahrul Ulum; Pengasuh: K. Abd. Malik
  • MOJOAGUNG
  • Pondok Babus Salam; Pengasuh: KH. Muh. Jazid Nur

  • Pondok Al Falah; Pengasuh: K. Zaini HS

  • Pondok Roudlotul Ulul; Pengasuh: K. Ismail Abdur Rahman

  • Pondok I'Anaattholibin; Pengasuh: K. Anfar Rozi
  • MOJOWARNO
  • Pondok Darul Faizin; Pengasuh: KH. Chotibul Imam; Alamat: Catukgayam

  • Pondok Abbasiya; Pengasuh: K. Abd. Wahid; Alamat: Catukgayam

  • Pondok Darussalam; Pengasuh: KH. Abd. Wahid

  • Pondok Nurul Qur'an; Pengasuh: K. Mansur; Alamat: Wringinpitu

  • Pondok Roudlotul Ulum; Pengasuh: K. Romli Faisol; Alamat: Wringinpitu

  • Panti Asuhan; Pengasuh: KH. Abd. Muhid; Alamat: Mojoduwur
  • WONOSALAM
    Pondok Baitul Makmur; Pengasuh: H. Muhammad Ibrahim; Alamat: Wonosalam
    TEMBELANG
    Pondok Darul Falah; Pengasuh: KH. M. Subari
    Pondok Teknologi Praja Putra; Pengasuh: H. Moh. Sulhan; Alamat: Sentul
    SUMOBITO
  • Pondok Salafiyah Al Bafaqiyah; Pengasuh: KH. S. Sholeh; Alamat: Curangmalang

  • Pondok Mustofa; Pengasuh: KH. Murtadlo; Alamat: Badas
  • GUDO
    Pondok Thorikhul Huda; Pengasuh: K. Mahrus Abbas


    Sumber: infojombang.tk